Para pembaca yang InsyaAllah
dirahmati Allah SWT. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dalam Agama Islam,
segala macam hukum diambil dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Al-Qur’an adalah
sumber hukum yang paling nomor satu dalam Islam dan hadits adalah sumber hukum
kedua dalam islam, kemudian ijtihad para sahabat Nabi kemudian Ijtihad dari
para ulama. Maksudnya adalah ketika ada hukum Islam yang tidak ditemukan dalam
Al-Qur’an, maka beralih ke hadits, jika dari hadits juga tidak ditemukan, maka
beralih ke Ijtihad sahabat, jika Ijtihad sahabat juga tidak ditemukan, maka
beralih ke IJtihad para ulama. Begitulah sumber-sumber hukum dalam Islam. Yang
perlu saya garis bawahi adalah HADITS NABI. Hadits? Bukan sebuah kalimat yang
asing lagi dalam Islam. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW Baik dari perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana cara sahabat mendapatkan Hadits dari Nabi? Nah… mungkin
pertanyaan ini yang masih belum terjawab bagi para pembaca. Sebelum saya
memberikan jawaban, alangkah baiknya jika saya membuat point-point saja mulai
dari antara Rasulullah dengan sahabat sampai ke semangat para sahabat dalam
menerima dan menyampaikan hadits .
1. Rasulullah dan
Sahabat
Para sahabat adalah orang yang
paling dekat dengan Rasulullah SAW. Mereka merupakan generasi terbaik umat ini
dan terdepan dalam membawa Islam kepada kejayaan. Mereka merupakan manusia yang
palin tau tentang Nabinya yang merupakan contoh manusia terbaik serta qudwah
dan ushwa dalam kehidupan sehari-hari. Para sahabat sangat memperhatikan apa
pun bentuknya yang berkenaan dengan Rasulullah SAW berupa perktaannya,
kehidupannya dan yang paling penting yang berkenaan dengan hukum-hukum Islam. Disamping
sebagai Nabi, Rasulullah juga merupakan panutan dan tokoh masyarakat. Beliau
pun sebagai pemimpin, bagian dari masyarakat, panglima perang, kepala rumah
tangga, teman, maka tingkah laku, ucapan dan petunjuknya dianggap ajaran untuk
berdialog dengan sahabat sebagai media, dan para sahabat juga memanfaatkan hal
itu untuk lebih mendalami ajaran Islam.
2. Penerimaan dan
penghafalan Hadits oleh sahabat
Umar r.a Berkata “Aku dan seorang
tetanggaku dari kaum Anshar di Bani Umayyah Bin Zaid, saling bergantian datang
kepada Rasulullah SAW. Sehari dia datang, sehari aku yang datang. Bila aku yang
datang aku ceritakan kepadanya tentang wahyu yang lainnya pada hari itu.
Demikian juga ketika dia yang datang akan melakukan hal itu”. Para sahabat yang
sudah menerima hadits-hadits dari Nabi, sebagian besar menghafalnya, dan hanya
beberapa yang menulis hadits dalam buku. Sebab itu kebanyakan sahabat menerima
hadits melalui mendengar dengan hati-hati apa yang disabdakan Nabi. Ketika
menghafal terekamlah lafal dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat
melihat langsung apa yang Nabi kerjakan. Atau mendengar pula dari orang-orang
yang mendengarnya sendiri dari Nabi, karena tidak semua dari mereka pada setiap
waktu dapat mengikuti dan menghadiri majelis Nabi. Kemudian para sahabat
menghafal apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya mengingat apa
yang pernah Nabi lakukan, untuk selanjutnya disampaikan kepada orang lain
secara hafalan pula. Diantara sahabat yang mencatat hadits yang didengarnya
dari Nabi SAW antara lain Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits (dalam
kitab-kitab hadits sekarang) sebanyak 5.375 buah hadits.
3. Cara sahabat
menerima hadits
Masuk pembahasan
inti . berikut adalah cara para sahabat menerima hadits dari Nabi SAW.
a. Majelis-majelis Rasulullah SAW
Para sahabat selalu mendatangi majelis ilmu yang
diselanggarakan Rasulullah SAW. Beliau pun selalu menyediakan waktu untuk
mengajar para sahabat dan juga mengkhususkan waktunya untuk majelis kaum
wanita. Beliau mengajar dan memberi fatwa kepada mereka. Jika ada seorang
sahabat absen, sahabat lain yang hadir akan memberitahukan pengajaran yang
didapat. Bahkan banyak sahabat yang diam-diam memperhatikan kehidupan Nabi
meskipun harus bertanya kepada istri-istri beliau.
b. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah SAW.
Rasulullah sendiri yang mengalami persoalan. Kemudian
memberitakan kepada sahabat. Sahabat lain yang mendengar langsung mnyampaikan
lagi pada keluarganya dan sahabat lainnya. Sehingga sabda Nabi ini cepat
tersebar luas. Jika yang hadir sedikit, Rasulullah memerintahkan agar yang
tidak hadir diberitahu atau dengan Rasulullah mengirimkan orang untuk
dikabarkan hukum itu dikalangan masyarakat. Sebagai contoh ada riwayat Abu
Hurairah r.a bahwa Rasulullah melewati seorang yang menjual makanan. beliau
menanyakan bagaimana ia menjualnya. Ia pun memberitahu hal itu kepada beliau.
Kemudian beliau mendapatkan wahyu, agar beliau memasukkan tangan ke dalam
tumpukan makanan itu. Ternyata bagian dalam “tidak termasuk golongan kami, orang
yang menipu”.
Kadang-kadang Rasulullah melihat atau mendengar
seorang sahabat melakukan kesalahan, kemudian beliau meluruskan kesalahannya
dan menunjukkan yang benar.
c. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum muslimin
Berkenaan dengan ini mereka menanyakan kepada
Rasulullah. Beliau kemudian memberikan fatwa dan memberikan jawabannya kepada
mereka, menjelaskan hukum yang mereka tanyakan. Di antara sekian peristiwa ada
yang berkaitan dengan permasalahan pribadi penanya dan ada yang berkaitan dengan orang lain. Semuanya merupakan
permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakat luas. Kita bisa melihat sahabat
tidak merasa malu sedikit pun untuk menanyakan hal-hal tersebut. Merekalah justru
bergegas datang kepada Rasul. Hal itu mereka lakukan agar mereka dapat
mengetahui hakikatnya yang dapat membuat hati mereka tenang dan dada mereka sejuk.
Kadang-kadang juga ada yang merasa enggan dan malu menanyakan persoalannya,
tetapi sahabat yang lain memaksanya untuk bertanya kepada Rasulullah.
Para sahabat yang menanyakan persoalan pribadi ataupun
persoalan keluarga mereka juga tidak menutup-nutupi pertanyaan Nabi. Tentang muamalah,
ibadah, aqidah, dan persoalan mereka lainnya.
Kadang-kadang ada dua pihak saling bertikai mengenai
suatu masalah atau bersilang pendapat tentang suatau hukum. Maka keduanya
segera menghadapa Rasulullah untuk meminta penegasan dan penjelasan yang
sebenarnya. Jawaban-jawaban, fatwa-fatwa dan persoalan-persoalan menjadi materi
yang besar dalam beragam bab kitab-kitab sunnah Rasulullah SAW. Karena merupakan
bagian dari kehidupan penanya, bahkan terkadang merupakan peristiwa unik
sepanjang hidupnya.
d. Berbagai persistiwa dan kejadian disaksikan para sahabat,
bagaimana Rasulullah melaksanakannya.
Jenis ini sangat banyak jumlahnya, misalnya tentang
shalat, puasa, haji, saat bepergian, saat di rumah dan hal-hal lain yang beliau
kerjakan. Mereka kemudian memindahkan kepada Tabi’in yang kemudian
menyampaikannya kepada generasi sesudah mereka. Semua itu membentuk sejumlah
besar materi sunnah, khususnya berkenaan dengan bimbingan beliau mengenai
ibadah dan muamalah serta jejak beliau.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa sunnah
para masa Nabi SAW juga dihafal para sahabat, berdampingan dengan hafalan
mereka terhadap Al-Qur’an. meskipun jumlah yang dihafal para sahabat
berbeda-beda jumlahnya ada yang “Al-Muktsir” (yang terlalu banyak) dan ada pula
di antara mereka yang “Ak-Muqil” (yang terlalu sedikit). Oleh karena itu kami
tegaskan bahwa mereka telah bergumul dengan sunnah dan menghafalnya dengan cara
yang sangat baik serta menyampaikannya kepada generasi setelah mereka, yaitu
Tabi’in.
4. Semangat para
sahabat dalam menerima dan menyampaikan hadits
Minat yang besar
para sahabat Nabi untuk menerima dan menyampaikan hadits disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya:
a. Dinyatakan secara tegas oleh Allah, bahwa Nabi Muhammad adalah
panutan utama (uswah hasanah) yang harus diikuti oleh orang-orang yang beriman
dan sebagai utusan Allah yang harus ditaati oleh mereka. Allah berfirman “sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu” (QS. Al-Ahzab:
21)
b. Allah dan Rasulnya memberikan penghargaan yang tinggi kepada
mereka yang pengetahuan (ilmu Islam khususnya). Seperti yang terdapat dalam
Al-Qur’an “adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?, sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”.(Qs. Az-Zumar: 9).
c. Para sahabat berusaha memperoleh ilmu yang banyak yang pada
zaman Nabi, sumber pengetahuan adalah Nabi sendiri.
d. Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk menyampaikan pengajaran
kepada mereka yang tidak hadir. Nabi menyatakan bahwa boleh jadi orang yang
tidak hadir akan lebih paham dari pada mereka yang hadir mendengarkan dari
Nabi. Perintah ini telah mendorong para sahabat untuk menyebarkan apa yang mereka
peroleh.
Para
pembaca yang dirahmati Allah, hanya itu yang dapat saya paparkan berkenaan
dengan metode para sahabat dalam menerima hadits dari Nabi SAW. Semoga
bermanfaat. Kritik dan saran yang bersifat membangun saya sangat terbuka dan
berterima kasih.
Syukron
wa Jazakumullah khair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar