Selasa, 30 Desember 2014

Hukum Tahun Baru Masehi Dalam Islam dan Kerugiannya


Tidak terasa waktu terus berlalu, bumi yang berputar dengan porosnya begitu cepat rasanya. Diakhir tahun ini, hari rabu 31 Desember 2014 . Ribuan bahkan jutaan orang Islam di Indonesia khususnya daerah Jakarta berbondong-bondong menuju tempat untuk merayakan hari raya orang-orang kafir yang biasa disebut malam tahun baru Masehi. Baik itu dari kalangan anak jalanan, siswa, mahasiswa bahkan orang-orang yang sudah berkeluarga dan bercucu punya semangat 45 dalam merayakan hari besar orang-orang kafir. Kadang batin ini berteriak dan menangis histeris melihat saudara-saudara seagama dan seimanku yang terjerat oleh hari besar orang-orang kafir. Tapi, diri ini belum sanggup untuk menahan  mereka hanya bisa mengingatkan via tulisan ini. Hanya orang-orang yang punya iman yang kuat dan benar-benar mencintai Agama Islam yang selalu siap mendengar nasehat akan perayaan tahun baru ini. kadang ku termenung sendiri yang disertai dengan kesedihan yang sangat mendalam, saudara seagamaku begitu mudah terpengaruh dengan kesenangan dunia yang bersifat sementara di malam tahun baru orang-orang kafir. Yang keluar dari mulut mereka adalah nyanyian sambil berlenggok-lenggok ke sana ke mari dan lupa dengan ayat-ayat Al-Qur’an, lupa dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan paling parah adalah lupa kepada Allah SWT. Yang paling menyedihkan adalah anak-anak lulusan pesantren yang kuliah di kampus umum masih juga terjerat. Kenapa?? L. entahlah … berbeda halnya dengan pergantian tahun baru Hijriyah, banyak masyarakat Islam yang tidak merayakannya, bahkan sekedar tau saja mereka mungkn tidak. Memang perayaan tahun baru Hijriyah tidak dituntut untuk merayakannya dengan menyalakan kembang api, meniup terompet, ataupun kumpul di pusat kota dengan tujuan yang tidak jelas. Tetapi lebih kepada bagaimana memaknainya.

Sejak abad ke-7 Sebelum masehi bangsa romawi kuno telah memiliki kalender tradisional. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa kali perubahan. Sistem kalender ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan bulan Martius (Maret) sebagai awal tahunnya.  Pada tahun 45 Sebelum Masehi Kaisar Julius Cesar mengganti kalender tradisional dengan kalender Julian. Urutan bulan menjadi Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maisus, Lunius, Quintlis, Sextilis, September, October, November, December. Di tahun 44 Sebelum Masehi , Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintils” dengan namanya yaitu “Julius” (juli). Sementara pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah junius, masuk Julius. Kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi diseluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketika muncul kalender Gregorian. Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, diambil dari nama Dewa romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.  Orang Romawi merayakan tahun baru dengan cara saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Dewa Janus. Mereka juga mempersembahkan hadiah kepada Kaisar.
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristiani. Namun kenyataanya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasioanl untuk semua warga dunia. Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi (Musuh Islam) yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi  1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Nah…bagaimana dengan pandangan Islam kawan? Agama yang kita cinta, yang setiap hari kita melaksanakn shalat lima waktu yang menciri khaskan bahwa kita adalah orang Islam yang sejati. Firman Allah SWT dalam surah Al-Furqan ayat 72 “dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah , mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya”. Dalam ayat tersebut terdapat kata “Al Zur” (Perbuatan yang tidak berfaedah). Menurut para ulama tafsir, maksud Al-Zur adalah perayaan-perayaan orang kafir (ibnu katsir 6/130). Jelas dari pada ayat ini Allah melarang kaum muslimin menghadiri perayaan kaum musyrikin. Hadits Shahih Al-Bukhari dan Muslim berikut ini, sabda Rasulullah SAW “ Sesungguhnya bagi setiap kaum (Agama) ada perayaannya dan hari ini (Idul Adha) adalah perayaan kita “. Oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan maksud hadits tersebut bahwa dilarang melahirkan rasa gembira pada perayaan kaum Musyrikin dan meniru mereka (dalam perayaan). (Fathul Bari, 3/371). Sahabat Abdullah Bin Amr RA memperingatkan dalam sunan Al-Baihaqi “Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka sampai meninggal dunia dalam kedaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat”. Kawan, tidak tergeserkah hati kita ini, tidak adakah rasa takut kita kepada Allah jika kematian datang menjemput kita dimalam tahun baru (hari raya orang-orang kafir). Maukah kitah dibangkitkan  oleh Allah dihari akhir nanti bersama orang-orang kafir? Jangan, kawan, Jangan!! Sementara beberapa waktu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram., dengan sepi tanpa gemuruh apa pun.
Kembali kita merenung sejenak hadits Nabi SAW “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. (HR, Abu Dawud, Ahmad dan disahikan Ibnu Hibban).
Apa sih bentuk menyerupai orang kafir dalam hari besar mereka? Ini jawabannya.
1.   Hari untuk beribadah kepada Tuhannya, seperti hari raya wafat Jesusu Kristus, Paskah, Misa, Natal, Tahun Baru Masehi dan semisalnya.
2.    Hari besar yang awalnya menjadi Syi’ar (symbol) orang-orang kafir, lalu dengan berjalannya waktu berubah menjad tradisi dan perayaan global.

Telah jelas bahwa perayaan tahun baru Masehi tidak pernah dilakukan oleh sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. disamping itu, merayakan tahun baru terdapat beberapa kerugian bagi Umat Islam:

1.     Merayakan tahun baru berarti merayakan ‘Ied (perayaan yang haram)
Anas Bin Malik mengatakan “orang-orang Jahiliyah dulu memiliki 2 hari (hari Nairuz dan Mihrojan) disetiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau mengatakan “dulu kalian memliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu Idhul Fitri dan Idhul Adha”. Namun setelah itu muncul berbagai perayaan di tengah kaum Muslimin. Ada perayaan yang dimaksudkan untuk ibadah atau sekedar meniu-niru orang kafir. Diantara perayaan yang saya maksud adalah tahun baru Masehi. Perayaan semacam ini berarti diluar perayaan yang Nabi SAW maksudkan sebagai perayaan kaum muslimin hanyalah dua yang dikataakan baik yaitu Idhul Fitri dan Idhul Adha.

 2.        Merayakan tahun baru berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Rasulullah SAW bersabda “kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta”. Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab “ selain mereka, lantas siapa lagi?”.

3.     Merayakan amalan yang tanpa tuntunan dimalam tahun baru.
4.   Terjerumus dalam keharaman dengan mengucapkan selamat Tahun Baru.
Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah mengatakan “adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang yang kafir (seperti mengucakan selamat natal, pen)adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan ‘semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’ atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya”.

5. Meninggalkan perkara wajib yaitu shalat 5 waktu.
Ini mungkin masih ada yan melaksanakn shalat sih, tapi yah…begitulah  ya. Cuma sekian persen.

6.      Begadang tanpa ada hajat
Diriwayatkan dari Abi Barzah beliau berkata “Rasulullah SAW membenci tidur sebelum isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya”.

7.   Terjerumus ke dalam zinah.
Kalau masalah ini juga banyak yang terjadi kawan

8.  Meniru perbuatan setan dan melakukan pemborosan
9.    Menyia-nyiakan waktu yang begitu berharga.


Yapp, itulah sekilas tentang tahun baru. Semoga bermanfaat. Kalau belum puas. Artikel di internet banyak bangat mengenai tahun baru. Namun intinya sama yaitu “haram, dan mengikuti hari raya orang-orang kafir” penjelasannya aja yang berbeda.

Rabu, 10 Desember 2014

Mengenal 4 madzhab di Dunia


Para pembaca yang dirahmati Allah, tidak asing lagi kita mendengar 4 madzhab yang tersebar luas di dunia. Yang mana madzhab itulah digunakan umat Islam sebagai landasan hukum yang digunakan oleh Umat Islam ketika tidak menemukan hukum di dalam  Al-Qur’an, Hadits, Ijtihad Sahabat dan Ijtihad Tabi’in. sehingga muncullah 4 madzhab. Madzhab itu sendiri artinya adalah jalan yang dilalui dan dilewati. Sesuatu dikatakan madzhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya. Menurut para ulama dan  ahli Agama Islam, yang dinamakan madzhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun atas prinsip-prinsip dan kadah-kaidah .  Nah… mungkin yang jadi pertanyaan adalah kapankan madzhab itu lahir?. Madzhab lahir pada masa tabi’it tabi’in. dan kenapa Madzhab itu lahir? Karena untuk mendapatkan status hukum Islam, tidak semua hukum bisa ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadits sehingga muncullah yang namanya madzhab.  4 madzhab itu adalah madzhab Hanafi (Imam Abu Hanifah An-Nu’man Bin Sabit Bin Zauta At-Taimi Al-Kufi), madzhab Maliki (Imam Malik Bin Anas Bin Malik Bin Amir Al-Asbahi), Madzhab Syafi’I (Imam Muhammad Bin Idris As-Syafi’i) dan Madzhab Hambali (Imam Ahmad Bin Hambal). Khusus untuk Madzhab Maliki ia memiliki kitab yang disebut Kitab Al-Muwatto yang berisi hadits tentang fiqih. Yuk, kita bahas satu persatu.
  1.  Madzhab Hanafi  (Imam Abu Hanifah An-Nu’man Bin Sabit Bin Zauta At-Taimi Al-Kuhfi)

Munculnya madzhab Hanafi dimulai pada zaman Harun Ar-Rasyid. Ketika beliau menjadi Khalifah. Ketika beliau menunjuk Abu Yusuf (Murid Abu Hanifah) sebagai qodhi setelah tahun 170 H. Maka kekuasaan kehakiman ada di tangannya. Kemudian Harun Ar-Rosyid tidak menunjuk Qodhi di negeri Iraq, Khurosan, Syam dan Mesir sampai di Afrika kecuali orang yang dipilih oleh Abu Yusuf. Dia tidak menunjuk melainkan pengikut Abu Yusuf dan orang-orang yang menisbatkan pada Madzhabnya yang baru, yaitu madzhab Hanafi. Orang-orang awam dipaksa untuk mengambil hukum dengan mereka dan mengambil fatwa mereka. Sampai tersebar madzhab Hanafi. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai Ahlu ro’yi (Logika). Hasil ijtihad Fiqihnya banyak dipengaruhi oleh pertimbangan akal dan logika. Namun dasar pemikiran hukumnya juga bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Pendapat Sahabat, Kias, Istihsan, dan Ijmak. Dan tersebar di Afganistan, China, India, Irak, Libanon, Mesir, Pakistan, Rusia, Suriah, Tunisia, Turkestan, Turki dan Wilayah Balkan.

2.   Madzhab Hambali (Ahmad Bin Hanbal Bin Hilal Bin Asad Asy-Syaibani Al-Marwazi).
Madzhab Hambali ini dikenal sebagai ahlul hadits. Karena hasil Ijtihad Fiqihnya selalu mengacu kepada Nash Hadits (tekstual). Dimulai oleh para murid Imam Ahmad Bin Hambal. Madzhab ini diikuti oleh sekita 5% muslim di dunia dan dominan di daerah Semenanjung Arab. Madzhab ini merupakan Madzhab yang saat ini dianut di Arab Saudi. Dasar pemikiran hukum madzhab ini bersumber dari Al-Qur’an secara Zahir dan Sunnah, Fatwa Sahabat, jika ada perbedaan Fatwa  Sahabat, digunakan yang lebih dekat dengan Al-Qur’an, hadits mursal dan Daih serta Kias.

3.       Madzhab Maliki (Imam Malik Bin Anas Bin Malik Bin Abi Amir Al-Asbahi).
Madzhab Maliki biasa disebut Imam Dar Al-Hijrah. Madzhab Maliki hasil Ijtihad Fiqihnya menggabungkan antara ahul ro’yi dan hadits. Beda dengan madzhab Hambali dan Hanafi. Sumber hukum pemikiran Madzhab ini adalah Al-Qur’an, Sunnah, Ijmak Sahabat, kias, Maslahah Mursalah, ‘Aml Ahl Al-Madinah dan pendapat Sahabat. Madzhab ini tersebar di Kuwait, Spanyol, Wilayah Afrika khusunya Mesir, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko.

4.    Madzhab Syafi’I (Imam Abu Abdullah Muhammad Bin As Bin Usman Bin Syafi Asy-Syafi’I Al-Muthalibi).
Hasil Ijtihad Fiqihnya juga menggabungkan antara nash hadits dan Ahlu ro’yi. Sama dengan madzhab Maliki. Dasar pemikiran hukum madzhab ini bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, ijmak dan Kias. Madzhab ini tersebar di Bahrein, India, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Suriah, Turkmenistan, Yaman , Arab Saudi khususnya Madinah, Wilayah Arab Selatan, Wilayah Afrika Timur, Wilayah Asia Timur dan Wilayah Asia tengah.

Dari empat madzhab di atas, tentunya selalu ada perbedaan pendapat antara madzhab yang satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah “orang Islam yang meninggalkan Shalat, apakah ia kafir?”.
Madzhab Hambali menjawab “kafir” dengan menggunakan dalil berupa hadits Nabi yang berbunyi “perbedaan Muslim danKafir adalah Shalat, barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia kafir”.  Alasan madzhab Hambali mengatakan kafir karena memang madzhab ini dikenal sebagai ahlul hadits.
Sedangkan madzhab Hanafi, Syafi’I dan Maliki tidak langsung mencap bahwa orang muslim yang meninggalkan shalat adalah Kafir. Tapi, tergantung dari sebabnya. Jika meninggalkan shalat karena memang mengingkari Shalat barulah ke tiga madzhab ini mengatakan Kafir. Tapi, jika meninggalkan shalat karena 3 M (malu, malas dan mentsruasi/ pura-pura haidh), maka ia bukan termasuk kafir tapi termasuk orang-orang yang fasiq. Fasiq itu apa? Fasiq adalah orang Muslim yang melakukan dosa besar yang dilakukan sekali, atau melakukan dosa kecil tapi berkali-kali. Madzhab Hanafi, Syafi’I dan Maliki menggunakan dalil sama dengan dalil yang digunakan oleh Madzhab Hambali.
Jika kita bertanya-tanya, “kok bisa ya terjadi perbedaan pendapat? Sebabnya apa ya?’. Nah.. jawabannya ada dua.

1.    Adanya lafadz Musytarok (satu kata mempunyai 2 arti)
Contoh : “sentuhan kulit laki-laki dan perempuan membatalkan wudhu atau tidak?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengambil jawaban dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 43. Dalam ayat ini ada kalimat yang berbunyi “au lamastumunnisa”. (anda bisa cek ya).
Dari kutipan ayat tersebut, madzhab Syafi’I mengakatakan Batal, Madzhab Hambali mengatakan tidak batal dan Madzhab Maliki mengatakan Batal jika dengan syahwat. Terus, yang benar yang mana? Tergantung dari anda madzhab apa yang anda pegang selama ini.

Kemudian contoh yang kedua adalah “perempuan yang dicerai suaminya iddahnya berapa?”
Untuk menjawab ini, kita menggunakan hadits Nabi SAW
Wal muthollaqaatu yatarobbashna bian fusihinna tsalaatsatu furuuin”
Dari kalimat Furuuin mempunyai dua arti. Madzhab Syafi’I mengartikan 3 kali suci, sedangkan madzhab Hambali mengartikan 3 kali haidh. Yang benar yang mana? Suci atau haidh? Dua-duanya benar karena arti dari Furuuin memang mempunyai dua arti.

2.       Perbedaan penafsiran tentang suatu dalil
Contoh :”menyentuh Mudzhab harus dengan wudhu atau tidak?”
4 Madzhab pendapatnya sama yaitu harus dengan wudhu. Jawaban ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Waqiah ayat 79 yang berbunyi “laa yamassuhu illal muthohharun”.
Namun, ada madzhab yang mengatakan tidak harus dengan wudhu yaitu madzhab Dzohiri.

Iya,, itulah penjelasan sedikit tentang 4 madzhab yang terkenal. Semoga bermanfaat.

Islam love forever, because it si the right religion. JJ.

Sabtu, 06 Desember 2014

Komentar Pahit dan Manis Dari Santri


Malam Ahad adalah malam yang selalu di tunguu-tunggu oleh santri Rumah Qur’an Mulia Jatisari. Karena pada malam Ahadlah mereka bisa menginap di Rumah Qur’an sambil mengadakan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit).  Namun, malam Ahad kali ini terlihat berbeda dari yang biasanya. Dikarenakan malam Ahad yang dihiasi dengan dinginnya air hujan. Sudah bisa dipastikan sangat sedikit santri yang datang ke Rumah Qur’an untuk mengaji atau menyetorkan hafalan serta Talaqi (Perbaikan bacaan) atau biasa disebut juga Tahsin. dan ternyata benar dugaan saya. Malam Ahad kali ini yang hadir ada 9 orang, yang biasanya  hadir 16-18 orang. I’ts okey,I can understand those who do not attend. Yang penting mereka izin. Karena yang hadir kali ini hanya beberapa ekor doang, saya himbau mereka untuk tetap semangat dan pastinya dari sayalah yang memulai semangat itu. Mulai dari pembukaan (Muroja’ah bersama) sampai berakhir. Sekitar 1 jam 9 santri menyetorkan hafalannya masing-masing dengan nilai yang lumayan memuaskanlah ya. Agak lancar J. Usai menyetorkan hafalan, saya memberikan arahan kepada mereka dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan dari awal sampai menyetorkan hafalan. Ya..ada 5 catatan kecil buat mereka. After that, santri saya minta duduk yang rapih dan saya bagikan kertas satu per satu. Dikertas itulah saya minta mereka menuangkan komentar buat saya yang kurang lebih 4 bulan mengajar dan membimbing mereka menghafal Al-Qur’an. komentar apa saja, baik itu yang pahit ataupun yang manis. Beberapa menit kemudian setelah kertas-kertas itu ada di tangan santri, ada beberapa santri yang terlihat bingung dan bimbang komentar apa yang harus mereka tuangkan dalam kertas tersebut.

Saya kembali mengingat 4 bulan sebelumnya bersama santri di Rumah Qur’an. saya rasa ada beberapa kesalahan yang pernah saya perbuat ke mereka, memarahi mereka ketika salah. Yes, that’s what I often do to them. Tapi 2 minggu yang lalu saya berusaha untuk tidak melakukan itu lagi. Karena saya rasa mereka akan merasa keberatan dan tidak menghasilkan apa-apa jika dibimbing dengan amarah ketika mereka salah. Tidak kali ini, saya ingin membimbing mereka dengan kasih sayang selayaknya adik kandung sendirilah ya. Setelah beberapa menit berlalu, santri mulai mengumpulkan komentar mereka masing-masing. Dan saya langsung membacakan isi komentar mereka dikertas putih itu. Dan inilah isinya :

  1.    Agung “kak Risal itu suka melotot, jadi tidak enak dipandang dan suka marah-marah. Suka ngelawak tapi gak lucu, orangnya seru. Kalau ketawa suka kelebihan jadi nangis. Tapi orangnya seru sih JL.”
  2.     Muhammad Fikri “iya..begitulah, kadang bercanda. Dan kadang kalau marah seperti singa kelaparan. Gampang ketawa, kalau kak Risal ketawa pasti nangis”
  3.     Naufal Rachmadani “suka bilang jangan ketawa/berisik, pada hal kak Risalnya sendiri yang sering ketawa. Makin banyak tugas dan peraturan yang bikin pulang jadi lama. ARIGATO “
  4.      Rizky Faisal “selama 4 bulan mengajar, bagi saya Kak Risal adalah Guru yang lumayan asyik. Malam ahad jarang main gamesL, metode menghafalnya agak susah, salah sedikit disalahkan. Pada hal Cuma salah satu huruf doang langsung disalahin. Kak Risal, metode menghafalnya dipermudah yaJ. Senang juga karena kak Risal bagi-bagi hadiah perbulan dan jalan-jalan setiap hari Ahad pagi”.
  5.     Arul Wipriyadi “kak Risal itu suka canda, kocak, melotot kalau ada muridnya yang salah, orangnya seru, bingung sekarang tawa mulu ya…seru, galak  juga hehehehe…lucu….tawanya banyakin dong Kak hehehe….gokil abis J.
  6.     Andre Setriaji “asik tapi biasanya galak, suka marah-marah, tapi seru kok J. “
  7.       Muhammad Rafly “menurut saya kakak Risal itu serius walaupun suka ada canda tawa, tetapi bila malam Ahad suka tidak mabit lalu suka tidak ada games yang seharusnya games. Tapi saya tetap bangga karena Kak Risal yang sudah membimbing saya mengaji dan memperbaiki akhlaq saya sehingga saya bisa  bisa pintar mengaji. Terimakasih Kak Risal karena sudah membimbing saya dengan penuh ikhlas”.
  8.        M. Abid Genenra”kak Risal itu sangat seru ketika ngajar di Rumah Qur’an. orangnya lucu, baik, sering bikin ketawa. Ketika mengajar ngaji sangat sabar dan penyayang. Kadang juga bikin kesel. Kak Risal adalah Guru yang paling seru/enak diajak ngobrol/bercanda. Kadang kalau gak ketemu kak Risal sehari aja udah kangen bangat. Soalnya seru diajak bercanda dan tidak terlalu serius ketika mengajar di Rumah Qur’an. kak Risal adalah Guru  yang seru, tidak sering marah-marah. Makasih ya kak Risal telah mengajar saya J”.



Iya. Itulah 8 komentar yang pahit dan manis dari santri Rumah Qur’an. semoga ke depannya bisa jadi Guru yang the best deh. AminnJ. Thank you very much for the students home Qur’an. you are my Students are great. 

Senin, 01 Desember 2014

Ketika Santri Berdemo Untuk Mabit


Malam ahad kemarin santri Rumah Qur’an kembali melakukan demo Islami secara berjama’ah. Demo yang dimaksud disini bukan demo seperti di gedung DPR loh ya. ini namanya demo Islamilah ya. “mabit..mabit..mabit..”. iya, kata itulah yang selalu terdengar nyaring ditelinga saya. Setiap saya menuju ke Masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah, pasti ada santri yang bertanya “kak Risal, malam ahad besok mabit gak kak?” lalu saya jawab “gak tau”. Setiap saya jawab gak tau, santri selalu menjawab “yahhh…” sambil mengeluh. Thoyyib, dari situlah saya berfikir dan memperhatikan santri setiap menyetorkan hafalan mereka masing-masing. Terlihat jelas mereka punya niat yang sangat besar untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. entah motivasi apa yang mereka miliki hingga punya niat yang besar untuk menghafal Al-Qur’an dan selalu mengadakan mabit guna untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hati saya selalu bertanya-tanya ketika santri meminta saya untuk mengadakan mabit setiap malam ahad. “kok ini santri semangat bangat ya, beda dengan masa kecil saya dahulu”. Dari situlah saya memulai merancang kembali program untuk santri ke depannya. Karena setiap malam ahad juga saya selalu ingin sekali menginap di Yayasan MJH berbagi cerita dengan para pemuda hebat dari Sulawesi Selatan. Apalagi saat ini kelas 3 SMA udah pada mau ujian. Dan tentunya mereka butuh masukan untuk menghadapi UN dan mendaftar Universitas serta berbagai macam program beasiswa yang bisa kita daftar ke sana. Ya..untug aja saya punya pengalaman setahun yang lalu yang bisa saya bagikan buat anak-anak MJH yang sebentar lagi  udah mau lulus.
                    
                           

Ok next, akhirnya malam ahad kemarin mabit pun saya adakan di Rumah Qur’an Mulia Jatisari. Tapi santri tetap aja pada protes “yah…kak, kok gak di Masjid?”. Hufftt. Kesal? Ya kesallah. Santrinya banyak protes sih. Tapi meskipun ada rasa kesal, saya tetap tersenyum dihadapan mereka. “kalau di Masjid, banyak nyamuk dan dingin. Karena sekarang kan musim hujan”. Ujar saya kepada santri. “gak apa-apa kak, nanti bawa autan aja, kalau bisa bawa selimut juga”. Komentar salah satu Santri Rumah Qur’an.” hadeh… ini santri kok banyak alasan juga ya”. Kata hati saya. Dengan suara yang lantang mulut saya kembali menegaskan “Mala ini mabitnya di Rumah Qur’an bukan di Masjid, kalau ada yang mau mabit di Masjid mabit aja sendiri disana. Dan kalau ada yang gak mau ikut Mabit, batalin aja mabit mala ini. Malam ahad berikutnya gak ada Mabit lagi”. Seketika itu, tidak ada lagi santri yang berkomentar. Dan akhirnya diadakanlah Mabit di Rumah Qur’an yang dipimpin oleh saya sendiri. Kebetulan malam itu juga programnya adalah penerimaan hadiah bagi santri yang berprestasi selama bulan November. Nilainya diambil dari 3 kriteria penilaian. Nilai menulis  hadits dan Ayat, kehadiran dan Akhlaq. Santri berprestai kali ini banyak yang menurun, banyak juga yang meningkat. Example, Rizky bulan lalu peringkat ke 2, sekarang menurun menjadi peringkat ke 3. Fathan bulan lalu peringkat ke 3, sekarang meningkat menjadi peringkat ke 2. Dan peringkat pertama selalu diraih oleh Andre Setriaji. Yang paling drastis peningkatannya adalah Nabil Azizy. Bulan lalu peringkat ke 11, sekarang meningkat menjadi peringkat ke 5. Yes,it is truly remarkable improvement. Nabil ini adalah santri Rumah Qur’an termuda kedua setelah Abdillah Al Barra’. Dan Nabil sekarang duduk di kelas 2 SD dan hafalannya Alhamdulillah sekarang menyetorkan juz 29 surah Al-Qalam.
Kembali lagi ke mabit, Setelah beberapa menit saya menunggu kedatangan santri di Rumah Qur’an, Rizky, Fathan dan Fikri datang dengan muka riang gembira. Mereka masuk ke dalam rumah dengan wajah yang penuh dengan senyuman. Hati saya kembali berkata “wah… senang sekali mereka”. Lama kelamaan, Rafly dan Dani mulai datang juga. Saya bingung mau saya apakan santri pada malam itu. Disuruh muroja’ah pada mengeluh “yah…kak, kok muroja’ah mulu”. Okey, saya pahami keadaan mereka. Akhirnya saya mengeluarkan laptop dari dalam tas saya. Dan berniat untuk nonton bareng aja. namun, tiba-tiba Kak Firman keluar dari kamar dan menuju tempat para santri berkumpul. Saya pun menyerahkan laptop saya ke Kak Firman. “kak, cari film aja deh di you tube”. Kata saya. Kak Firman langsung  mencari film di you tube saat itu juga. Dan sepertinya mata saya sudah setengah watt alias mengantuk. Akhirnya saya menuju lantai dua untuk tidur sedangkan santri nonton bareng dengan Kak Firman. entah film apa yang mereka tonton, yang jelasnya suara tawa mereka terdengar nyaring ditelinga saya.


Nah.. seperti biasa, setiap jam 03.00 pagi, santri saya bangunkan untuk shalat tahajjud di Masjid kemudian dilanjut shalat subuh, muroja’ah dan dzikir pagi di teras Masjid Al-Ihsan. After that, santri saya ajak jalan-jalan pagi ke Yayasan MJH. Disana main futsal bareng dan main basket. Lalu pulang lagi ke Rumah Qur’an. Nah… ditengah perjalanan menuju Rumah Qur’an, santri membuat sebuah video di jalan yang lumayan lucu. Tidak terasa sampai deh di Rumah Qur’an dan menyantap nasi uduk. Setelah itu,saya tertidur pulas di kamar dan santri pulang ke rumah masing-masing. He completed activities Mabit Sunday this time. And I am proud to have students memorize the spirit of the Qur’an. It was incredible for me J.

Malam ahad besok programnya gak ada mabit. gak tau nih para santri. kayaknya pada mau demo lagi kalau  gak ada mabit. lihat saja nanti.