“MIMPI YANG TIDAK TERTULIS”
Setiap orang
pasti punya mimpi. Karena mimpi itu adalah salah satu tujuan hidup yang harus
kita capai. Mungkin tidak asing lagi kita dengar sebuah kalimat “hidup tanpa mimpi bagai tak punya
kaki”. Mimpi itu ibarat kedua kaki kita. Yang setiap hari melangkah dengan
tujuan. For example adalah ketika kita ingin ke kampus dengan jalan kaki. Pasti
arah kedua kaki kita adalah ke kampus bukan ke pasar. Mengapa demikian? Karena
tujuannya adalah untuk ke kampus. So, yuk… kita bermimpi dari sekarang. Jangan
sampai hidup kita ini tidak punya tujuan. Masa depan kita ada di tangan kita
masng-masing bukan di tangan orang lain.Jangan takut bermimpi yang tinggi.
Seperti dalam pepatah dikatakan “gantungkan cita-citamu setinggi langit”.
Artinya adalah bermimpi yang besar yang disertai dengan usaha yang keras dan
besar pula agar mimpi tiu bisa tercapai.
Saya masih
teringat bangat waktu masih SD. Mimpi saya waktu itu adalah pengen jadi seorang Guru Matematika.
Kenapa guru matematika? Kok bukan bahasa indnesia, bukan IPA? Mungkin
pertanyaan itu terlintas di pikiran anda semua. Iya, karena saat itu saya punya
Guru Matemetika favorit namanya Pak Sapir. Beliau itu adalah guru yang paling
menyenangkan sewaktu saya masih SD. Cara mejelaskannya simple dan membuat saya
cepat paham. Begitu pun dengan teman-teman yang lainnya. Mereka sangat senang
dengan Pak Sapir. Hampir setiap ada tugas nilai saya 10 terus.
Hmmm…membanggakan juga ya. Hehe.. itulah alasan pertama saya ingin menjadi seorang Guru. Alasan yang
kedua adalah di kampung saya yang namanya Guru adalah orang yang dianggap
paling berhasil satu kampung. Why?? Do you know? Because di kampung saya 99%
profesi mereka adalah PETANI. Wow….sangat jarang ada anak sekolah duduk di bangku SMA. Rata-rata adalah tamat SD.
Setelah itu mereka mengikuti jejak kedua orang
tuanya sebagai petani. Menyedihkan bukan?? Bangat!!!. Akhirnya saya
punya keinginan kuat agar bisa melanjutkan sekolah di bangku SMP. Saya ingin
menjadi berlian yang bersinar ditengah-tengah mereka ketika saya dewasa nanti.
Akhirnya seiring dengan waktu yang berjalan. Saya duduk di bangku SMP Islam Terpadu
pondok pesantren Al-Furqan Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng. Di pesantren itulah
saya berusaha keras menjadi santri tauladan. Dan itu bisa saya capai.
Alhamdulillah ya. Hehe.. dan bercita-cita ingin menjadi seorang pegawai negeri
sipil (PNS). Kok berubah ya cita-citanya?? Why, ada apa??. Alasan pertama
adalah saya suka baju LINMAS, keren bangat kelihatannya di kedua mata telanjang
saya. Nah…alasan kedua adalah gajinya lumayan. Saya tau karena diceritakan oleh
guru saya yang saat itu baru sebulan ia menjadi PNS. Kelihatan gagah, rapih
dan…….pokoknya keren bangata deh.
Masuki tahun pun
berganti, tidak terasa saya lulus SMP. Bingung saya harus lanjut kemana.
Akhirnya saya pulang ke rumah dan berdiskusi sama kakak yang lebih
berpengalaman dari saya masalah sekolah lanjutan atas. Kakak saya adalah
lulusan MA Almurahamah Banyorang tidak jauh dari pesantren saya. Tapi sekarang
tidak kuliah. Karena pas lulus SMA dinikahkan paksa sama orang tua saya dengan
seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Haduhhh…kasihan ya. Ok.. lanjut ya….
Saya ngobrol dengan kakak saya di ruang
tamu dengan kursi berwarna merah. Bla..bla..bla..bla.. berlansunglah obrolan
saya dengan kakak. Akhirnya saya dan kakak memutuskan lanjut di SMK 1 bulukumba
jurusan Akuntansi. Wooww…akuntansi?? Pada hal saya tidak tau apa itu
akuntansi?. Yah…itu keinginan kakak saya ngambil jurusan akuntansi. Alasannya
adalah karena teman kakak sekolah di SMK 1 Bulukumba, saat duduk di bangku
kelas 2 SMK Udah dapat gaji 2 juta perbulan. Sempat kaget saya saat itu. Anak
kelas 2 SMA udah dapat gaji. Hebat.. cacaca…
Nah … setelah
itu saya ngobrol dengan kedua orang tua. Ditengah pembicaraan saya, Ayah
memukul meja dan membuat saya kaget. Whyyy?? Apa yang salah dalam perkataan
saya. Saya bingung dan sempat mengingat lagi apa yang telah keluar dari mulut
saya. Tapi, spertinya tidak ada yang salah dalam kata-kata saya. So, kenapa
ayah marah kaya gini?? I don’t Know juga. Huffttt,,, Ayah ngomomg dengan suara
yang lantang “Risal!! Kamu mau ngapain sekolah di SMK 1 Bulukumba, mau jadi apa
kamu nanti setelah lulus, mau jadi pa’bambong??!! Atau mau jadi preman kaya
anak-anak yang lain??!!”. Haduh… saya saat itu gemetaran mulai dari ujung kaki
sampai ujung rambut. Tumben bangat dimarahin sama Ayah gara-gara pengen sekolah
di SMK 1 Bulukumba. Kak Nurmi memberanikan diri dan angkat bicara “maui tawwa
jadi seorang akuntan Ayah, supaya besar nanti gajinya”. “oo… begituji? Untuk apa
jadi seperti itu? Cari uang? Banyakji juga sarjana ekonomi yang menganggur,
mauko juga seperti itu??”. Ayah semakin marah. Akhirnya kak Nurmi tak mampu
berbicara lagi.” Keputusannya adalah Risal tetap lanjut di pondok pesantren
Al-Furqan supaya nanti bisa menjadi seoarang ulama besar”. Itulah keinginan
Ayah saya. Dan saya sempat kaget juga saat itu, karena harus lanjut sekolah di
pesantren. Huffttt,,,, bikin malesss. Tapi mau gimana lagi, saya tetap
mengikuti keinginan sang Ayah.
Tapi, ternyata
Allah punya rencana yang lain. Saya dapat beasiswa SMA di Jakarta. What?? Saya
senang bangat saat itu, Jakarta????? Wooww,, bisa ketemu artis dong. Hehe…
ketika Ayah saya tau kalau saya dapat beasiswa, beliau pun setuju dan sangat
senang. Akhirnya saya berangkat ke Jakarta tepat pada tanggal 25 juni 2011. dan saya sekolah di
SMA Negeri 7 Kota Bekasi. Nah… di perantauan inilah saya banyak perubahan.
Terutama adalah berani bermimpi yang
besar. Ketika ditanya “mimpi kamu apa?” saya jawab MENTERI KEUANGAN RI. Wow,
keren bangat kan. Begitu pun dengan teman-teman yang lain. Ada yang mau jadi
bupati, ahli perminyakan, musisi, pilot dan bermacam-macam deh pokoknya. Yang
awalanya cita-cita menjadi ustadz, ketika di MJH semuanya berubah. Meazing
benar dah…
Tiga tahun
berjalan, akhirnya lulus SMA dan di yayasan dengan hasil yang sangat memuaskan.
Alhamdulillah ya,, hehe… so, berikutnya apa?? Saya ikut selekesi nasional masuk perguruan tinggi negeri
(SNMPTN), hasilnya adalah GAGAL TOTAL, nah… setelah itu saya coba lagi ikut Seleksi
bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), Saat itu saya daftar di UI dan
UNPAD jurusan Satra Arab. Hasilnya gimana?? GAGAL TOTAL LAGI. Bingung deh saat
itu mau kemana, awalnya saya punya cadangan kuliah di Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta (UMY).. Saya diterima melalui jalur PMDK. Tapi, pas mau daftar
ulang, izin ke Mami. Hasilnya gimana? Hmmm… yah menyedihkan deh, diomelin
karena terlalu jauh. Akhirnya UMY juga GAGAL TOTAL. Dah berapa tuh gagal
total?? Hah,, dah banyak. Akhirnya cita-cita saya saat itu udah ngambang deh
pokoknya alias udah ngga jelas. So, saya berdo’a minta petunjuk apa yang harus
saya lakukan berikutnya. Tak pernah bermimpi sebelumnya ngambil jurusan agama, akhirnya
saya daftar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) yang letaknya di
Jakarta Selatan. Hasilnya apa?? GAGAL TOTAL. Hadeh… saya tidak putus asa, terus
mencari kampus yang cocok buat saya.
Daftar lagi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) di
Jakarta Selatan. Hasilnya gimana?? Tidak lain dan tidak bukan GAGAL TOTALLL….gagalnya
bukan karena tidak diterima, tapi mahanyal itu loh..Saya sempat bingung mau
gmana lagi saat itu. Eh..tiba-tiba Ibu Marwati nawarin tinggal di day care nya
dan biaya kuliah saya ditanggung sama beliau. Tapi kuliahnya di Sekolah Tinggi
Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah ngga jauh dari yayasan. Hufftt,, bingungnya
saya minta ampun saat itu. Gimana ngga bingung coba. Kuliahnya gratis, tapi
kampusnya itu loh, sederhana bangat ngga jauh beda dengan sekolah saya waktu di
pesantren. aduhh,,, gitu amat. Yah.. maklumlah saat itu saya masih gengsi.
Akhirnya saya ngga mau alias GAGAL LAGI. So, setelah itu gimna??. I DON’T KNOW.
Udah terlanjur bingug. Acara perpisahan di yayasan pun tiba, dala acara
tersebut, saya sempat curhat sama kak Firman (Guru tahfidz saya waktu di MJH).
“Udah, kamu tidak usah bingung, kalau mau kamu kuliah di STIU aja dan tinggal
di Rumah Qur’an bareng kakak, kakak jamin hidupmu pasti terjamin dan lebih
tenang”. Kata Kak Firman. Hah, STIU?? Hmm.. saya jadi kaget saat itu, kok
setiap ada orang yang mau bantu STIU mulu ya ngomongnya. “tapi kak, nanti
setelah lulus saya kerja apa, kan jurusannya Tafsir Hadits”. Kata saya. “
Risal, kamu kuliah cari ilmu atau
kerja?” Tanya kak Firman Saya jawab dengan suara yang amat kecil “cari Ilmu kak”. “Risal, perlu kamu tau,
bahwa orang yang berjalan di jalan Allah, hidupnya tidak akan sengsara, apa lagi
kamu punya bakat di bidang agama dan juga punya bekal hafalan qur’an” kata kak
Firman. Saat itu, saya tersadar dan merenung kembali keinginan dan harapan Ayah
saya. Akhirnya dengan niat kuliah karena Allah saya daftar kuliah di STIU dan
alahamdulillah diterima setelah mengikuti tes Agama Islam dan Bahasa Arab.
Tidak GAGAL LAGI. Hehe.. seminggu kemudian saya pulang kampung, dan apa yang
terjadi ?? orang-orang di kampung menganggap saya adalah seorang ustadz, dan
diundang ceramah ke sana dan ke sini. Dan tidak ketinggalan lagi, diangkat
menjadi Imam Masjid. Hufftt,,,, saya sangat bahagia saat itu, apa lagi orang
tua saya. Akhirnya dari situlah saya sadar akan karunia Allah dan ilmu yang
diberikan kepada saya. Meskipun sedikit ilmu agama yang saya milki, tapi semua
itu bisa bermanfaat. Sebulan lamanya saya jalani hidup di kampung halaman seperti 3 tahun yang lalu.
Tepat pada tanggal 7 Agustus 2014, saya terbang kembali ke Jakarta untuk
menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an. Menjadi mahasiswa STIU jurusan Tafsir
Hadits, dan juga menjadi seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan tajwid di berbagai
lembaga (MJH, rumah qur’an jatisari, SD Qur’an, dan TK Al-Mubarok”. Di lembaga
itulah saya mengajar sekarang. Bersyukur karena Allah memberi saya kesempatan untuk berbagi ilmu Al-Qur’an.
Semua itu saya capai tanpa saya tulis di sebuah kertas bahwa saya ingin menjadi
seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan Tajwid. Semua ini adalah skenario Allah yang
harus saya ikuti. Allahu Akbar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar