“MALAM BINA IMAN DAN TAQWA”
Malam yang yang difokuskan untuk beribadah
guna untuk membina iman dan taqwa. Ya.. itulah yang disebut malam bina iman dan
taqwa (MABIT). Apa sih pengertian yang sesungguhnya dari Mabit itu? Sebenarnya,
dalam bahasa Arab mabit itu adalah bermalam atau menginap. Hmm sama aja ya. So,
timbul pertanyaan, ngapain aja sih ketika bermalam? Ya… ada banyak kok,
muroja’ah hafalan, belajar agama, games, tadabbur alam jam 2 malam dan masih
banyak lagi. Mabit adalah salah satu program yang telah kami jalankan di
Yayasan Rumah Qur’an Mulia. Dimana
program ini diadakan setiap miggu ke dua dan ke empat setiap bulannya. Kadang
dilaksanakan di Masjid kadang juga di Rumah Qur’an Mulia. Tapi seringnya di
Rumah Qur’an Mulia. Why? Karena di Rumah Qur’anlah tempat santri menyetor
hafalan dan belajar Ilmu tajwid.
Malam ahad kemarin (19 oktober 2014)
Mabit diadakan di Masjid Al- Ihsan yang
diikuti oleh 15 santri yayasan Rumah Qur’an Mulia dibawa pimpinan saya
sendiri dan Ust. Firman. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 20.00 WIB, Santri mulai berdatangan di Rumah Qur’an
dengan wajah begitu gembira. Di punggung mereka ada tas yang tentunya berisi
Al-Qur’an dan buku panduan dzkir pagi dan sore. Lama-kelamaan lengkaplah sudah
15 orang. Dengan berpakain baju kokoh berwarna putih kenangan dari MJH dan
sarung kotak berwarna biru kenangan dari Ibu 7 tahun yang lalu, saya gunakan
untuk memimpin santri ketika mabit. Ya…mabit malam itu dibuka dengan muroja’ah
hafalan juz 30 dan dilanjutkan games yang membuat santri semakin tertawa
terbahak-bahak. Saya pun ikut tertawa terbahak-bahak juga. Setelah satu jam berlalu, selesailah sudah
muroja’ah hafalan dan games. So, berikutnya apa? Berikutnya adalah penerimaan
hadiah yang dilaksanakan di Masjid Al- Ihsan bagi santri yang berprestasi
selama bulan September. Nilai mereka diambil dari 3 kriteria yaitu nilai
menulis ayat dan hadits, akhlaq dan kehadiran. Sehingga yang berhak menjadi
santri berprestasi adalah Andre Setiaji, Rizky Faisal dan Fathan Mubina. Mereka
bertiga memang santri yang membuat saya bangga. Sehingga pantaslah jika mereka
menjadi santri berprestasi. Hadiahnya sangatlah sederhana. Berupa makanan
ringan. Tapi bukan itu tujuan utama yang mereka kejar, tapi bagaimana mereka
bisa membuktikan kemampuan mereka dalam bidang agama mereka.
Setelah pembagian hadiah,
semuanya saya perintahkan untuk tidur karena malam sudah semakin larut. Namun,
sesuatu yang menjanggal dalam diriku. Apakah itu?? Para santri tidak bisa
tidur. Why? Ada apa gerangan?? Alasannya simple bangat. Banyak nyamuk, huffttt…
gara-gara nyamuk mereka tidak bisa tidur. Tapi, untung saja Ust. Alwi datang
membawa autan yang banyak untuk para santri. Akhirnya dengan autan itu para
nyamuk ogah untuk menghisap darah lagi. Akhirnya santri pun tertidur nyenyak
dan saya pun menyusul tidur di tengah-tengah masjid.
Waktu berputar begitu cepat.
Tepat pada pukul 02.00 malam. Santri saya bangunkan satu-persatu untuk tadabbur
alam. Alhamdulillah tidak ada diantara mereka yang susah saya bangunkan. Gerak
cepat, itulah yang meraka lakukan. 15 menit kemudian, shalat tahjjud dimulai
yang diimami oleh Ust. Firman dan dilanjutkan shlaat witir 3 raka’at yang
diimami oleh saya sendiri. Hmm… suara merdu sang nyamuk terdengar lagi membuat
para santri mulai mengeluh. Namun, saya beri mereka pencerahan sedikit tentang
pahala shlalat tahajjud. Dan aalhamdulillah mereka semangat lagi dan tidak
peduli dengan suara merdu sang nyamuk. Setelah itu, santri saya perintahka
untuk ke lapangan yasmi (lapangan bulu tangkis) untuk tadabbur alam. Ust.
Firman sudah menunggu disana. Satu-persatu ,mereka menuju lapangan. Rasa takut
masih ada dalam diri mereka untuk ke lapangan yasmi. Ya.. wajarlah usia mereka
memang usia anak SD. Namun akhirnya mereka berhasil mengalahkan rasa takut
itu.dan berkumpul di lapangan yasmi membahas tafsir dari surah An-Naba tentang
berita besar. Apakah berita besar itu? Baca sendiri dalam tafsir. Hehe…
Selang beberapa waktu kemuadian,
adzan subuh mulai terdengar. Para santr menuju ke masjid untuk shlalat subuh
dan dilanjutkan dzikir pagi di teras masjid. Setelah dzikir, tiba-tiba Pak
Rijal datang membawa nasi uduk untuk sarapan para santri. Dan..nyem..nyem..nyem
enak memang rasanya nasi uduk yang berlauk tempe dan bakwan. Setelah sarapan,
para santri saya ajak renang di YAPIDH tapi bayar sendiri. Namun, tidak semua
dari mereka yang ikut renang karena sudah kelelahan mengikuti kegiatan
semalaman. Renang ini adalah agenda terakhir pelaksaan mabit. Dan insyaallah
berikutnya akan diadakan mabit lagi dengan remaja masjid Al- Ihsan yang akan
diketuai oleh teman saya sendiri dari kampus. Tunggu ceritanya 2 minggu lagi.
Salam sukses akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar