Hari itu, matahari
bersinar cerah, popohonan masih menyilaukan hijau daunnya,burung terbang di
angkasa membawa sejuta senyuman akan kehadiran hari itu. Hari yang sangat indah
penuh dengan Rahmat Allah yang maha kuasa dan maha pencipta. Hari itu juga hati
memanggil untuk kembali ke tanah kelahiran butta bugis tercinta. Untuk melihat
perkembangan tanah kelahiran, penduduknya, perekonomiannya, tata kotanya dan
perkebunan yang ada di pedasaan. Hal itu yang membuat hati rindu pada tanah
kelahiran yang tercinta. Tapi, sayangnya masih ada tanggung jawab yang harus
ditunaikan di tanah rantau Ibu Kota Jakarta. sebuah Ibu Kota yang tidak pernah
alfa banjir ketika musim hujan. Yah..itulah Jakarta. kata orang “bukan Jakarta
kalau tidak banjir”.
Di sebuah kursi teras
rumah, saya duduk menyendiri memandang langit sore, langit yang begitu indah,
matahari mulai terbenam menyembunyikan cahayanya di balik awan. Terdengant
dering tunggal di HP yang ada dalam genggamanku “plung”. Dering itu menandakan
bahwa ada sebuah pesan BBM. Dengan perlahan aku membuka isi pesan itu, pesan
itu dari salah satu sahabat rantau dari Bugis Makassar. “Le, lu kapan balik ke
kampung”. Hmm…ternyata sahabatku yang
satu ini menanyakan tentang pulang kampung ke halaman. Aku pun membalas pesan
itu “InsyaAllah tanggal 1 juli”. Beberapa detik kemudian, ia membalas pesanku
lagi “owh…yaudah kalo gitu bareng gua aja le, kebetulan gua juga pulang tanggal
segitu”. Kata sahabatku dalam pesan singkat di BBM. “owh…okelah, bareng aja kalo
gitu mah”. Akhirnya sore itu kami berdua sepakat untuk pulang bareng ke kampung
halaman. Senangnya tiada terkira ketika ada rencana pulang kampung meskipun itu
hanya beberapa hari saja. Bagaimana tidak, bakalan ketemu dengan sanak keluarga
lagi. Dan bisa berlibur dengan mereka setelah lebaran Idul Fitri 1436 H.
Beberapa hari kemudian,
aku ingatkan lagi ke sahabatku yang akan pulang bareng nanti “gimana nih, kapan
nyari tiket pesawat buat pulang?” kataku dalam sebuah pesan singkat di BBM.
“owh..iya gua udah nyari-nyari tiket nih, ada nih pesawat yang akan terbang
menuju Makkassar tanggal 1 juli pkl. 16.40 WIB”. Kata sahabatku ketika membalas
pesan singkat di BBM. Kemudian saya membalas lagi pesannya “Owh…okelah kalo
gitu gua transfer ya duit gua ke lu”. Hari itu juga saya langsung ke bank
transfer uang untuk beli tiket.
Beberapa hari setelah
saya transfer uang, ku selesaikan semua tugas dan kewajibanku. Ya..tugas dan
kewajibanku tidak banyak-banyak amat, Cuma
ngajar dan kulaih saja. Dan langsung menuju halim perdana kusuma Jakarta
pada hari selasa 29 juni 2015. Diantar oleh salah satu sahabat seperjuangan
dari Bugis Makkassar pula dengan motor mio. Jiahaha…keren. Hehe…….
Satu jam berlalu,
akhirnya nyampe juga di halim dengan selamat. Saya masuk ke dalam rumah dengan
langkah pelan sambil mengucapkan salam “Assalamu Alaikum”. Ku tunggu suara untuk
menjawab salamku itu namun tak ada suara juga. Akhirnya ku ulang ke dua kalinya
“Assalamu Alaikum”. Ya.. tetap saja nihil dan sepi. Akhirnya aku pun masuk langsung
menuju kamar temanku tanpa ada seseorang di dalam rumah itu. Ku tatap perlahan
ruangan itu yang hanya diramaikan dengan buku-buku. Ku baringkan tubuhku yang
kelelahan dan tanpa sadar aku tertidur.
Tepat pukul 14.00 WIB saya terbangun dari tidur itu setelah
mendengar suara yang tandanya memanggil
namaku “Suleeee”. Ya…itu adalah nama yang paling sering ditujukan kepadaku oleh
teman-teman sebayaku. Mungkin biar lebih akrab aja sehingga mereka memanggilku
Sule. Setelah terbangun saya menatap serius wajah siapa gerangan yang ada di
hadapanku. Ya..ternyata dia adalah Akmal, pulang dari pelatihan pembuatan
pesawat untuk lomba di Yogyakarta beberapa bulan ke depan. Akmal inilah yang
akan saya temani pulang ke kampung halaman. Beberapa menit kemudian
teman-temanku yang lain pun berdatangan. Ada jammil, Ahsan dan Hadi yang akan
pulang bersama 1 jam kemudian menuju Makassar. Setalah semua berkumpul barulah
berangkat ke bandara Halim Perdana
Kusumu Jakarta Timur. Setalah tiba di bandara, biasalah ya,, namanya
juga anak muda sempat berfoto bareng dulu sebagai tanda persahabatan sampai
akhir hayat.
Jam dinding menunjukkan
pukul 17.00 WIB dan diwaktu itulah pesawat batik air mengangkut saya dan
teman-teman menuju Makassar, Butta kelahiran tercinta. Dua jam kemudian akhirnya
tiba di Makassar dan dijemput oleh Saiful (alumni MJH Boys juga tahun 2014). Dan langsung menuju pantai
losari. Ditempat itulah saya dan mereka berbagi cerita tentang pengalamn hidup
selama 1 tahun berpisah setelah lulus SMA dan lulus dari Yayasan Muslim jabal
haq (YMJH). Ya… pertemuan itu menyimpan
sebuah kenangan yang tidak akan pernah terlupakan sampai maut datang menjemput.
Bagaiman tidak, mereka adalah sahabat sekaligus saudara yang dititipkan Allah.
Tak terasa 3 jam waktu
dihabiskan di pantai Losari malam itu. Ya…mata mulai redup dan setengah watt.
Dan akhirnya melanjutkan perjalanan menuju pondok pesantren Darul Istiqamah. Di
tempat itulah saya dan teman-teman menginap. Setelah sampai di pon pes
tersebut, rasa ngantuk mulai hilang, karena cerita hidup masing-masing mulai
diutarakan. Ya…perjalanan hidup yang tentunya bersifat humoris sebagai seorang
perantau, banyak liku-liku hidup yang dijalani dan malam itu pun ramai dengan
suara ketawa ketiwi. Tapi, namanya juga mata yang haknya adalah untuk tertidur,
akhirnya pada pukul 01.00 dini hari, suasana malam itu mulai sepi.
Keesokan harinya, saya
dan teman-teman bersiap-siap untuk menuju kampung masing-masing. Akmal ke Wajo,
Jammil ke Sinjai, sedangkan saya, Ahsan dan Hadi menuju Bulukumba. Ya..pagi yang
cerah itu, menjadi saksi atas perpisahan kami yang ke dua kalinya, berpisah
untuk bertemu keluarga setelah sekian lama merantau di Ibu Kota Negara. Dan
alhamdulillah sampai di rumah masing-masing dengan selamat dan juga disambut
meriah dengan keluarga tercinta.
Ini adalah pengalaman
yang sangat luar biasa indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar