Minggu, 05 Oktober 2014

mimpi tidak tertulis

“MIMPI YANG TIDAK TERTULIS”

Setiap orang pasti punya mimpi. Karena mimpi itu adalah salah satu tujuan hidup yang harus kita capai. Mungkin tidak asing lagi kita dengar sebuah  kalimat “hidup tanpa mimpi bagai tak punya kaki”. Mimpi itu ibarat kedua kaki kita. Yang setiap hari melangkah dengan tujuan. For example adalah ketika kita ingin ke kampus dengan jalan kaki. Pasti arah kedua kaki kita adalah ke kampus bukan ke pasar. Mengapa demikian? Karena tujuannya adalah untuk ke kampus. So, yuk… kita bermimpi dari sekarang. Jangan sampai hidup kita ini tidak punya tujuan. Masa depan kita ada di tangan kita masng-masing bukan di tangan orang lain.Jangan takut bermimpi yang tinggi. Seperti dalam pepatah dikatakan “gantungkan cita-citamu setinggi langit”. Artinya adalah bermimpi yang besar yang disertai dengan usaha yang keras dan besar pula agar mimpi tiu bisa tercapai.
Saya masih teringat bangat waktu masih SD. Mimpi saya waktu itu  adalah pengen jadi seorang Guru Matematika. Kenapa guru matematika? Kok bukan bahasa indnesia, bukan IPA? Mungkin pertanyaan itu terlintas di pikiran anda semua. Iya, karena saat itu saya punya Guru Matemetika favorit namanya Pak Sapir. Beliau itu adalah guru yang paling menyenangkan sewaktu saya masih SD. Cara mejelaskannya simple dan membuat saya cepat paham. Begitu pun dengan teman-teman yang lainnya. Mereka sangat senang dengan Pak Sapir. Hampir setiap ada tugas nilai saya 10 terus. Hmmm…membanggakan juga ya. Hehe.. itulah alasan pertama  saya ingin menjadi seorang Guru. Alasan yang kedua adalah di kampung saya yang namanya Guru adalah orang yang dianggap paling berhasil satu kampung. Why?? Do you know? Because di kampung saya 99% profesi mereka adalah PETANI. Wow….sangat jarang ada anak sekolah duduk  di bangku SMA. Rata-rata adalah tamat SD. Setelah itu mereka mengikuti jejak kedua orang  tuanya sebagai petani. Menyedihkan bukan?? Bangat!!!. Akhirnya saya punya keinginan kuat agar bisa melanjutkan sekolah di bangku SMP. Saya ingin menjadi berlian yang bersinar ditengah-tengah mereka ketika saya dewasa nanti. Akhirnya seiring dengan waktu yang berjalan. Saya duduk di bangku SMP Islam Terpadu pondok pesantren Al-Furqan Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng. Di pesantren itulah saya berusaha keras menjadi santri tauladan. Dan itu bisa saya capai. Alhamdulillah ya. Hehe.. dan bercita-cita ingin menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS). Kok berubah ya cita-citanya?? Why, ada apa??. Alasan pertama adalah saya suka baju LINMAS, keren bangat kelihatannya di kedua mata telanjang saya. Nah…alasan kedua adalah gajinya lumayan. Saya tau karena diceritakan oleh guru saya yang saat itu baru sebulan ia menjadi PNS. Kelihatan gagah, rapih dan…….pokoknya keren bangata deh.
Masuki tahun pun berganti, tidak terasa saya lulus SMP. Bingung saya harus lanjut kemana. Akhirnya saya pulang ke rumah dan berdiskusi sama kakak yang lebih berpengalaman dari saya masalah sekolah lanjutan atas. Kakak saya adalah lulusan MA Almurahamah Banyorang tidak jauh dari pesantren saya. Tapi sekarang tidak kuliah. Karena pas lulus SMA dinikahkan paksa sama orang tua saya dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Haduhhh…kasihan ya. Ok.. lanjut ya…. Saya ngobrol dengan  kakak saya di ruang tamu dengan kursi berwarna merah. Bla..bla..bla..bla.. berlansunglah obrolan saya dengan kakak. Akhirnya saya dan kakak memutuskan lanjut di SMK 1 bulukumba jurusan Akuntansi. Wooww…akuntansi?? Pada hal saya tidak tau apa itu akuntansi?. Yah…itu keinginan kakak saya ngambil jurusan akuntansi. Alasannya adalah karena teman kakak sekolah di SMK 1 Bulukumba, saat duduk di bangku kelas 2 SMK Udah dapat gaji 2 juta perbulan. Sempat kaget saya saat itu. Anak kelas 2 SMA udah dapat gaji. Hebat.. cacaca…
Nah … setelah itu saya ngobrol dengan kedua orang tua. Ditengah pembicaraan saya, Ayah memukul meja dan membuat saya kaget. Whyyy?? Apa yang salah dalam perkataan saya. Saya bingung dan sempat mengingat lagi apa yang telah keluar dari mulut saya. Tapi, spertinya tidak ada yang salah dalam kata-kata saya. So, kenapa ayah marah kaya gini?? I don’t Know juga. Huffttt,,, Ayah ngomomg dengan suara yang lantang “Risal!! Kamu mau ngapain sekolah di SMK 1 Bulukumba, mau jadi apa kamu nanti setelah lulus, mau jadi pa’bambong??!! Atau mau jadi preman kaya anak-anak yang lain??!!”. Haduh… saya saat itu gemetaran mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tumben bangat dimarahin sama Ayah gara-gara pengen sekolah di SMK 1 Bulukumba. Kak Nurmi memberanikan diri dan angkat bicara “maui tawwa jadi seorang akuntan Ayah, supaya besar nanti gajinya”. “oo… begituji? Untuk apa jadi seperti itu? Cari uang? Banyakji juga sarjana ekonomi yang menganggur, mauko juga seperti itu??”. Ayah semakin marah. Akhirnya kak Nurmi tak mampu berbicara lagi.” Keputusannya adalah Risal tetap lanjut di pondok pesantren Al-Furqan supaya nanti bisa menjadi seoarang ulama besar”. Itulah keinginan Ayah saya. Dan saya sempat kaget juga saat itu, karena harus lanjut sekolah di pesantren. Huffttt,,,, bikin malesss. Tapi mau gimana lagi, saya tetap mengikuti keinginan sang Ayah.
Tapi, ternyata Allah punya rencana yang lain. Saya dapat beasiswa SMA di Jakarta. What?? Saya senang bangat saat itu, Jakarta????? Wooww,, bisa ketemu artis dong. Hehe… ketika Ayah saya tau kalau saya dapat beasiswa, beliau pun setuju dan sangat senang. Akhirnya saya berangkat ke Jakarta tepat  pada tanggal 25 juni 2011. dan saya sekolah di SMA Negeri 7 Kota Bekasi. Nah… di perantauan inilah saya banyak perubahan. Terutama adalah  berani bermimpi yang besar. Ketika ditanya “mimpi kamu apa?” saya jawab MENTERI KEUANGAN RI. Wow, keren bangat kan. Begitu pun dengan teman-teman yang lain. Ada yang mau jadi bupati, ahli perminyakan, musisi, pilot dan bermacam-macam deh pokoknya. Yang awalanya cita-cita menjadi ustadz, ketika di MJH semuanya berubah. Meazing benar dah…

Tiga tahun berjalan, akhirnya lulus SMA dan di yayasan dengan hasil yang sangat memuaskan. Alhamdulillah ya,, hehe… so, berikutnya apa?? Saya ikut selekesi  nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), hasilnya adalah GAGAL TOTAL, nah… setelah itu saya coba lagi ikut Seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), Saat itu saya daftar di UI dan UNPAD jurusan Satra Arab. Hasilnya gimana?? GAGAL TOTAL LAGI. Bingung deh saat itu mau kemana, awalnya saya punya cadangan kuliah di Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY).. Saya diterima