Selasa, 28 Oktober 2014

Kisah Menyedihkan ke Empat Saudaraku

Selama tiga tahun lebih aku merantau di Ibu Kota Jakarta. Orang-orang sukses selalu terlihat di depan mataku. Jauh beda dengan orang-orang pelosok seperti di daerahku kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Sangat jarang aku meihat orang-orang hebat, selain orang-orang yang berprofesi sebagai petani seumur hidup mereka. Dan itulah yang dialami oleh ke empat saudaraku. Sungguh menyedihkan.

1.       Kak Olleng
Kak Olleng adalah kakak pertamaku, ia sekarang berumur 28 tahun. Masa kecilnya ia jalani di sebuah kampung yang amat sangat terpolosok di Kabupaten Bulukumba. Desa Somba Palioi. Ia hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 5 SD. Itu pun selama sekolah tidak pernah mengikuti pelajaran di sekolah. Ia hanya menunggu di tengah jalan sampai teman-temannya pulang. Umurnya semakin bertambah hingga ia menginjak masa remaja. Kak Olleng adalah satu-satunya remaja kampung yang ditakuti oleh banyak orang. Why? Karena ia sangat nakal. Kerjaannya tiap hari adalah berantem dan memukul anak orang hingga benjol-benjol. Bukan hanya itu Kak Olleng juga pernah mencuri cokelat warga kampung di jalan, hingga ia masuk penjara selama 3 bulan. Setelah ia bebas dari penjara, ia ke rumah orang tua saya selama seminggu dan pamit ke Malaysia. Namun, ia merasa terjanggal karena Ayah dan Ibuku tidak mengizinkan kak Olleng untuk pergi ke Malaysia. Karena usianya yang masih remaja. Tapi, Kak Olleng ini tetap saja ngelotot pengen ke Malaysia. Hingga tanpa restu dari Ayah dan Ibuku ia berangkat ke Malysia. 10 tahun lamanya Kak Olleng di Malaysia, ia tidak pernah ada kabar sama sekali. Tetanggaku menganggap bahwa Olleng mati di Malaysia karena ia tidak pernah ada kabar. Namun, Ibuku masih saja merindukan anak pertamanya ini. hingga pada tahun 2012 Kak Olleng pulang kampung dan membawa uang sebanyak Rp. 2.000. huffttt menyedihkan. 10 tahun lamanya di Malaysia pulang kampung cum bawa uang Rp. 2.000. Menyedihkan bukan? Saya jawab PAKE BANGAT MENYEDIHKANNYA. Nah… selama beberapa bulan di kampung, ia semakin terlihat nakal. Kebun Ayahku dijual Oleh Kak Olleng tanpa tujuan yang pasti. Motor Ayahku pun ia jual karena utan-utangnya tidak bisa ia bayar. Ayah dan Ibuku tidak bisa berbuat apa-apa melihat tingkah Kak Olleng seperti ini. di rumah kerjanya hanya tidur,nonton TV, dan marah-marah. Dan bahkan ia sering menendang panci dan piring di dapur ketika ia mau makan tapi tidak ada makanan. Ibuku hanya bisa menjatuhkan butiran-butiran air matanya melihat tingkah Kak Olleng. Hingga saat ini, ia tidak pernah berubah sikapnya. Dan sekarang Kak Olleng sudah bersitri dan punya anak. Tapi sikapnya tetap seperti itu, bahkan ia sering membentak istrinya di rumah. Sekarang, ia hanya berprofesi sebagai petani di kampung. Huuffftt.



2.       Kak Andri
Kak Andri adalah kakak keduaku. Alhamdulillah kak Andri tidak berakhlak buruk seperti Kak Olleng. Ia lebih sopan dan lebih tampan dari Kak Olleng. Kak Andri hanya berpendidikan sampai kelas 2 SMP. Ia memutuskan pendidikannya karena warga sekampungku menggosipnya bahwa di sekolah ia pernah berpacaran bahkan menciumnya dengan tetanggaku sendiri. Pada hal semua itu hanya omongan kosong dari warga sekampungku. Setelah putus sekolah, Kak Andri mengikuti jejak Kak Olleng. Jejak apakah itu? Kak Andri memutuskan untuk ke Malaysia juga. Dan hingga saat ini, sudah 10 tahun kak Andri di Malaysia. Aku masih ingat, saya masih duduk di bangku kelas 2 SD, saat itu pun Kak Andry ke Malaysia. Dan sekarang saya duduk di bangku kuliah Kak Andry belum pulang-pulang juga. Selama ia di Malaysia, ia pernah ngasi kabar sewaktu saya masih kelas 5 SD. Cuma itu doang. Dan sekarang saya tidak tau bagaimana kabar Kak Andri Di Malaysia.

3.       Kak Nurmi
Kak Nurmi adalah kakak ketigaku. Ia  adalah kakak perempuanku satu-satunya. Dan satu-satunya kakakku yang berprestasi di sekolahnya. Disukai oleh banyak Guru dan teman-temannya karena ia berprestasi di bidang akademik. Selain itu, kak Nurmi juga berprestasi dibidang non akademik. Apakah itu? Kak Nurmi sering mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat kabupaten. Namun, prestasi yang ia miliki musnah ketika ia lulus SMA. Kenapa? Seminggu setelah UN SMA, Kak Nurmi di jodohkan oleh Ayah dan Ibuku dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Mimpinya sebagai guru tak bisa ia raih, ia putus asa. Pendidikannya akan terputus karena ia akan menjadi seorang istri buat laki-laki yang tidak dikenalnya. Pada hal kak Nurmi sudah punya calon suami pilihannya sendiri. Tapi, jodoh itu ditangan Tuhan. Dan saat ini Kak Nurmi berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga dan dikaruniai oleh dua orang anak.




4.       Kak Ari
Kak Ari adalah kakak terakhirku alias kakak ke empat. Kak Ari ini adalah kakak yang paling tampan dan cerdas, dan hebat berceramah. Tapi sayangnya, ia hanya berpendidikan sampai kelas 2 SMA. Ia memutuskan sekolah, karena tidak tahan dan bosan tingga di pesantren terus. 3 bulan setelah ia putus sekolah. Ia menikah dengan perempuan di desa tetangga sendiri. Kasian.. baru kelas 2 SMA udah menikah. Namun, hubungan dengan istrinya tidak berlangsung lama. Ia hanya hidup setahun bersama istrinya. karena istrinya selingkuh di tengah hutan ketika Kak Ari kerja  sebagai petani kelapa sawit di Kalimantan. Yah…karena istrinya selingkuh, terpaksa Kak Ari menceraikannya. Dan ia menjadi duda selama 4,5 tahun. Dan 4 minggu yang lalu, kak Ari menikah lagi dengan wanita dari tetangga Desa sendiri. Dan saat ini, Kak Ari berprofesi sebagai petani.

5.       Dan yang terakhir ini, lahirlah anak ke lima dari pasangan suami istri H. Sulle dan Sabo. Anak yang ke lima ini adalah adik kandung dari Kak Olleng, Kak Andri, Kak Nurmi dan Kak Ari. Anak yang ke lima ini adalah salah satu anak H. Sulle yang bisa mendapatkan prestai di bangku sekolah, juara kelas, juara MTQ, MHQ, Da’I, Pramuka, Puisi, SKJ, Volly  dan masih banyak prestasi yang pernah ia raih. Bahkan anak ke lima ini dapat beasiswa SMA di Jakarta. Selama ia SMA, ia  punya banyak fans karena kemahirannya membaca Al-Qur’an. Dan ia selalu mewakili sekolahnya mengikuti lomba da’I dan MTQ. Selain itu, ia juga banyak pengalaman organisasi mulai dari ketua PASKIBRA, Ketua SEKBID 1 OSIS, Wakil ketua II ROHIS dan lain-lain. Dan pada tahun 2014, ia menjadi lulusan terbaik ke dua di Yayasan Muslim Jabal Haq (YMJH) Dengan predikat SANGAT MEMUASKAN. Ia pun punya cita-cita menjadi seorang dosen dan hafidz 30 juz. Cita-citanya sebagai Menteri Keuangan terhapus semenjak ia bergabung sebagai Guru Qur’an (Tahfidz) Di yayasan Rumah Qur’an Mulia. Dan saat ini, ia menjadi penulis (tapi belum terkenal hehe…)dan ia tercatat sebagai Guru Qur’an dan Mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah jurusan Tafsir Hadits strata 1 (S1). Ia punya mimpi melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Al-Azhar Madinah. Siapakah anak ke lima ini. dia adalah saya sendiri. Namaku RISAL SULLE. Saya ingin membahagiakan seluruh masyarakat di kampungku terutama keluargaku dan khususnya lagi kedua orang tuaku. Saya tak ingin nasibku seperti saudara-saudaraku. Saya siap menjadi mutiara ditengah-tengah mereka.






Senin, 27 Oktober 2014

Go To GBK

Usai mengikuti lomba Musabaqah Hafidzul Qur'an di SD Qur'an Jatimakmur, Pondok Gede dari pagi sampai siang. denga mendapatkan juara sebagai juara ngarap, malamnya go to Gelora Bung Karno (GBK) bersama Pak Rijal, Guru-Guru Rumah Qur'an Mulia dan santri. di GBK ada acara wisuda Qur'an yang ke lima pondok Pesantren Daarul Qur'an yang didirikan oleh Ustadz Yusuf Mansur. acara tersebut dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai provinsi di Indonesia. dan juga dihibur oleh Opick. dan dihadiri oleh para syekh dari wilayah Timur Tengah. acara pada malam itu berlangsung dengan hikmat. 

Minggu, 26 Oktober 2014

Sang Juara Ngarap


Santri rumah Qur’an menerima undangan musabaqah Hafidzul Qur’an (MHQ) dari Ustadz Sarito Guru Qur’an di SD Qur’an Jatimakmur sekaligus sebagai ketua pelaksana dalam acara MHQ. Namun, undangan MHQ itu tidak langsung diberikan ke santri tapi ke saya. Kenapa? Karena saya adalah Guru mereka yang berkewajiban untuk membimbing mereka dan memberitahu akan undangan itu. Malam kamis seminggu sebelum lomba, saya kumpulkan mereka sebelum saya berangkat mengajar di Yayasan Muslim Jabal Haq (YMJH).   Mereka berkumpul dengan wajah yang kelihatan tersenyum bahagia dan sesekali tertawa. Yah…saking senangnya mereka. Mereka duduk rapih dan tertib tanpa saya perintahkan, mereka memang sudah bisa berjalan sendiri tanpa diatur lagi oleh saya dan Ustadz Firman. setelah mereka semua tertib, saya umumkan bahwa ada undangan lomba MHQ. Wahh…dengan waktu yang singkat mereka berteriak “kak, kak, saya mau ikut kak juz 30 dan 29” waww mereka semangat sekali mengikuti lomba ini. "Tapi ada syarat dan ketentuan mengikuti lomba ini” ujar saya kepada santri Rumah Qur’an. Santri terdiam dan tidak mengeluarkan satu kata pun dari mereka. Dengan suara yang lantang saya umumkan syarat dan ketentuan mengikuti lomba tersebut “juz 30 diikuti oleh siswa kelas 1-3 SD, dan juz 29 dan 28 diikuti oleh kelas 4-6 SD”. Andre salah satu santri Rumah Qur’an terdiam yang diduduk di kelas 1 SMP, tadinya dia semangat sekali mengikuti lomba. Tapi karena yang ikut Cuma santri yang duduk di bangku SD, Andre hanya bisa menemani saja teman-temannya yang akan ikut lomba.  Nah… yang ikut lomba ada 3 orang yaitu  Nabil juz 30, Rizky Faisal juz 29 dan 30, Fikri juz 29 da n 30.
Seminggu kemudian tepat pada hari sabtu 25 Oktober 2014, tibalah hari dimana lomba MHQ akan  dilaksanakan di SD Qur’an Jatimakmur, Pondok Gede. Rizky dan Fikri berangkat bareng dengan saya. Kemudian Nabil bareng dengan Ayahnya sendiri Ustadz Alwi. 30 menit kami tempuh perjalanan dari rumah Qur’an Jatisari menuju ke SD Qur’an. Setelah sampai di tempat lomba, santri daftar ulang. Dan terdengar suara panggilan dari lantai dua di SD qur’an. “ Risal…Risal..Risal” ya..suara panggilan untuk saya. Saya menuju ke lantai dua, ternyata Ustadz Qeis yang memanggil saya. “Sal, tolong masukin soal-soal ini ke dalam amplop” ujar Ustadz Qeis kepada Saya. Ya..langsung saja saya kerjakan tugas itu. Kusimak soal satu persatu sebelum saya masukkan ke dalam amplop. Yah…ternyata terdiri dari tiga soal berupa menyambungkan ayat yang akan dibacakaln oleh dewan Juri. Hmmm… saya mengangguk-angguk terlihat beda sewaktu saya lomba MHQ juga waktu masih SMA. Soalnya bukan nyambung ayat saja, tapi ada nebak surat dan menyambung dari surat ke satu kesurat berikutnya. Yah,…maklumlah ya karena kali ini yang lomba adalah tingkat SD bukan tingkat SMA. Ketika saya sedang memasukkan soal ke dalam amplop, Ustadz Irfan datang dan duduk tepat di depan saya “Ustadz Risal nanti pas pembukaan antum tasmi’ ya”. Ujar Ustadz Irfan kepada saya. Tanpa basa basi saya langsung menjawab “iya Ustadz, saya siap”. Seketika itu, saya berniat membaca surat Al-Muzzammil yang terdapat di juz 29.

Waktu terus berlalu, pembukaan akan segera dimulai di lapangan sekoah SD Qur’an Jatimakmur. Para peserta dan pendamping peserta duduk rapih di lapangan yang beralaskan dengan karpet berwarna merah darah. Pembukaan dimulai dengan tasmi’ (membaca Al-Qur’an tanpa melihat Al-Qur’an alias dihafal) oleh saya sendiri. Saya maju ke depan di depan orang banyak untuk tasmi’. Selang waktu kemudian, acara pembukaan selesai dan masuk ke acara inti yaitu lomba MHQ. Para pendamping peserta lomba termasuk saya diminta untuk keluar dari lapangan, yang hanya di lapangan adalah para peserta lomba MHQ. Pertama maju adalah Risky Faisal membuat saya deg degan karena ketika ia diberi pertanyaan oleh juri,  ia menjawabnya dengan macet. Kemudian disusul oleh Fikri. Nah… Fikri ini lebih macet lagi. Dan disusul oleh Nabil dan ini lebih parah macetnya. Aduhhh..tapi gak apa-apalah ya. Kemudian disusul lagi oleh 26 pserta MHQ dari santri rumah Qura’n Jatimakmur. Huuuffftttt saya sangat deg degan saat itu sebagai guru tahfidz mereka, membimbing mereka seminggu sebelum lomba. Setelah mereka bertiga selesai tampil, saya dan santri makan di area belakang sekolah. Setelah makan, saya tertidur pulas. Dan bangun pas adzan dzuhur. Dan ternyata pengumuman pemenang MHQ sudah diumumkan. Dan ketiga santri saya dari rumah Qur’an Jatisari ada yang juara tapi juara ngarap. Rizky juara ke empat dan Fikri juara ke lima. Yah…tidak apa-apa. Yang juara satu adalah santri dari Rumah Qur’an Jatmakmur yaitu Hafidz. Dan juara kedua pun santri dari Rumah Qur’an Jatimakmur juga yaitu Fawwaz. Juara ketiga pun demikian tapi saya tidak tau namanya siapa. Intinya yang juara tiga adalah santriwati (perempuan). Hafidz dan Fawwaz ini adalah murid saya juga sewaktu saya mengajar di Rumah Qur’an Jatimakmur. Setelah pengumuan sudah selesai saya langsung pulang ke Rumah Qur’an Jatisari bareng dengan Rizky, Fikri, Nabil dan Ustadz Alwi. Dengan niat untuk istirahat alias tidur siang. Mengumpulkan tenaga untuk acara entar malam di Gelora Bung  Karno Jakarta Pusat. Ada acara apa ya? Tunggu ceritanya ya. Syukron.




Jumat, 24 Oktober 2014

Bocah Itu Ujian Tahfidz

Tidididididing……. Terdengar bunyi bel sekolah yang menandakan pelajaran di kelas akan segera dimulai. Dengan berpakaian baju muslim berwarna cokelat lengan pendek, menambah semangat saya untuk menguji anak-anak dalam bidang tahfidz Qs. An-Naba. Kok ujian tahfidznya Cuma An-Naba? Iya, karena yang anak-anak hafal baru surah An-Naba itupun belum ada yang tuntas. Yang paling banyak adalah ayat 30. Maklumlah ya… mereka masih anak-anak TK belum sehebat Musa pemenang hafidz Indonesia 2014 yang disiarkan langsung oleh stasiun TV RCTI. Meskipun anak-anak yang saya didik baru hafal sampai ayat 30, namun saya tetap bangga dengan hafalan yang mereka punya. Bangga karena usia mereka yang masih dibawah 5 tahun sudah bisa menghafal Al-Qur’an beda jauh dengan saya dulu waktu seumuran mereka. Kerjanya bukan menghafal, tapi minta dibelikan mainan terus sama Ibu dan belum bisa mengucapka lafadz basamalah. Huuffftt kasiannya kodong.

Jam dinding menunjukkan pukul 07.30. anak-anak beraris di halaman sekolah. Ya.. itulah kebiasaan setiap hari sebelum masuk kelas berbaris dihalaman untuk baca iqrar (baca do’a), happy-happy, bertepuk tangan sambil bernyanyi yang dipimpin oleh Ibu Fitri dan Ibu Windy. Kadang juga saya yang mimpin mereka. Tapi sekalii-kali doang. Hehe… setelah berbaris dihalaman, anak-anak masuk kelas satu per satu. Tapi ada syarat memasuki kelas. Apakah itu? Mau tau aja, atau mau tau bangat? Hehe…alay. Syaratnya adalah mereka harus bisa menjawab pertanyaan yang saya berikan buat mereka. Yah…pertanyaannya berupa kosakata bahasa Arab. Mulai dari anggota badan, angka 1 sampai 10  dan benda-benda dalam kelas. Alhamdulillah setiap anak yang saya Tanya mereka bisa menjawab. Syukurlah…

Selang waktu kemudian, anak-anak duduk rapih dikelas TK A untuk mengikuti tes hafalan surah An-Naba. Tapi, sbelum tes dimulai, saya memimpin meraka terlebih dahulu muroja’ah Surah An-Naba sekitar 20 menit. Wah…suara mereka lantang, terdengar di masjid Al-Abraar  membuat kepala Sekolah dan pendiri sekolah bangga dengan mereka. Muroja’ah hafalan dimulai dengan suasana yang membuat ruangan bergetar lantaran suara ana-anak yang lantang. Nah… setelah muroja’ah hafalan, mereka tidak saya tes langsung. Tapi saya ajak mereka bernyanyi alias bergembira ria supaya mereka tidak kaku saat tes dimulai. Yah..lagunya saya ajarkan dalam berbahasa Arab, namanya juga Guru bahasa Arab, ya..pantaslah kalau saya ajarkan mereka bernyanyi pake bahasa Arab. Wah…mereka kelihatannya tampak senang dengan nyanyian. Sehingga diantara mereka terlihat kecapean di kedua mata telanjang saya. Akhirnya mereka saya persilahkan duduk yang rapih sesuai dengan kelas masing-masing. Play group bergabung dengan anak-anak play group, TK A bergabung dengan TK A, Begtu pun dengan TK B. nah… tibalah waktu saatnya tes hafalan dimulai. Tapi seperti apa ya tesnya? Apakah mereka saya suruh nyambung ayat? Oww..tidak, tidak seperti saya waku tes hafalan ditanya-tanya bertele-tele. Mereka hanya saya minta berdiri di depa teman-teman mereka membaca surah An-Naba sehafalnya aja. Iya.. yang pertama maju adalah Arkan murid dari TK B. suaranya wowww lantang dan gede. Anak ini semangat sekali, begitu pun dengan yang lainnya. Dan diakhiri oleh Chika murid dari TK A. tes hafalan ini berlangsung sekitar 1 jam. Ahamdulillah semuanya maju dan membaca surah An-Naba sehafalnya mereka.


Ada kebanggan tersendiri buat saya yang telah mengajarkan mereka menghafal Surah An-Naba meskipun belum ada yang tuntas. Tapi rasanya gimanaaa gitu. Senang deh pokonya. Semoga ilmu ini terus bermanfaat. Amin..






Senin, 20 Oktober 2014

Malam bina iman dan taqwa

“MALAM BINA IMAN DAN TAQWA”
 Malam yang yang difokuskan untuk beribadah guna untuk membina iman dan taqwa. Ya.. itulah yang disebut malam bina iman dan taqwa (MABIT). Apa sih pengertian yang sesungguhnya dari Mabit itu? Sebenarnya, dalam bahasa Arab mabit itu adalah bermalam atau menginap. Hmm sama aja ya. So, timbul pertanyaan, ngapain aja sih ketika bermalam? Ya… ada banyak kok, muroja’ah hafalan, belajar agama, games, tadabbur alam jam 2 malam dan masih banyak lagi. Mabit adalah salah satu program yang telah kami jalankan di Yayasan Rumah Qur’an Mulia.  Dimana program ini diadakan setiap miggu ke dua dan ke empat setiap bulannya. Kadang dilaksanakan di Masjid kadang juga di Rumah Qur’an Mulia. Tapi seringnya di Rumah Qur’an Mulia. Why? Karena di Rumah Qur’anlah tempat santri menyetor hafalan dan belajar Ilmu tajwid.
Malam ahad kemarin (19 oktober 2014) Mabit diadakan di Masjid Al- Ihsan yang  diikuti oleh 15 santri yayasan Rumah Qur’an Mulia dibawa pimpinan saya sendiri dan Ust. Firman. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 20.00 WIB,  Santri mulai berdatangan di Rumah Qur’an dengan wajah begitu gembira. Di punggung mereka ada tas yang tentunya berisi Al-Qur’an dan buku panduan dzkir pagi dan sore. Lama-kelamaan lengkaplah sudah 15 orang. Dengan berpakain baju kokoh berwarna putih kenangan dari MJH dan sarung kotak berwarna biru kenangan dari Ibu 7 tahun yang lalu, saya gunakan untuk memimpin santri ketika mabit. Ya…mabit malam itu dibuka dengan muroja’ah hafalan juz 30 dan dilanjutkan games yang membuat santri semakin tertawa terbahak-bahak. Saya pun ikut tertawa terbahak-bahak juga.  Setelah satu jam berlalu, selesailah sudah muroja’ah hafalan dan games. So, berikutnya apa? Berikutnya adalah penerimaan hadiah yang dilaksanakan di Masjid Al- Ihsan bagi santri yang berprestasi selama bulan September. Nilai mereka diambil dari 3 kriteria yaitu nilai menulis ayat dan hadits, akhlaq dan kehadiran. Sehingga yang berhak menjadi santri berprestasi adalah Andre Setiaji, Rizky Faisal dan Fathan Mubina. Mereka bertiga memang santri yang membuat saya bangga. Sehingga pantaslah jika mereka menjadi santri berprestasi. Hadiahnya sangatlah sederhana. Berupa makanan ringan. Tapi bukan itu tujuan utama yang mereka kejar, tapi bagaimana mereka bisa membuktikan kemampuan mereka dalam bidang agama mereka.
Setelah pembagian hadiah, semuanya saya perintahkan untuk tidur karena malam sudah semakin larut. Namun, sesuatu yang menjanggal dalam diriku. Apakah itu?? Para santri tidak bisa tidur. Why? Ada apa gerangan?? Alasannya simple bangat. Banyak nyamuk, huffttt… gara-gara nyamuk mereka tidak bisa tidur. Tapi, untung saja Ust. Alwi datang membawa autan yang banyak untuk para santri. Akhirnya dengan autan itu para nyamuk ogah untuk menghisap darah lagi. Akhirnya santri pun tertidur nyenyak dan saya pun menyusul tidur di tengah-tengah masjid.
Waktu berputar begitu cepat. Tepat pada pukul 02.00 malam. Santri saya bangunkan satu-persatu untuk tadabbur alam. Alhamdulillah tidak ada diantara mereka yang susah saya bangunkan. Gerak cepat, itulah yang meraka lakukan. 15 menit kemudian, shalat tahjjud dimulai yang diimami oleh Ust. Firman dan dilanjutkan shlaat witir 3 raka’at yang diimami oleh saya sendiri. Hmm… suara merdu sang nyamuk terdengar lagi membuat para santri mulai mengeluh. Namun, saya beri mereka pencerahan sedikit tentang pahala shlalat tahajjud. Dan aalhamdulillah mereka semangat lagi dan tidak peduli dengan suara merdu sang nyamuk. Setelah itu, santri saya perintahka untuk ke lapangan yasmi (lapangan bulu tangkis) untuk tadabbur alam. Ust. Firman sudah menunggu disana. Satu-persatu ,mereka menuju lapangan. Rasa takut masih ada dalam diri mereka untuk ke lapangan yasmi. Ya.. wajarlah usia mereka memang usia anak SD. Namun akhirnya mereka berhasil mengalahkan rasa takut itu.dan berkumpul di lapangan yasmi membahas tafsir dari surah An-Naba tentang berita besar. Apakah berita besar itu? Baca sendiri dalam tafsir. Hehe…

Selang beberapa waktu kemuadian, adzan subuh mulai terdengar. Para santr menuju ke masjid untuk shlalat subuh dan dilanjutkan dzikir pagi di teras masjid. Setelah dzikir, tiba-tiba Pak Rijal datang membawa nasi uduk untuk sarapan para santri. Dan..nyem..nyem..nyem enak memang rasanya nasi uduk yang berlauk tempe dan bakwan. Setelah sarapan, para santri saya ajak renang di YAPIDH tapi bayar sendiri. Namun, tidak semua dari mereka yang ikut renang karena sudah kelelahan mengikuti kegiatan semalaman. Renang ini adalah agenda terakhir pelaksaan mabit. Dan insyaallah berikutnya akan diadakan mabit lagi dengan remaja masjid Al- Ihsan yang akan diketuai oleh teman saya sendiri dari kampus. Tunggu ceritanya 2 minggu lagi. Salam sukses akhirat.



Selasa, 14 Oktober 2014

Aku, Kesuksesan dan Kegagalan

“AKU, KESUKSESAN DAN KEGAGALAN”

Kesuksesan menurut aku adalah meraih apa  yang telah orang itu impikan dalam hidupnya. Sukses  bukan berarti punya rumah yang mewah, kendaraan yang mewah, handpone yang mewah dan lain sebagainya. Betapa bahagianya hati seseorang ketika meraih kesuksesan itu. Seperti yang aku alami saat ini. Kesuksesan yang aku alami  adalah sukses menjadi wakil ketua  ROHIS di sekolah. Mengapa aku katakan demikian? Karena banyak hal yang telah aku lakukan selama aku menjabat sebagai wakil ketua ROHIS yang membuat guru-guruku selalu mengingat yang pernah aku lakukan.  Salah satunya adalah aku selalu membaca Al-Qur’an setiap pagi di sekolah sebagai salah satu tanggung jawab wakil ketua ROHIS. Bahkan ada beberapa sahabatku yang datang kepadaku untuk aku ajarkan membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid yang benar. Kemudian aku sukses menjabat sebagai ketua PASKIBRA, ketua SEKBID 1 OSIS dan ketua kelas.

Kesuksesan itu selalu disertai dengan kegagalan. Kegagalan sangatlah menyakitkan bagiku. Kegagalan bisa membuat seseorang putus asa untuk terus berjuang. Banyak sekali kegagalan yang pernah aku alami saat di SMA. Salah satunya adalah aku selalu gagal untuk meraih juara 1 di kelas. Meskipun aku gagal, aku tidak pernah menyerah aku selalu spirit dan selalu semangat untuk belajar. Karena aku selalu berprinsip kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Aku gagal menjadi juara 1, bukan berarti aku tidak bisa mmenjadi orang yang hebat di sekolah. Meski aku  gagal meraih juara 1, tapi aku selalu menjadi contoh dan tauladan yang baik di kelas buat sahabat-sahabatku.yang kedua adalah aku gagal menjadi ketua ROHIS dan hanya menjabat sebagai wakil ketua ROHIS.

Senin, 13 Oktober 2014

Perawanku direnggut Pacarku

“PERAWANKU DIRENGGUT PACARKU”

Ketika kita menyimak orang yang menjalin hubungan atau yang biasa disebut pacaran, mungkin tidak asing lagi kita mendengar berita-berita negatif dari orang-orang yang berpacaran. Atau mungkin setiap hari kita mendengar sisi negatif dari satu hal ini yang tentunya dilarang dalam Agama Islam. Dengan teran-terangan Allah sendiri mengingatkan kepada manusia dalam Al-Qur’an Bahwa “janganlah mendekati zina”. Peringatan ini bukanlah peringatan yang sudah pahit lagi terdengar di kedua telinga kita, sering dibahas di dalam pengajian atau pun khutbah jum’at. Tapi kenapa masih banyak umat Nabi Muhammad SAW yang terjerumus akan hal ini? Yah… itulah manusia yang diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri.
Para pembaca yang dirahmati Allah,
Kali ini saya akan menyampaikan sebuah kisah seorang wanita yang tidak perawan lagi akibat keperawanannya direnggut oleh pacarnya sendiri, kalau dalam Agama Islam disebut Zina.
Wanita ini tinggal disebuah desa pedalaman di Kabupaten Bulukumba. Ia lahir dalam keluarga yang sederhana, Ibunya pun punya penyakit yang biasa dikatakan gila sedikit alias sinting. Tapi tidak sinting-sinting amat. Wanita ini tidak pernah mengenyam bangku pendidikan baik itu TK, SD, SMP apalagi SMA. Karena wanita ini mengikuti jejak kedua orang tuanya yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Ia besar tanpa ajaran Agama, sehingga ketika wanita ini menginjak usia dewasa, ia mulai mengenal berpacaran sama halnya dengan teaman-temannya yang lain.  Dan parahnya lagi, wanita ini berpacaran dengan sepupu saya sendiri. Tapi saya ikhlaskan saja. Yang penting mereka saling mencintai dan tidak melewati batas. Mereka berbagi cerita via handphone dengan panggilan suami dan istri. Naudzubillahi mindzalika. suatu waktu, saya pernah meminjam handphone sepupu saya dengan niat untuk SMS ke teman saya di pondok. Eh…karena jari-jari ini juga agak nakal, akhirnya saya buka pesan masuk. Ku lihat dengan kedua mata telanjang saya di layar hanphne itu tertulis “suamiku, udah mandi belum?”. Wow…saya terkaget-kaget luar biasa saat itu. Kebingungan yang amat sangat. Akhirnya esok harinya saya tanyakan ke sepupu saya “kok kemarin ada pesan dari istrimu, suamiku udah mandi belum?”. Tanyaku ke sepupu saya. Dengan wajah ceria dan gembira ia menjawab “o..itu pacar saya, tapi saya panggil istri karena rasa ini, wanita itu adalah istriku”. Ya..ya.. saya mengangguk-angguk aja dan tidak bisa berkomentar apa-apa.
Seminggu kemudian, mereka ketemuan di rumah saya. Wanita itu datang dengan celana levis yang ketat dan baju berwarna kuning. Senyumannya manis, wajahnya juga lumayan cantik, rambutnya panjang dan lurus. Pantas saja sepupu saya mencintainya. Wanita itu masuk ke dalam rumah saya tanpa mengucapkan salam. Hmm…sudah ku tebak seperti apa pergaulannya. Lama-lama sepupu saya pun datang dengan menggunakan kostum yang amat sangat sederhana. Bercelana pendek dan berbaju kaos berwarna cokelat tua ditambah lagi dengan asap rokoknya yang tidak berhenti berhembus dari dalam mulutnya. Ia masuk ke dalam rumahku tanpa salam pula. Hmmm… jodohnya mintong kasi’na. mereka saling berbagi cerita yang sepertinya lumayan menarik sehingga mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Saking asyiknya mereka ngobrol, tidak terasa jam dinding menunjukkan pukul 17.30. sepupu saya minta izin ke pacarnya untuk pamit pulang ke rumah untuk mandi dan ngobrol lagi setelah isya.

Singkat cerita, mereka pun melanjutkan obrolannya di rumah saya. Malam itu rumah saya full oleh penonton setia mimpi manis. Ada yang masih ingat sinetron ini? Yang dibintangi oleh Dewi Persik. Maklum di kampung saya memang Cuma saya yang punya TV, jadi tetangga-tetanggaku mendatangi rumahku untuk menonton sinetron mimpi manis. Nah.. karena sepupu saya merasa terganggu dengan pacarnya, akhirnya mereka masuk ke dalam kamarku yang tidak ada pintunya. Hanya ada gordyn berwarna merah yang melindungi mereka dari ramaian fans sinetron mimpi manis. 30 menit berlalu mereka berduaan dalam kamarku. Setan mulai menggoda mereka berdua, sehingga terjadilah eeehhhmmmmm… para pembaca mengertilah ya.  Saat mereka sedang melakukan ehhmm ini, ternyata mereka ketahuan oleh kakak saya tapi mereka tidak mengetahuinya. Kakak saya mengintip mereka dari jendela kamarku. Tapi dibiarkan saja melanjutkan eeehhhmmm ini. Pagi harinya, barulah kakak saya menceritakan ke orang tua sepupu saya. Karena takut berita ini terdengar oleh orang-orang di kampung, akhirnya sepupu saya melamar pacarnya yang tidak perawan lagi seminggu kemudian. Dan untung saja orang tua dan keluarga merestui hubungan mereka. Tapi, setelah beberapa bulan mereka sah menjadi suami istri, sang istri belum hamil-hamil juga. Pada hal mereka telah melakukan ehhhhmmmm saat mereka pacaran. Apakah yang terjadi?? Ternyata dan ternyata sang istri ini MANDUL alias tidak bisa memberikan buah hati untuk suaminya yang telah merenggut perawannya dimasa mereka pacaran. Akhirnya mereka sering bertengkar dan tidak kelihatan tanda-tanda kebahagiaan mereka setelah sah menjadi suami istri hingga saat ini. Pada hal sekitar 4,5 tahun mereka sah menjadi suami istri. Mungkin inilah hukuman di dunia bagi mereka yang berani melakukan zina. Hati-hati yang laki-laki, jangan sampai merenggut perawan anak orang. Ingatlah pembalasan Allah. Semoga kita semua terhindar dari perbuatan yang yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Amin. 

Minggu, 12 Oktober 2014

Risal anak Aren

                                                             “RISAL ANAK AREN”

Disaat matahari mulai bersembunyi dibalik gunung lompo battang. Terdengar suara tangisan seorang bayi. Diiringi  dengan hembusan angin sepoi-sepoi dunia menyambut kelahiran bayi itu dengan senyuman bahagia.Suara tangisan seorang bayi itu bagai nyanyian rindu untuk Ayah dan Ibunya. Burung-burung pun terbang tinggi di angkasa dan berkicau riang menyambut kelahiran seorang bayi ke 5 dari pasangan suami istri H.Sulle dan Sabo di sebuah Desa yang hanya terdapat beberapa rumah kayu. Bayi itu diberi nama RISAL SULLE. Ya.. itulah aku yang terlahirkan dari pelosok Desa jauh dari keramaian kota. Hari semakin gelap meninggalkan cahaya mentari yang telah bersinar menyinari bumi. Dan suara tangisanku mulai membisu bersama malam yang bahagia bagi Ayah dan Ibuku atas kelahiranku. Masa kecil itu, membawa undangan cinta sang buah hati. Dan membawa kebahagiaan yang tersimpan dalam memori cinta seorang bunda yang telah memperjuangkan hidup dan matinya hingga anaknya dapat lahir dan menikmati hidup.
Waktu yang terus berputar , masa kecil itu membawaku berjalan di dunia yang penuh dengan liku-liku. Dan cobaan hidup tiada hentinya bagai gelombang air laut yang tek pernah berhenti menghembuskan buih  ke pinggir pantai. Aku menjalani hidup bersama keluarga yang sangat aku cintai. Terutama Ayah dan Ibuku serta kakak perempuan satu-satunya yang bernama Nurmi. Aku menginjakkan kaki di SD saat berusia 4 tahun. Tak heran, seharusnya aku belum boleh menginjak masa SD karena umurku yang masih 4 tahun. Tapi, berkat keinginanku yang kuat, aku diterima di SDN 51 Parang Silibbo. Saat itu, ketika aku ke sekolah suara ledekan yang diiringi tawa orang-orang tak pernah berhenti bergelombang dikedua kupingku. Karena sepatuku yang lebar seperti kura-kura yang bertali rapiah, dan juga baju seragamku yang ditambal, serta celanaku yang sobek membuat orang semakin ramai mentertawakanku. Aku kehilangan semangat belajar saat itu, karena tidak kuat jika harus mendengar suara tawa dan ledekan setiap aku berjalan kaki menuju ke sekolahku. Ayahku yang  bekerja sebagai petani singkong, merasa bersalah besar karena belum mampu membelikanku seragam dan sepatu baru, karena makan aja susah bagi mereka. Belum lagi kakak-kakakku yang sekolah di SLTP di Bonto Nyeleng yang membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan aku. Karena semangat belajarku turun, aku  tidak bisa naik ke kelas 2 SD Selama 2 tahun karena nilai rata-rataku hanya 4,00. Nilai itu sangat menyedihkan. Segudang kekecewaan yang tertampung dalam diriku dan Kristal beningku mulai tertumpah dan membasahi kedua pipiku.
Dua tahun dikelas 1 SD, aku bangkit dari kegagalanku itu. Dan akhirnya aku bisa naik ke kelas 2 SD dengan peringkat VIII. Kebahagiaan datang membawa senyuman indah ke hadapanku, Dan Ayahku yang tadinya bekerja sebagai petani singkong, kini beliau bekerja sebagai  pembuat gula merah yang terbuat dari air pohon aren atau dalam bahasa makassarnya “tuak tanning”. Dengan izin Allah yang maha kuasa, tuak tanning itu bisa menghidupiku beserta keluarga yang sangat aku banggakan. Seiring dengan perjuangan yang berkobar dalam kepribadianku, aku bisa meraih juara 1 dikelas saat aku duduk dibangku kelas 4 SD. Aku tak mau lagi ada diurutan  paling belakang. Disamping aku juara 1 di kelas, aku juga aktif ekstrakurikuler di sekolah mulai dari pramuka,SKJ,adzan,volley,MTQ,MHQ,. Dan aku juga pernah menjuarai lomba MTQ tingkat kabupaten di bulukumba. Alhamdulillah.. bukannya sombong yee.. Selain itu, aku pernah menjuarai lomba SKJ. Dan masih banyak prestasi  yang pernah ku raih semasa SD. Ayahku bangga melihat perkembangan anaknya yang pernah tinggal kelas selama 2 tahun. Semuanya bagai mimpi yang tak pernah terduga dalam hidupku. Meskipun aku dan kakak-kakakku hanya sebagai anak dari sang Ayah yang hidup berkat pohon aren, tapi aku tetap bangga punya Ayah yang tidak tergila-gila dengan harta benda. “kekayaan itu tidak akan bisa merubah hidup menjadi tentram, tapi iman yang kuatlah yang bisa merubah hidup menjadi tentram dan bahagia bahkan sampai dikehidupan yang hakiki yaitu akhirat” itulah prinsip Ayahku. Kalau memang dibandingkan dengan anak-anak yang lain, akulah yang jarang membawa uang jajan ke sekolah. aku hanya membawa buah rambutan dan duku untuk mengisi perutnya saat kelaparan di sekolah. Seperti yang pernah aku ceritkan sebelumnya yang berjudul mimpi tidak tertulis. Hehe..
Seiring dengan waktu yang terus berputar, aku melanjutkan pendidikan di SMP islam terpadu pondok pesantren Al-Furqan pusat Ereng-Ereng kabupaten Bantaeng. Disitulah aku mulai berpisah dengan orang tuaku, dan aku bisa   hidup mandiri di pesantren tersebut. Di pesantren, aku dibekali dengan ilmu-ilmu Agama Islam diantaranya  adalah Nahwu saraf,Hadits arbain,Bulugul maram dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa ku pelajari  di pesantren. Bahkan, aku masih bisa mengukir prestasiku di pesantren. Aku pernah menjuarai beberapa lomba islami yaitu lomba da’i, MTQ, puisi islami, pop song, puisi kompak, drama, dan juara umum saat perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 2010). Di pesntren, aku  benar-benar merasa hidup mandiri. Aku masak sendiri. Biasanya, aku memasak nasi untuk makan siang dan makan malam. Dengan laup yang tak ada rasa yang lain selain rasa asing yang bergoyang dilidahnya (garam). Bukannya orang tuaku miskin amat, tapi aku tidak mau jika harus meminta uang untuk membeli makanan yang  enak-enak. Apalagi, Ayahku hanya sebagai petani dan pembuat gula merah yang  terbuat dari air pohon aren. Ketika aku pulang kampung, aku dipercaya oleh masyarakat disekitarnya untuk menjadi imam saat shalat berjama’ah, berceramah di bulan ramadhan dan juga khutbah setiap hari jum’at.

Tiga tahun lamanya aku menikmati hidup di Pondok Pesantren Al-Furqan. Dan hal itu yang menjadi salah satu kenangan hidupku semasa di pesantren yang tak akan pernah hilang dalam gelapnya malam dan tak pernah pudar sampai hembusan nafas terakhirku. Aku  bahagia punya Ayah yang begitu penyayang dan selalu mengabdi kepada Allah yang maha kuasa. Meskipun aku hidup sederhana bersama keluarga, aku bisa menginjakkan kaki di Ibu kota Negara (Jakarta) untuk melanjutkan pendidika SMA dengan beasiswa penuh. Dan selesai pada tahun 2014 ini. Lumayan membanggakan jugalah ya. Dan saat ini lanjut kuliah di Seklah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah di Kota Bekasi. Semoga ke depannya makin sukses. O..iya jadi maka juga guru kodong. Tapi guru tahfidzji kodong dan bahasa Arab dasar di TK. Tapi tidak apa-apaji. Yang penting bisaka hidup.

Jumat, 10 Oktober 2014

Mengadu Nasib di Perantauan

“MENGADU NASIB DI PERANTAUAN”

Para pembaca yang dirahmati Allah. Mungkin tidak asing lagi kita mendengar sebuah kisah sang perantau yang sukses di kemudian hari. Merantau, ya.. dalam perantauan memang banyak cobaan yang datang menerpa. Kali ini saya akan menyampaikan sebuah kisah sang perantau yang mengadu nasib di Jakarta.
Tepat pada tanggal 15 Juni 2011 yang lalu, di gedung Grahapena Makassar. Berkumpullah para penerima beasiswa pendidikan SMA di Jakarta  untuk mengikuti acara pelepasan. dari berbagai macam kabupaten dan anak pelosok dari provinsi Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah Mujammil Abdullah yang biasa dipanggil  Jammil, Emil dan Amure. Ya… namanya emang banyak, tapi orangnya tetap satu dan mukanya tidak pernah berubah. Jammil ini adalah seorang perantau dari kabupaten sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Ia mulai merantau di Jakarta tepat pada tanggal 16  Juni 2011 yang lalu. Kesempatannya mendapatkan beasiswa pendidkan SMA dari Yayasan Muslim Jabl Haq (YMJH), membuatnya punya semangat juang yang sangat tinggi. Ia bermimpi menjadi seorang Bupati yang cerdas, Bupati yang bisa membangun Kabupatennya yang nan jauh disana. Selama ia SMA, ia menjabat sebagai ketua Asrama pada tahun kedua di perantauannya. Memimpin teman-temannya mengadakan sebuah acara yang diadakan se- Kota Bekasi. Yaitu turnament futsal U 19. Dan acara itu sukses dengan meriah. Kebetulan dalam acara itu saya yang menjabat sebagai koordinator keuangannya. Hehe…lumayan banyak juga dana yang digunakan.

Diperantauan inilah Jammil mengadu nasib, belajar yang giat hingga ia bisa menjadi juara kelas. Alhamdulillah. Tekadnya dan niatnya memang kuat yang tidak bisa terpatahkan oleh apa pun. Jammil adalah sang perantau yang kuat. Ia tidak pernah goyah setiap cobaan datang menerpanya. Ia punya benteng yang kuat yaitu niat dan tekad untuk meraih cita-citanya. Semua itu terlihat ketika ia lulus SMA pada tahun 2014 ini, dan menjadi alumni SMAN 11 Kota Bekasi. Ia mulai hidup selangkah demi selangkah dengan ditemani oleh kehidupan yang  begitu keras di perantau di Ibu Kota. Setelah lulus SMA, Jammil mendaftar kuliah di UNPAD melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Namun hasilnya ia gagal. Jammil tidak berhenti disitu saja. Ia mendaftar lagi di UNHAS melalui jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Namun jalur ini membuatnya ia gagal lagi. Apakah Jammil berhenti berjuang? Apakah Jammil menyerah? TIdak!! Ia tidak pernah menyerah dengan tantangan hidup ia lewati. Ia selalu terlihat bahagia meski hatinya berat menjalani hidup di perantauan. Dengan kegagalan itu, ia bekerja dan menabung saat ini untuk membiayai kuliahnya tahun depan. Bagaimana kehidupannya saat ini? Sungguh luar biasa berat. Saya tau karena ia adalah teman seperjuanganku di perantauan. Ia berangkat kerja mulai dari jam 06.30  pagi dengan bersepeda. Sedangkan tempat kerjanya lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Ia bekerja di koperasi madina Indonesia. Iya, memang keren nama tempat kerjanya. Tapi pekerjaannya tidak sekeren dengan kerjanya, beda 180 derajat. Menagi utang di setiap rumah yang meminjam uang di koperasi, yah.. itulah pekerjaannya si Jammil. Yang menurut saya lumayan butuh tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Meskipun begitu, semangatnya tetap membara untuk meraih cita-citanya. Ia kadang curhat dengan saya akan kehidupan yang begitu keras di perantauan. Selalu ku simak dengan baik bait per bait kata-kata yang ia ucapkan ketika curhat. Sedih..yah.. begitulah yang saya rasakan mendengarkan curahan hatinya.tapi seperti yang saya katakana tadi, ia selalu terlihat tersenyum. Selalu ku do’akan semoga ia menjadi orang sukses, menjadi seorang Bupati kabupaten Sinjai yang amanah, tidak korupsi dan selalu menyerahkan dirinya kepada Allah SWT. Selamat berjuang Jammil, saya sahabatmu yang selalu mendo’akanmu selalu. Mintalah do’a dari orang tuamu, dan dekatkan dirimu kepada Allah SWT. Kita sama-sama sang perantau, yakinlah kita pasti bisa berhasil.

Kamis, 09 Oktober 2014

Ibu, aku membutuhkanmu

“IBU, AKU MEMBUTUHKANMU”

Sebagai seorang anak yang telah dilahirkan oleh seorang Ibu. Pastinya mereka butuh kasih sayang dari sang Ibu. Karena sang Ibu adalah tempat mereka mengadu setiap sang anak punya masalah. ibu tidak bisa memebiarkan anaknya berjalan begitu saja apalagi jika anaknya masih berusia 3 sampai 5 tahun. Karena diumur itulah sang anak butuh pendekatan dan kasih sayang yang lebih dari Ibu begitu pun dari Ayahnya. Karena dengan kasih sayang dan pendekatan serta perhatian dari orang tuanyalah sang anak bisa termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Seperti salah satu murid yang saya ajar di TKIT  Al- Abraar Jaticempaka, Pondok Gede. Anak ini selalu meraih juara  1 setiap pekan ulangan, begitu pun dengan kegiatan lomba-lomba. Jadi, anak ini bisa dikatakan berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Kuncinya apa? Adanya pendekatan, kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Selain itu, anak ini juga mulai berani berangkat ke sekolah meskipun tidak diantar oleh Ibu atau Ayahnya. Artinya adalah anak ini mandiri. Kuncinya apa? Kuncinya sama seperti yang tadi diutarakan, tapi ada tambahannya, yaitu anak jangan dimanjakan.

Nah, selain saya menemukan anak berprestasi di TK Al- Abraar, saya juga menemukan murid yang begitu berkarat. Artinya adalah ia sangat sulit untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Anak ini duduk di TK A yang biasa dipanggil Atar. Anak ini tidak pernah duduk manis dibangkunya ketika saya sedang mengajar dan berpote-pote di depannya mengajarkan bahasa Arab dasar. Ketika saya memulai pelajaran dengan salam, anak ini mulai bertingkah yang aneh. Tapi saya membiarkan anak ini bertingkah semaunya, wahy? Kok begitu? Dibiarkan muridnya bertingkah semaunya. Apakah saya adalah guru yang tidak peduli dengan murid-muridnya? Tidak!, saya bukanlah tipe seorang Guru yang seperti itu. Tentunya seorang Guru ingin sekali melihat murid-muridnya berprestasi dan masa depannya cerah. Saya ingin sekali seperti guru Onizuka dalam film yang berjudul “graet teacher Onizuka” yang dibuat oleh Jepang. Guru Onizuka adalah seorang guru yang sangat hebat, ia selalu menyelesaikan masalah murid-muridnya dengan baik.  Tapi anak yang satu ini yang menjadi murid saya, membuat saya bingung bagaimana saya merubahnya menjadi anak yang selalu siap dan duduk manis ketika pelajaran sedang dimulai. Tingkahnya begitu aneh, berlari ke sana dan ke sini tanpa arah, meninju tembok dan paling parah, setiap saya mengajar ia seperti ikan menggelepar karena kekuranga air. Aneh memang aneh. Nah, saya ingin mencari tau apa yang menyebabkan ia seperti ini. Akhirnya saya tanyakan ke neneknya yang mengantarnya ke sekolah setiap hari. Ternyata dan ternyata kurangnya perhatian dari orang tuanya. Ibu dan Ayahnya sibuk bekerja sehingga anaknya dibiarkan begitu saja. Sedih rasanya melihat  orang tua yang seperti ini. Lebih mementingkan  harta dari pada kemajuan dan prestasi anaknya. Selama kurang lebih 1,5 bulan saya mengajar di TKIT Al- Abraar, anak ini tidak pernah diantar oleh Ibu tercintanya. Tapi sang nenek yang tua dan berambut  putihlah yang mengantarnya ke sekolah.  Ia sangat terlihat beda dengan teman-temannya yang setiap ke sekolah diantar oleh Ibunya meskipun Ibunya harus bekerja. Saya mengambil satu contoh lagi dari salah satu murid saya yang biasa dipanggil Rafa. Ibunya bekerja di TRANS TV, tapi setiap ke sekolah Rafa diantar Ibunya ke sekolah, agar si Rafa ini lebih percaya diri dan siap mengikuti pelajaran di sekolah. Setelah diantar barulah Ibunya berangkat untuk bekerja. Beda dengan Atar yang  tidak pernah konsentrasi dalam belajar. Sepertinya ia butuh pendekatan dari Ibunya, minimal ia diantar ke sekolah oleh Ibunya. Karena Cuma Atarlah satu-satunya murid yang tidak pernah saya lihat Ibu atau pun Ayahnya muncul di sekolah. Karena Ibu dan Ayahnya sibuk mengejar dunianya. Naudzubillahi min dzalika. Dimanakah kasih sayang pada anakmu Ibu? Dimanakah perhatianmu ibu? Dimanakah hangatnya pelukanmu ibu? Saya butuh perhatian dari Ibu. Inilah mungkin teriakan hati Atar kepada Ibunya. Menjadi PR besar bagi saya untuk Atar sebagai gurunya adalah merubahnya menjadi anak yang percaya diri dan siap untuk belajar.

Rabu, 08 Oktober 2014

”GARA-GARA HAMMAM (KAMAR MANDI)”

Dua hari setelah dikumandangkan Takbir, membesarkan Nama Allah dalam pelaksanaan shalat Idul Adha 1435 H. Masih sibuk mengurus daging kambing dan sapi di rumah Qur’an Mulia. Entah mau diapakan daging mentah itu, dimasak kurang bisa, bisanya makan aja.  Yah.. itulah manusia yang dihiasi dengan akal dan nafsu. Tapi, dengan pengalaman meskipun secuil, akhirnya punya inisiatif untuk memasak daging tersebut dengan Ust. Firman. yah.. tinggal berdua di Rumah Qur’an mulia Jatisari masaknya juga berdua. Dagingnya enak pokoknya ditumis kecap, ditambah lagi hiasan bawang goreng, huu… rasanya udah tidak sabar menyantap makanan tersebut. Yah.. mantap juga masakan ala Ust. Firman. Sebagai pencuci mulut setelah makan daging, ku belah buah semangka seberat 2,1 kg dengan isinya yang berwarna merah darah dan segar kelihatannya. Tiba-tiba dering HP berdering. Tidididididing…… terdengar dering HP itu dari jauh. Dengan tergesah-gesah aku berlari dari dapur menuju sumber bunyi dering HP itu, karena dalam pikiranku, itu telfon dari Ibuku, udah sekitar satu bulan belum berkomunikasi dengan mereka. Namun ternyata ketika HP itu ada dalam genggaman tanganku, ku lihat nama yang tertlihat jelas di layar HP itu “panggilan dari Satrio Rohis”. Yah… salah presepsi, ternyata bukan orang tua. Tapi, senang juga karena sahabat SMA masih kuat ikatan tali silaturahimnya. Alhamdulillah. “Assalamu alaikum” ku ucapkan salam dalam pembicaraan tersebut melalui HP. Dengan suara yang kecil, Satrio menjawab salamku “wa’alaikum Salam, antum ada di rumah Qur’an ngga?” Tanya Satrio. “iya, ana di Rumah Qur’an, lagi libur jadi ngga keluar-keluar”.jawabku. “boleh main ke sana ngga sekaligus  numpang Hammam ?”. Tanya Satrio lagi. (hammam itu kamar mandi dalm bahasa Arab) lumayan lucu juga mau numpang hammam katanya. Hehe..“o..iya sangat boleh Sat”. jawabku dengan lantang. “ok, tunggu ana ya” kata Satrio.
                Dalam putaran waktu sekitar 2 menit, terdengar suara bunyi motor di depan rumah. Yah.. sudah ku tebak itu pasti Satrio. Ku letakkan pisau dan buah semangka nan segar itu di meja dapur dan langsung menuju ke depan rumah. Dari jauh terlihat motor beat berwarna pink dengan dua orang lelaki yang berboncengan. Dalam pikiranku itu bukan Satrio karena sebelumnya belum pernah melihat Satrio menggunakan motor beat berwarna pink itu ke rumah Qur’an. Tapi, ketika sang 2 lelaki itu membuka helm, ku tatap muka lelaki itu yang nyetir motor. Sepertinya saya kenal orang ini “kata hatiku”. Yah..udah pasti itu adalah Satrio. Dan satunya lagi saya tidak mengenalnya, belum pernah melihatnya sebelumnya. “Assalamu alaikum, kenalin ini adik ana” kata Satrio, mengenalkan saya dengan adiknya. Tapi yah..saya lupa namanya siapa. Yang saya ingat adiknya Satrio masih duduk di bangku kelas 2 SMP yang tingginya lebih dari saya. Kalau diperhatikan dari muka dan ukuran tinggi badannya, adiknya Satrio seperti anak SMA lah. Ku ajak mereka berdua masuk ke dalam rumah. Tapi lucunya, pas mereka masuk rumah, Satrio mencari Hammam. Ya.. itulah tujuan utamnya ke rumah Qur’an, entah ia mau setor sesuatu atau apalah saya juga tidak tau. Langsung saya ajak Satrio ke Hammam, dengan terburu-buru, ia masuk ke dalam hammam. Sedangkan adiknya saya ajak ngobrol di ruang TV dan biasa juga ruangan itu digunakan ketika anak-anak menyetor hafalan Qur’an ke saya. “mari silahkan duduk”. Kataku saat mempersilahkan adik Satrio duduk di lantai yang bertikar warna kuning. Maklumlah ya, tidak ada kursi kodong. Kuhidangkan buah semangka yang berawarna merah darah nan segar itu di hadapannya. Namun, tampaknya ia masih terlihat malu-malu kucing, karena baru kenal denganku (Teman SMA kakaknya dan satu organisasi di ROHIS). Aneh, adiknya Satrio tidak mau duduk, seperti ada sebuah duri tajam dilantai sehinnga ia enggan duduk. Satrio datang dengan muka dan tangan yang basah. Ya, saya tebak dia sudah berwudhu. Dan kupersilahkan ia duduk di lantai sama seperti adiknya. Dengan senang hati, Satrio duduk dan bersandar di tembok berwarna kuning. Dan menegur adiknya yang sibuk mondar mandir dalam ruangan itu, “dek, duduk”. Kata Satrio. Tapi adiknya Cuma cengengesan aja dan tetap mondar mandir. “dek, bisa duduk tidak?”. Tanya Satrio kepada Adiknya.  Yah.. udah ciri khasnya kali, adiknya Satrio tetap cengengesan aja. Tapi sepertinya ia mengikuti kata kakaknya, ia duduk tepat di depan kakaknya. Banyak hal yang kami obrolkan dalam silaturahim ini. Intinya adalah membicarakan akan dunia hafidz. Yang awalnya Satrio silaturahim karena mau ke hammam aja. Alhamdulillah adik Satrio sudah menghafal 3 juz, sedangkan Satrionya sendiri saya kurang tau, karena ia tidak pernah mengatakan berapa juz ia hafal. Tapi intinya ia adalah seorang hafidz. Saking cintanya dengan dunia hafidz, ia mengundurkan diri dari kantornya sebagai notaris. Ia adalah anak yang hebat menurutku, kenapa?. Karena ia lebih mementingkan akhirat dari pada kepentingan dunianya. Satrio adalah alumni SMAN 7 Bekasi sama sepertiku. Betapa saya bersyukur punya sahabat baik seperti Satrio. Karena ia punya mimpi menjadi seorang hafidz.  Yang ia tanamkan adalah “ ketika ia mengejar dunia, hidupnya bisa aja sengsara di akhirat, tapi sebaliknya, jika ia mengejar  akhirat, maka dunia akan ikut”. Saya dapat mengambil hikmah dari semua ini. Satrio bercerita panjang lebar pengalaman kerjanya di depanku, tentang dunia kerja di kantor. Ku cap ia adalah anak yang hebat. Dan tidak jauh berbeda dengan adiknya yang cinta dengan dunia hafidz juga. Dalam pertengahan obrolan itu, Satrio dan adiknya bercanda penuh dengan canda tawa. Dan saya pun ikut tertawa. Sejenak itu, terlintas di benakku saat saya kecil dan duduk di bangku SD dan SMP. saya sering bercanda tawa dengan kakakku yang begitu baik terhadapku, mengajarku membaca Al-Qur’an dan hidup mandiri di pesantren. Saat ini, kakakku hanya terlihat dalam angan-anganku yang penuh dengan rasa kerinduan yang luar biasa karena terpisahkan oleh ruang dan waktu dan dibatasi oleh pulau Sulawesi. Sempat iri saat itu melihat Satrio dan adiknya bercanda dan tertawa terbahak-bahak. Namun, saya juga ikut tertawa dan terlihat  gembira di depan mereka. Meskipun kakakku nan jauh disana menunggu kesuksesan dan hasil perjuanganku di perantauan. Alhamdulillah banyak cerita hari itu yang kami obrolkan bersama. Yang awalnya alasan pertama Satrio hanya ingin numpang hammam katanya. Tapi merembet ke dunia hafidz dan sempat ia juga menceritakan cita-cita masa depannya. Jazakallah, Semoga sukses bareng di jalan Allah SWT. Amin.


  

Minggu, 05 Oktober 2014

ketika aku berbeda dengan mereka.

“KETIKA AKU BERBEDA DENGAN MEREKA”

Hidup ini kadang diartikan oleh sebagian orang adalah kehidupan yang sangat kejam. Mengapa mereka katakana seperti itu? Karena mereka tidak menyadari dan tidak mengerti arti sebuah kehidupan. Padahal, hidup sangatlah indah dengan selalu mensyukuri dan selalu beribadah kepada  Allah yang telah menciptakan kita serta mengerti akan perbedaan dalam hidup ini. Hidup miskin  atau pun kaya. Seperti itulah yang namanya hidup. Tidak mungkin kalau di dunia ini, semua orang menjadi pejabat. Kalau semua orang menjadi pejabat, siapa yang akan memanen padi, kopi, dan lainnya?. Itulah perbedaan yang harus kita terima dan dijalani.
Aku adalah anak yang terlahirkan dari keluarga yang sangat sederhana. Sejak umur  3-5 tahun, aku selalu melihat perbedaan yang selalu hadir menemani kekanak-kanakkanku. Mulai dari pakaian, uang jajan dan mainan. Semuanya terlihat berbeda dengan yang lain. Aku masih teringat saat SD Kelas 1-3. Ke sekolah dengan celana yang sobek, sepatu yang talinya dari tali rapiah, dan bahkan sepatuku dianggap oleh orang-orang sepatu yang terbuat dari kura-kura. Karena sepatu kananku lebar seperti kura-kura. Namun, hal itu tidak menggoyahkan semangatku dalam berjuang mencari ilmu pengetahuan. Demi keluargaku, khususnya Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku. Dengan puluhan butiran air mata yang terjatuh dari kedua mataku membasahi baju putihku. Kadang, ada rasa iri hati yang aku rasakan saat melihat teman-temanku jajan bakwang dan es pisang ijo di sekolah. Aku hanya duduk terdiam membisu di kelas tak punya uang untuk jajan seperti mereka. Kadang, perutku bernyanyi dan berteriak minta makan. Tapi, apalah daya kantong celanaku hanya terisi batu kecil mainanku. Hari-hari terus berlalu, perutku masih saja selalu berteriak minta makan. Karena orang tuaku tidak setiap hari memberiku uang jajan, akhirnya aku berinisiatif untuk membawa buah duku dan rambutan ke sekolah untuk mengisi perutku saat lapar.  Suara ledekan dan tawa yang bergelombang dan berbunyi nyaring yang selalu terdengar di kedua kupingku. “haha… pedagagng buah ke sekolah”. Kata itulah yang sering terdengar.
Kebiasaanku itu, terus aku bawa sampai selesai SD. Aku sadar dan aku mengerti akan perbedaan yang aku alami saat itu. Ayah dan Ibuku hanya seorang petani singkong, berangkat pagi pulang malam. Sedangkan orang tua teman-temanku penghasil cengkeh, kopi dan cokelat hingga mereka bisa jajan setiap hari di sekolah. Seiring dengan waktu yang berputar mengitari hidupku, aku berprinsip “Aku bisa lebih pintar dari kalian”. Dengan tekad dan semangatku yang kuat, aku bisa membuktikan  semua itu di kelas 4 SD dengan meraih juara kelas sampai tamat. Dan akhirnya aku juga bisa  menjadi ketua pramuka, ketua kelas, dan satu-satunya siswa SD di sekolah itu yang lulus MTQ tingkat kabupaten bulukumba. Aku melihat mata ibuku yang berkaca-kaca dalam pelukanku, dan akhirnya terpecahlah dan mengalir membasahi pipi ibuku melihat perbedaan dan perubahan yang aku miliki.

Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Membawaku duduk di bangku SMP podok pesantren Al-Furqan. Resiko yang harus aku terima adalah berpisah dengan orang tuaku. Kalau dikatakan rindu, yah… rindunya sangat luar biasa. Aku merantau bukan karena aku bosan hidup dengan orang tuaku dengan ekonomi yang tidak mendukung. Tapi, aku merantau di luar kota karena aku ingin menciptakan dan memberikan sesuatu hal baru bagi orang tuaku. Mereka tidak mengharapkan setumpuk uang dalam kesuksesanku, bukan segudang emas yang mereka minta dalam kesuksesanku, bukan juga sebatang perunggu yang mereka harapkan dalam kemenanganku. Tapi, yang mereka inginkan dariku adalah aku menjadi anak yang soleh yang selalu mendo’akan mereka. Karena do’a mereka yang selalu mengiringi setiap langkah perjuanganku. Aku tak ingin mengikuti sahabat-sahabatku yang telah terjerumus ke dalam hal yang tidak diharapkan oleh orang tuanya. Aku ingin memberikan yang berbeda dan yang terbaik kepada orang tuaku salah satunya adalah menjadi anak yang soleh dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan pendidikan tanpa biaya 1 rupiah pun dari mereka. Saat kelas 3 SMP, aku ingin sekali sekolah di SMA Negeri seperti sahabat-sahabatku. Tapi, Ayahku tidak menerima keputusanku itu. Karena Ayahku tidak mampu untuk membiayaiku untuk  sekolah di SMA Negeri. Aku menangis dalam pelukan hangat ibuku, dan hatiku berteriak kencang “Ya Allah… mengapa aku harus berbeda dengan mereka,mengapa aku tidak sama dengan mereka   ya Allah…”. Setetes demi setetes, Kristal beningku mengalir dan menari di atas kerudung ibuku. Namun, Allah berkehendak lain. Dengan kekuasaan Allah, Allah berkehendak lain aku dapat beasiswa full pendidikan SMA di Jakarta dari yayasan muslim jabal haq. Akhirnya aku memilih itu, dengan restu orang tuaku, aku merantau dari Sulawesi selatan ke Jakarta. Aku ingin membuktikan bahwa aku lebih bisa dari mereka.

mimpi tidak tertulis

“MIMPI YANG TIDAK TERTULIS”

Setiap orang pasti punya mimpi. Karena mimpi itu adalah salah satu tujuan hidup yang harus kita capai. Mungkin tidak asing lagi kita dengar sebuah  kalimat “hidup tanpa mimpi bagai tak punya kaki”. Mimpi itu ibarat kedua kaki kita. Yang setiap hari melangkah dengan tujuan. For example adalah ketika kita ingin ke kampus dengan jalan kaki. Pasti arah kedua kaki kita adalah ke kampus bukan ke pasar. Mengapa demikian? Karena tujuannya adalah untuk ke kampus. So, yuk… kita bermimpi dari sekarang. Jangan sampai hidup kita ini tidak punya tujuan. Masa depan kita ada di tangan kita masng-masing bukan di tangan orang lain.Jangan takut bermimpi yang tinggi. Seperti dalam pepatah dikatakan “gantungkan cita-citamu setinggi langit”. Artinya adalah bermimpi yang besar yang disertai dengan usaha yang keras dan besar pula agar mimpi tiu bisa tercapai.
Saya masih teringat bangat waktu masih SD. Mimpi saya waktu itu  adalah pengen jadi seorang Guru Matematika. Kenapa guru matematika? Kok bukan bahasa indnesia, bukan IPA? Mungkin pertanyaan itu terlintas di pikiran anda semua. Iya, karena saat itu saya punya Guru Matemetika favorit namanya Pak Sapir. Beliau itu adalah guru yang paling menyenangkan sewaktu saya masih SD. Cara mejelaskannya simple dan membuat saya cepat paham. Begitu pun dengan teman-teman yang lainnya. Mereka sangat senang dengan Pak Sapir. Hampir setiap ada tugas nilai saya 10 terus. Hmmm…membanggakan juga ya. Hehe.. itulah alasan pertama  saya ingin menjadi seorang Guru. Alasan yang kedua adalah di kampung saya yang namanya Guru adalah orang yang dianggap paling berhasil satu kampung. Why?? Do you know? Because di kampung saya 99% profesi mereka adalah PETANI. Wow….sangat jarang ada anak sekolah duduk  di bangku SMA. Rata-rata adalah tamat SD. Setelah itu mereka mengikuti jejak kedua orang  tuanya sebagai petani. Menyedihkan bukan?? Bangat!!!. Akhirnya saya punya keinginan kuat agar bisa melanjutkan sekolah di bangku SMP. Saya ingin menjadi berlian yang bersinar ditengah-tengah mereka ketika saya dewasa nanti. Akhirnya seiring dengan waktu yang berjalan. Saya duduk di bangku SMP Islam Terpadu pondok pesantren Al-Furqan Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng. Di pesantren itulah saya berusaha keras menjadi santri tauladan. Dan itu bisa saya capai. Alhamdulillah ya. Hehe.. dan bercita-cita ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS). Kok berubah ya cita-citanya?? Why, ada apa??. Alasan pertama adalah saya suka baju LINMAS, keren bangat kelihatannya di kedua mata telanjang saya. Nah…alasan kedua adalah gajinya lumayan. Saya tau karena diceritakan oleh guru saya yang saat itu baru sebulan ia menjadi PNS. Kelihatan gagah, rapih dan…….pokoknya keren bangata deh.
Masuki tahun pun berganti, tidak terasa saya lulus SMP. Bingung saya harus lanjut kemana. Akhirnya saya pulang ke rumah dan berdiskusi sama kakak yang lebih berpengalaman dari saya masalah sekolah lanjutan atas. Kakak saya adalah lulusan MA Almurahamah Banyorang tidak jauh dari pesantren saya. Tapi sekarang tidak kuliah. Karena pas lulus SMA dinikahkan paksa sama orang tua saya dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Haduhhh…kasihan ya. Ok.. lanjut ya…. Saya ngobrol dengan  kakak saya di ruang tamu dengan kursi berwarna merah. Bla..bla..bla..bla.. berlansunglah obrolan saya dengan kakak. Akhirnya saya dan kakak memutuskan lanjut di SMK 1 bulukumba jurusan Akuntansi. Wooww…akuntansi?? Pada hal saya tidak tau apa itu akuntansi?. Yah…itu keinginan kakak saya ngambil jurusan akuntansi. Alasannya adalah karena teman kakak sekolah di SMK 1 Bulukumba, saat duduk di bangku kelas 2 SMK Udah dapat gaji 2 juta perbulan. Sempat kaget saya saat itu. Anak kelas 2 SMA udah dapat gaji. Hebat.. cacaca…
Nah … setelah itu saya ngobrol dengan kedua orang tua. Ditengah pembicaraan saya, Ayah memukul meja dan membuat saya kaget. Whyyy?? Apa yang salah dalam perkataan saya. Saya bingung dan sempat mengingat lagi apa yang telah keluar dari mulut saya. Tapi, spertinya tidak ada yang salah dalam kata-kata saya. So, kenapa ayah marah kaya gini?? I don’t Know juga. Huffttt,,, Ayah ngomomg dengan suara yang lantang “Risal!! Kamu mau ngapain sekolah di SMK 1 Bulukumba, mau jadi apa kamu nanti setelah lulus, mau jadi pa’bambong??!! Atau mau jadi preman kaya anak-anak yang lain??!!”. Haduh… saya saat itu gemetaran mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tumben bangat dimarahin sama Ayah gara-gara pengen sekolah di SMK 1 Bulukumba. Kak Nurmi memberanikan diri dan angkat bicara “maui tawwa jadi seorang akuntan Ayah, supaya besar nanti gajinya”. “oo… begituji? Untuk apa jadi seperti itu? Cari uang? Banyakji juga sarjana ekonomi yang menganggur, mauko juga seperti itu??”. Ayah semakin marah. Akhirnya kak Nurmi tak mampu berbicara lagi.” Keputusannya adalah Risal tetap lanjut di pondok pesantren Al-Furqan supaya nanti bisa menjadi seoarang ulama besar”. Itulah keinginan Ayah saya. Dan saya sempat kaget juga saat itu, karena harus lanjut sekolah di pesantren. Huffttt,,,, bikin malesss. Tapi mau gimana lagi, saya tetap mengikuti keinginan sang Ayah.
Tapi, ternyata Allah punya rencana yang lain. Saya dapat beasiswa SMA di Jakarta. What?? Saya senang bangat saat itu, Jakarta????? Wooww,, bisa ketemu artis dong. Hehe… ketika Ayah saya tau kalau saya dapat beasiswa, beliau pun setuju dan sangat senang. Akhirnya saya berangkat ke Jakarta tepat  pada tanggal 25 juni 2011. dan saya sekolah di SMA Negeri 7 Kota Bekasi. Nah… di perantauan inilah saya banyak perubahan. Terutama adalah  berani bermimpi yang besar. Ketika ditanya “mimpi kamu apa?” saya jawab MENTERI KEUANGAN RI. Wow, keren bangat kan. Begitu pun dengan teman-teman yang lain. Ada yang mau jadi bupati, ahli perminyakan, musisi, pilot dan bermacam-macam deh pokoknya. Yang awalanya cita-cita menjadi ustadz, ketika di MJH semuanya berubah. Meazing benar dah…

Tiga tahun berjalan, akhirnya lulus SMA dan di yayasan dengan hasil yang sangat memuaskan. Alhamdulillah ya,, hehe… so, berikutnya apa?? Saya ikut selekesi  nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), hasilnya adalah GAGAL TOTAL, nah… setelah itu saya coba lagi ikut Seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), Saat itu saya daftar di UI dan UNPAD jurusan Satra Arab. Hasilnya gimana?? GAGAL TOTAL LAGI. Bingung deh saat itu mau kemana, awalnya saya punya cadangan kuliah di Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY).. Saya diterima melalui jalur PMDK. Tapi, pas mau daftar ulang, izin ke Mami. Hasilnya gimana? Hmmm… yah menyedihkan deh, diomelin karena terlalu jauh. Akhirnya UMY juga GAGAL TOTAL. Dah berapa tuh gagal total?? Hah,, dah banyak. Akhirnya cita-cita saya saat itu udah ngambang deh pokoknya alias udah ngga jelas. So, saya berdo’a minta petunjuk apa yang harus saya lakukan berikutnya. Tak pernah bermimpi sebelumnya ngambil jurusan agama, akhirnya saya daftar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) yang letaknya di Jakarta Selatan. Hasilnya apa?? GAGAL TOTAL. Hadeh… saya tidak putus asa, terus mencari kampus yang cocok buat saya.  Daftar lagi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) di Jakarta Selatan. Hasilnya gimana?? Tidak lain dan tidak bukan GAGAL TOTALLL….gagalnya bukan karena tidak diterima, tapi mahanyal itu loh..Saya sempat bingung mau gmana lagi saat itu. Eh..tiba-tiba Ibu Marwati nawarin tinggal di day care nya dan biaya kuliah saya ditanggung sama beliau. Tapi kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah ngga jauh dari yayasan. Hufftt,, bingungnya saya minta ampun saat itu. Gimana ngga bingung coba. Kuliahnya gratis, tapi kampusnya itu loh, sederhana bangat ngga jauh beda dengan sekolah saya waktu di pesantren. aduhh,,, gitu amat. Yah.. maklumlah saat itu saya masih gengsi. Akhirnya saya ngga mau alias GAGAL LAGI. So, setelah itu gimna??. I DON’T KNOW. Udah terlanjur bingug. Acara perpisahan di yayasan pun tiba, dala acara tersebut, saya sempat curhat sama kak Firman (Guru tahfidz saya waktu di MJH). “Udah, kamu tidak usah bingung, kalau mau kamu kuliah di STIU aja dan tinggal di Rumah Qur’an bareng kakak, kakak jamin hidupmu pasti terjamin dan lebih tenang”. Kata Kak Firman. Hah, STIU?? Hmm.. saya jadi kaget saat itu, kok setiap ada orang yang mau bantu STIU mulu ya ngomongnya. “tapi kak, nanti setelah lulus saya kerja apa, kan jurusannya Tafsir Hadits”. Kata saya. “ Risal, kamu  kuliah cari ilmu atau kerja?” Tanya kak Firman Saya jawab dengan suara yang amat kecil  “cari Ilmu kak”. “Risal, perlu kamu tau, bahwa orang yang berjalan di jalan Allah, hidupnya tidak akan sengsara, apa lagi kamu punya bakat di bidang agama dan juga punya bekal hafalan qur’an” kata kak Firman. Saat itu, saya tersadar dan merenung kembali keinginan dan harapan Ayah saya. Akhirnya dengan niat kuliah karena Allah saya daftar kuliah di STIU dan alahamdulillah diterima setelah mengikuti tes Agama Islam dan Bahasa Arab. Tidak GAGAL LAGI. Hehe.. seminggu kemudian saya pulang kampung, dan apa yang terjadi ?? orang-orang di kampung menganggap saya adalah seorang ustadz, dan diundang ceramah ke sana dan ke sini. Dan tidak ketinggalan lagi, diangkat menjadi Imam Masjid. Hufftt,,,, saya sangat bahagia saat itu, apa lagi orang tua saya. Akhirnya dari situlah saya sadar akan karunia Allah dan ilmu yang diberikan kepada saya. Meskipun sedikit ilmu agama yang saya milki, tapi semua itu bisa bermanfaat. Sebulan lamanya saya jalani hidup  di kampung halaman seperti 3 tahun yang lalu. Tepat pada tanggal 7 Agustus 2014, saya terbang kembali ke Jakarta untuk menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an. Menjadi mahasiswa STIU jurusan Tafsir Hadits, dan juga menjadi seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan tajwid di berbagai lembaga (MJH, rumah qur’an jatisari, SD Qur’an, dan TK Al-Mubarok”. Di lembaga itulah saya mengajar sekarang. Bersyukur karena Allah memberi  saya kesempatan untuk berbagi ilmu Al-Qur’an. Semua itu saya capai tanpa saya tulis di sebuah kertas bahwa saya ingin menjadi seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan Tajwid. Semua ini adalah skenario Allah yang harus saya ikuti. Allahu Akbar..