Kamis, 21 April 2016

Pulang ke Butta Kelahiran


Hari itu, matahari bersinar cerah, popohonan masih menyilaukan hijau daunnya,burung terbang di angkasa membawa sejuta senyuman akan kehadiran hari itu. Hari yang sangat indah penuh dengan Rahmat Allah yang maha kuasa dan maha pencipta. Hari itu juga hati memanggil untuk kembali ke tanah kelahiran butta bugis tercinta. Untuk melihat perkembangan tanah kelahiran, penduduknya, perekonomiannya, tata kotanya dan perkebunan yang ada di pedasaan. Hal itu yang membuat hati rindu pada tanah kelahiran yang tercinta. Tapi, sayangnya masih ada tanggung jawab yang harus ditunaikan di tanah rantau Ibu Kota Jakarta. sebuah Ibu Kota yang tidak pernah alfa banjir ketika musim hujan. Yah..itulah Jakarta. kata orang “bukan Jakarta kalau tidak  banjir”.

Di sebuah kursi teras rumah, saya duduk menyendiri memandang langit sore, langit yang begitu indah, matahari mulai terbenam menyembunyikan cahayanya di balik awan. Terdengant dering tunggal di HP yang ada dalam genggamanku “plung”. Dering itu menandakan bahwa ada sebuah pesan BBM. Dengan perlahan aku membuka isi pesan itu, pesan itu dari salah satu sahabat rantau dari Bugis Makassar. “Le, lu kapan balik ke kampung”.  Hmm…ternyata sahabatku yang satu ini menanyakan tentang pulang kampung ke halaman. Aku pun membalas pesan itu “InsyaAllah tanggal 1 juli”. Beberapa detik kemudian, ia membalas pesanku lagi “owh…yaudah kalo gitu bareng gua aja le, kebetulan gua juga pulang tanggal segitu”. Kata sahabatku dalam pesan singkat di BBM. “owh…okelah, bareng aja kalo gitu mah”. Akhirnya sore itu kami berdua sepakat untuk pulang bareng ke kampung halaman. Senangnya tiada terkira ketika ada rencana pulang kampung meskipun itu hanya beberapa hari saja. Bagaimana tidak, bakalan ketemu dengan sanak keluarga lagi. Dan bisa berlibur dengan mereka setelah lebaran Idul Fitri 1436 H.



Beberapa hari kemudian, aku ingatkan lagi ke sahabatku yang akan pulang bareng nanti “gimana nih, kapan nyari tiket pesawat buat pulang?” kataku dalam sebuah pesan singkat di BBM. “owh..iya gua udah nyari-nyari tiket nih, ada nih pesawat yang akan terbang menuju Makkassar tanggal 1 juli pkl. 16.40 WIB”. Kata sahabatku ketika membalas pesan singkat di BBM. Kemudian saya membalas lagi pesannya “Owh…okelah kalo gitu gua transfer ya duit gua ke lu”. Hari itu juga saya langsung ke bank transfer uang untuk beli tiket. 

Beberapa hari setelah saya transfer uang, ku selesaikan semua tugas dan kewajibanku. Ya..tugas dan kewajibanku tidak banyak-banyak amat, Cuma  ngajar dan kulaih saja. Dan langsung menuju halim perdana kusuma Jakarta pada hari selasa 29 juni 2015. Diantar oleh salah satu sahabat seperjuangan dari Bugis Makkassar pula dengan motor mio. Jiahaha…keren. Hehe…….

Satu jam berlalu, akhirnya nyampe juga di halim dengan selamat. Saya masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan sambil mengucapkan salam “Assalamu Alaikum”. Ku tunggu suara untuk menjawab salamku itu namun tak ada suara juga. Akhirnya ku ulang ke dua kalinya “Assalamu Alaikum”. Ya.. tetap saja nihil dan sepi. Akhirnya aku pun masuk langsung menuju kamar temanku tanpa ada seseorang di dalam rumah itu. Ku tatap perlahan ruangan itu yang hanya diramaikan dengan buku-buku. Ku baringkan tubuhku yang kelelahan dan tanpa sadar aku tertidur.

Tepat  pukul 14.00 WIB  saya terbangun dari tidur itu setelah mendengar suara  yang tandanya memanggil namaku “Suleeee”. Ya…itu adalah nama yang paling sering ditujukan kepadaku oleh teman-teman sebayaku. Mungkin biar lebih akrab aja sehingga mereka memanggilku Sule. Setelah terbangun saya menatap serius wajah siapa gerangan yang ada di hadapanku. Ya..ternyata dia adalah Akmal, pulang dari pelatihan pembuatan pesawat untuk lomba di Yogyakarta beberapa bulan ke depan. Akmal inilah yang akan saya temani pulang ke kampung halaman. Beberapa menit kemudian teman-temanku yang lain pun berdatangan. Ada jammil, Ahsan dan Hadi yang akan pulang bersama 1 jam kemudian menuju Makassar. Setalah semua berkumpul barulah berangkat ke bandara Halim Perdana  Kusumu Jakarta Timur. Setalah tiba di bandara, biasalah ya,, namanya juga anak muda sempat berfoto bareng dulu sebagai tanda persahabatan sampai akhir hayat.



Jam dinding menunjukkan pukul 17.00 WIB dan diwaktu itulah pesawat batik air mengangkut saya dan teman-teman menuju Makassar, Butta kelahiran tercinta. Dua jam kemudian akhirnya tiba di Makassar dan dijemput oleh Saiful (alumni MJH Boys juga  tahun 2014). Dan langsung menuju pantai losari. Ditempat itulah saya dan mereka berbagi cerita tentang pengalamn hidup selama 1 tahun berpisah setelah lulus SMA dan lulus dari Yayasan Muslim jabal haq (YMJH).  Ya… pertemuan itu menyimpan sebuah kenangan yang tidak akan pernah terlupakan sampai maut datang menjemput. Bagaiman tidak, mereka adalah sahabat sekaligus saudara yang dititipkan Allah.

Tak terasa 3 jam waktu dihabiskan di pantai Losari malam itu. Ya…mata mulai redup dan setengah watt. Dan akhirnya melanjutkan perjalanan menuju pondok pesantren Darul Istiqamah. Di tempat itulah saya dan teman-teman menginap. Setelah sampai di pon pes tersebut, rasa ngantuk mulai hilang, karena cerita hidup masing-masing mulai diutarakan. Ya…perjalanan hidup yang tentunya bersifat humoris sebagai seorang perantau, banyak liku-liku hidup yang dijalani dan malam itu pun ramai dengan suara ketawa ketiwi. Tapi, namanya juga mata yang haknya adalah untuk tertidur, akhirnya pada pukul 01.00 dini hari, suasana malam itu mulai sepi.

Keesokan harinya, saya dan teman-teman bersiap-siap untuk menuju kampung masing-masing. Akmal ke Wajo, Jammil ke Sinjai, sedangkan saya, Ahsan dan Hadi menuju Bulukumba. Ya..pagi yang cerah itu, menjadi saksi atas perpisahan kami yang ke dua kalinya, berpisah untuk bertemu keluarga setelah sekian lama merantau di Ibu Kota Negara. Dan alhamdulillah sampai di rumah masing-masing dengan selamat dan juga disambut meriah dengan keluarga tercinta.




Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa indah.