melalui jalur PMDK. Tapi, pas mau daftar ulang, izin ke Mami. Hasilnya gimana? Hmmm… yah menyedihkan deh, diomelin karena terlalu jauh. Akhirnya UMY juga GAGAL TOTAL. Dah berapa tuh gagal total?? Hah,, dah banyak. Akhirnya cita-cita saya saat itu udah ngambang deh pokoknya alias udah ngga jelas. So, saya berdo’a minta petunjuk apa yang harus saya lakukan berikutnya. Tak pernah bermimpi sebelumnya ngambil jurusan agama, akhirnya saya daftar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) yang letaknya di Jakarta Selatan. Hasilnya apa?? GAGAL TOTAL. Hadeh… saya tidak putus asa, terus mencari kampus yang cocok buat saya.  Daftar lagi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) di Jakarta Selatan. Hasilnya gimana?? Tidak lain dan tidak bukan GAGAL TOTALLL….gagalnya bukan karena tidak diterima, tapi mahanyal itu loh..Saya sempat bingung mau gmana lagi saat itu. Eh..tiba-tiba Ibu Marwati nawarin tinggal di day care nya dan biaya kuliah saya ditanggung sama beliau. Tapi kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah ngga jauh dari yayasan. Hufftt,, bingungnya saya minta ampun saat itu. Gimana ngga bingung coba. Kuliahnya gratis, tapi kampusnya itu loh, sederhana bangat ngga jauh beda dengan sekolah saya waktu di pesantren. aduhh,,, gitu amat. Yah.. maklumlah saat itu saya masih gengsi. Akhirnya saya ngga mau alias GAGAL LAGI. So, setelah itu gimna??. I DON’T KNOW. Udah terlanjur bingug. Acara perpisahan di yayasan pun tiba, dala acara tersebut, saya sempat curhat sama kak Firman (Guru tahfidz saya waktu di MJH). “Udah, kamu tidak usah bingung, kalau mau kamu kuliah di STIU aja dan tinggal di Rumah Qur’an bareng kakak, kakak jamin hidupmu pasti terjamin dan lebih tenang”. Kata Kak Firman. Hah, STIU?? Hmm.. saya jadi kaget saat itu, kok setiap ada orang yang mau bantu STIU mulu ya ngomongnya. “tapi kak, nanti setelah lulus saya kerja apa, kan jurusannya Tafsir Hadits”. Kata saya. “ Risal, kamu  kuliah cari ilmu atau kerja?” Tanya kak Firman Saya jawab dengan suara yang amat kecil  “cari Ilmu kak”. “Risal, perlu kamu tau, bahwa orang yang berjalan di jalan Allah, hidupnya tidak akan sengsara, apa lagi kamu punya bakat di bidang agama dan juga punya bekal hafalan qur’an” kata kak Firman. Saat itu, saya tersadar dan merenung kembali keinginan dan harapan Ayah saya. Akhirnya dengan niat kuliah karena Allah saya daftar kuliah di STIU dan alahamdulillah diterima setelah mengikuti tes Agama Islam dan Bahasa Arab. Tidak GAGAL LAGI. Hehe.. seminggu kemudian saya pulang kampung, dan apa yang terjadi ?? orang-orang di kampung menganggap saya adalah seorang ustadz, dan diundang ceramah ke sana dan ke sini. Dan tidak ketinggalan lagi, diangkat menjadi Imam Masjid. Hufftt,,,, saya sangat bahagia saat itu, apa lagi orang tua saya. Akhirnya dari situlah saya sadar akan karunia Allah dan ilmu yang diberikan kepada saya. Meskipun sedikit ilmu agama yang saya milki, tapi semua itu bisa bermanfaat. Sebulan lamanya saya jalani hidup  di kampung halaman seperti 3 tahun yang lalu. Tepat pada tanggal 7 Agustus 2014, saya terbang kembali ke Jakarta untuk menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an. Menjadi mahasiswa STIU jurusan Tafsir Hadits, dan juga menjadi seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan tajwid di berbagai lembaga (MJH, rumah qur’an jatisari, SD Qur’an, dan TK Al-Mubarok”. Di lembaga itulah saya mengajar sekarang. Bersyukur karena Allah memberi  saya kesempatan untuk berbagi ilmu Al-Qur’an. Semua itu saya capai tanpa saya tulis di sebuah kertas bahwa saya ingin menjadi seorang guru tahfidz Al-Qur’an dan Tajwid. Semua ini adalah skenario Allah yang harus saya ikuti. Allahu Akbar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar