Tidak terasa waktu terus berlalu,
bumi yang berputar dengan porosnya begitu cepat rasanya. Diakhir tahun ini,
hari rabu 31 Desember 2014 . Ribuan bahkan jutaan orang Islam di Indonesia
khususnya daerah Jakarta berbondong-bondong menuju tempat untuk merayakan hari
raya orang-orang kafir yang biasa disebut malam tahun baru Masehi. Baik itu
dari kalangan anak jalanan, siswa, mahasiswa bahkan orang-orang yang sudah
berkeluarga dan bercucu punya semangat 45 dalam merayakan hari besar
orang-orang kafir. Kadang batin ini berteriak dan menangis histeris melihat
saudara-saudara seagama dan seimanku yang terjerat oleh hari besar orang-orang
kafir. Tapi, diri ini belum sanggup untuk menahan mereka hanya bisa mengingatkan via tulisan ini.
Hanya orang-orang yang punya iman yang kuat dan benar-benar mencintai Agama
Islam yang selalu siap mendengar nasehat akan perayaan tahun baru ini. kadang
ku termenung sendiri yang disertai dengan kesedihan yang sangat mendalam,
saudara seagamaku begitu mudah terpengaruh dengan kesenangan dunia yang
bersifat sementara di malam tahun baru orang-orang kafir. Yang keluar dari
mulut mereka adalah nyanyian sambil berlenggok-lenggok ke sana ke mari dan lupa
dengan ayat-ayat Al-Qur’an, lupa dengan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan paling
parah adalah lupa kepada Allah SWT. Yang paling menyedihkan adalah anak-anak
lulusan pesantren yang kuliah di kampus umum masih juga terjerat. Kenapa?? L.
entahlah … berbeda halnya dengan pergantian tahun baru Hijriyah, banyak masyarakat
Islam yang tidak merayakannya, bahkan sekedar tau saja mereka mungkn tidak.
Memang perayaan tahun baru Hijriyah tidak dituntut untuk merayakannya dengan
menyalakan kembang api, meniup terompet, ataupun kumpul di pusat kota dengan
tujuan yang tidak jelas. Tetapi lebih kepada bagaimana memaknainya.
Sejak abad ke-7 Sebelum masehi
bangsa romawi kuno telah memiliki kalender tradisional. Namun kalender ini
sangat kacau dan mengalami beberapa kali perubahan. Sistem kalender ini dibuat
berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan matahari, dan menempatkan
bulan Martius (Maret) sebagai awal tahunnya.
Pada tahun 45 Sebelum Masehi Kaisar Julius Cesar mengganti kalender
tradisional dengan kalender Julian. Urutan bulan menjadi Januarius, Februarius,
Martius, Aprilis, Maisus, Lunius, Quintlis, Sextilis, September, October,
November, December. Di tahun 44 Sebelum Masehi , Julius Caesar mengubah nama
bulan “Quintils” dengan namanya yaitu “Julius” (juli). Sementara pengganti
Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “sextilis” dengan
nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah junius, masuk Julius. Kemudian Agustus.
Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi diseluruh Eropa hingga
tahun 1582 M ketika muncul kalender Gregorian. Januarius (Januari) dipilih
sebagai bulan pertama, diambil dari nama Dewa romawi “Janus” yaitu dewa bermuka
dua ini, satu muka menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang. Dewa
Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju
tahun yang baru. Orang Romawi merayakan
tahun baru dengan cara saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar
Dewa Janus. Mereka juga mempersembahkan hadiah kepada Kaisar.
Saat ini, tahun baru 1 Januari
telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristiani. Namun kenyataanya,
tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari
libur umum nasioanl untuk semua warga dunia. Pada mulanya perayaan ini
dirayakan baik oleh orang Yahudi (Musuh Islam) yang dihitung sejak bulan baru
pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun romawi
dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini
seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Nah…bagaimana dengan pandangan
Islam kawan? Agama yang kita cinta, yang setiap hari kita melaksanakn shalat
lima waktu yang menciri khaskan bahwa kita adalah orang Islam yang sejati. Firman
Allah SWT dalam surah Al-Furqan ayat 72 “dan orang-orang yang tidak memberikan
persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah , mereka lalui saja dengan menjaga
kehormatan dirinya”. Dalam ayat tersebut terdapat kata “Al Zur” (Perbuatan
yang tidak berfaedah). Menurut para ulama tafsir, maksud Al-Zur adalah
perayaan-perayaan orang kafir (ibnu katsir 6/130). Jelas dari pada ayat ini
Allah melarang kaum muslimin menghadiri perayaan kaum musyrikin. Hadits Shahih
Al-Bukhari dan Muslim berikut ini, sabda Rasulullah SAW “ Sesungguhnya bagi
setiap kaum (Agama) ada perayaannya dan hari ini (Idul Adha) adalah perayaan
kita “. Oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan maksud hadits tersebut
bahwa dilarang melahirkan rasa gembira pada perayaan kaum Musyrikin dan meniru
mereka (dalam perayaan). (Fathul Bari, 3/371). Sahabat Abdullah Bin Amr RA
memperingatkan dalam sunan Al-Baihaqi “Barangsiapa yang membangun negeri
orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan
karnaval mereka sampai meninggal dunia dalam kedaan demikian. Ia akan
dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat”. Kawan, tidak tergeserkah hati
kita ini, tidak adakah rasa takut kita kepada Allah jika kematian datang
menjemput kita dimalam tahun baru (hari raya orang-orang kafir). Maukah kitah
dibangkitkan oleh Allah dihari akhir
nanti bersama orang-orang kafir? Jangan, kawan, Jangan!! Sementara beberapa
waktu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram., dengan sepi
tanpa gemuruh apa pun.
Kembali kita merenung sejenak
hadits Nabi SAW “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk
golongan mereka”. (HR, Abu Dawud, Ahmad dan disahikan Ibnu Hibban).
Apa sih bentuk menyerupai orang
kafir dalam hari besar mereka? Ini jawabannya.
1. Hari untuk beribadah kepada
Tuhannya, seperti hari raya wafat Jesusu Kristus, Paskah, Misa, Natal, Tahun
Baru Masehi dan semisalnya.
2. Hari besar yang awalnya
menjadi Syi’ar (symbol) orang-orang kafir, lalu dengan berjalannya waktu
berubah menjad tradisi dan perayaan global.
Telah jelas bahwa perayaan tahun
baru Masehi tidak pernah dilakukan oleh sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.
disamping itu, merayakan tahun baru terdapat beberapa kerugian bagi Umat Islam:
1. Merayakan tahun baru
berarti merayakan ‘Ied (perayaan yang haram)
Anas Bin Malik
mengatakan “orang-orang Jahiliyah dulu memiliki 2 hari (hari Nairuz dan
Mihrojan) disetiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi SAW
tiba di Madinah, beliau mengatakan “dulu kalian memliki dua hari untuk
senang-senang di dalamnya sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua
hari yang lebih baik yaitu Idhul Fitri dan Idhul Adha”. Namun setelah itu
muncul berbagai perayaan di tengah kaum Muslimin. Ada perayaan yang dimaksudkan
untuk ibadah atau sekedar meniu-niru orang kafir. Diantara perayaan yang saya
maksud adalah tahun baru Masehi. Perayaan semacam ini berarti diluar perayaan
yang Nabi SAW maksudkan sebagai perayaan kaum muslimin hanyalah dua yang dikataakan
baik yaitu Idhul Fitri dan Idhul Adha.
Rasulullah SAW
bersabda “kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi
sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta”. Lalu ada yang
menanyakan pada Rasulullah SAW “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia
dan Romawi? Beliau menjawab “ selain mereka, lantas siapa lagi?”.
3. Merayakan amalan yang tanpa
tuntunan dimalam tahun baru.
4. Terjerumus dalam keharaman
dengan mengucapkan selamat Tahun Baru.
Ibnul Qayyim
dalam Ahkam Ahli Dzimmah mengatakan “adapun memberi ucapan selamat pada
syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang yang kafir (seperti
mengucakan selamat natal, pen)adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’
(kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari
raya dan puasa mereka seperti mengatakan ‘semoga hari ini adalah hari yang
berkah bagimu’ atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan
semacamnya”.
5. Meninggalkan perkara wajib
yaitu shalat 5 waktu.
Ini mungkin masih
ada yan melaksanakn shalat sih, tapi yah…begitulah ya. Cuma sekian persen.
6. Begadang tanpa ada hajat
Diriwayatkan
dari Abi Barzah beliau berkata “Rasulullah SAW membenci tidur sebelum isya
dan ngobrol-ngobrol setelahnya”.
7. Terjerumus ke dalam zinah.
Kalau masalah
ini juga banyak yang terjadi kawan
8. Meniru perbuatan setan dan
melakukan pemborosan
9. Menyia-nyiakan waktu yang begitu
berharga.
Yapp, itulah sekilas tentang
tahun baru. Semoga bermanfaat. Kalau belum puas. Artikel di internet banyak
bangat mengenai tahun baru. Namun intinya sama yaitu “haram, dan mengikuti hari
raya orang-orang kafir” penjelasannya aja yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar