“RISAL
ANAK AREN”
Disaat
matahari mulai bersembunyi dibalik gunung lompo battang. Terdengar suara
tangisan seorang bayi. Diiringi dengan
hembusan angin sepoi-sepoi dunia menyambut kelahiran bayi itu dengan senyuman
bahagia.Suara tangisan seorang bayi itu bagai nyanyian rindu untuk Ayah dan
Ibunya. Burung-burung pun terbang tinggi di angkasa dan berkicau riang
menyambut kelahiran seorang bayi ke 5 dari pasangan suami istri H.Sulle dan
Sabo di sebuah Desa yang hanya terdapat beberapa rumah kayu. Bayi itu diberi
nama RISAL SULLE. Ya.. itulah aku yang terlahirkan dari pelosok Desa jauh dari
keramaian kota. Hari semakin gelap meninggalkan cahaya mentari yang telah
bersinar menyinari bumi. Dan suara tangisanku mulai membisu bersama malam yang
bahagia bagi Ayah dan Ibuku atas kelahiranku. Masa kecil itu, membawa undangan
cinta sang buah hati. Dan membawa kebahagiaan yang tersimpan dalam memori cinta
seorang bunda yang telah memperjuangkan hidup dan matinya hingga anaknya dapat
lahir dan menikmati hidup.
Waktu
yang terus berputar , masa kecil itu membawaku berjalan di dunia yang penuh
dengan liku-liku. Dan cobaan hidup tiada hentinya bagai gelombang air laut yang
tek pernah berhenti menghembuskan buih ke pinggir pantai. Aku menjalani hidup bersama
keluarga yang sangat aku cintai. Terutama Ayah dan Ibuku serta kakak perempuan
satu-satunya yang bernama Nurmi. Aku menginjakkan kaki di SD saat berusia 4 tahun.
Tak heran, seharusnya aku belum boleh menginjak masa SD karena umurku yang
masih 4 tahun. Tapi, berkat keinginanku yang kuat, aku diterima di SDN 51
Parang Silibbo. Saat itu, ketika aku ke sekolah suara ledekan yang diiringi
tawa orang-orang tak pernah berhenti bergelombang dikedua kupingku. Karena
sepatuku yang lebar seperti kura-kura yang bertali rapiah, dan juga baju
seragamku yang ditambal, serta celanaku yang sobek membuat orang semakin ramai
mentertawakanku. Aku kehilangan semangat belajar saat itu, karena tidak kuat
jika harus mendengar suara tawa dan ledekan setiap aku berjalan kaki menuju ke
sekolahku. Ayahku yang bekerja sebagai
petani singkong, merasa bersalah besar karena belum mampu membelikanku seragam
dan sepatu baru, karena makan aja susah bagi mereka. Belum lagi kakak-kakakku
yang sekolah di SLTP di Bonto Nyeleng yang membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan
aku. Karena semangat belajarku turun, aku tidak bisa naik ke kelas 2 SD Selama 2 tahun karena
nilai rata-rataku hanya 4,00. Nilai itu sangat menyedihkan. Segudang kekecewaan
yang tertampung dalam diriku dan Kristal beningku mulai tertumpah dan membasahi
kedua pipiku.
Dua
tahun dikelas 1 SD, aku bangkit dari kegagalanku itu. Dan akhirnya aku bisa
naik ke kelas 2 SD dengan peringkat VIII. Kebahagiaan datang membawa senyuman
indah ke hadapanku, Dan Ayahku yang tadinya bekerja sebagai petani singkong,
kini beliau bekerja sebagai pembuat gula
merah yang terbuat dari air pohon aren atau dalam bahasa makassarnya “tuak
tanning”. Dengan izin Allah yang maha kuasa, tuak tanning itu bisa menghidupiku
beserta keluarga yang sangat aku banggakan. Seiring dengan perjuangan yang berkobar
dalam kepribadianku, aku bisa meraih juara 1 dikelas saat aku duduk dibangku
kelas 4 SD. Aku tak mau lagi ada diurutan
paling belakang. Disamping aku juara 1 di kelas, aku juga aktif ekstrakurikuler
di sekolah mulai dari pramuka,SKJ,adzan,volley,MTQ,MHQ,. Dan aku juga pernah
menjuarai lomba MTQ tingkat kabupaten di bulukumba. Alhamdulillah.. bukannya
sombong yee.. Selain itu, aku pernah menjuarai lomba SKJ. Dan masih banyak
prestasi yang pernah ku raih semasa SD.
Ayahku bangga melihat perkembangan anaknya yang pernah tinggal kelas selama 2
tahun. Semuanya bagai mimpi yang tak pernah terduga dalam hidupku. Meskipun aku
dan kakak-kakakku hanya sebagai anak dari sang Ayah yang hidup berkat pohon
aren, tapi aku tetap bangga punya Ayah yang tidak tergila-gila dengan harta
benda. “kekayaan itu tidak akan bisa merubah hidup menjadi tentram, tapi iman
yang kuatlah yang bisa merubah hidup menjadi tentram dan bahagia bahkan sampai
dikehidupan yang hakiki yaitu akhirat” itulah prinsip Ayahku. Kalau memang
dibandingkan dengan anak-anak yang lain, akulah yang jarang membawa uang jajan
ke sekolah. aku hanya membawa buah rambutan dan duku untuk mengisi perutnya
saat kelaparan di sekolah. Seperti yang pernah aku ceritkan sebelumnya yang
berjudul mimpi tidak tertulis. Hehe..
Seiring
dengan waktu yang terus berputar, aku melanjutkan pendidikan di SMP islam
terpadu pondok pesantren Al-Furqan pusat Ereng-Ereng kabupaten Bantaeng.
Disitulah aku mulai berpisah dengan orang tuaku, dan aku bisa hidup mandiri di pesantren tersebut. Di pesantren,
aku dibekali dengan ilmu-ilmu Agama Islam diantaranya adalah Nahwu saraf,Hadits arbain,Bulugul
maram dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa ku pelajari di pesantren. Bahkan, aku masih bisa mengukir
prestasiku di pesantren. Aku pernah menjuarai beberapa lomba islami yaitu lomba
da’i, MTQ, puisi islami, pop song, puisi kompak, drama, dan juara umum saat
perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 2010). Di pesntren, aku benar-benar merasa hidup mandiri. Aku masak
sendiri. Biasanya, aku memasak nasi untuk makan siang dan makan malam. Dengan
laup yang tak ada rasa yang lain selain rasa asing yang bergoyang dilidahnya (garam).
Bukannya orang tuaku miskin amat, tapi aku tidak mau jika harus meminta uang
untuk membeli makanan yang enak-enak.
Apalagi, Ayahku hanya sebagai petani dan pembuat gula merah yang terbuat dari air pohon aren. Ketika aku pulang
kampung, aku dipercaya oleh masyarakat disekitarnya untuk menjadi imam saat
shalat berjama’ah, berceramah di bulan ramadhan dan juga khutbah setiap hari
jum’at.
Tiga
tahun lamanya aku menikmati hidup di Pondok Pesantren Al-Furqan. Dan hal itu
yang menjadi salah satu kenangan hidupku semasa di pesantren yang tak akan
pernah hilang dalam gelapnya malam dan tak pernah pudar sampai hembusan nafas
terakhirku. Aku bahagia punya Ayah yang
begitu penyayang dan selalu mengabdi kepada Allah yang maha kuasa. Meskipun aku
hidup sederhana bersama keluarga, aku bisa menginjakkan kaki di Ibu kota Negara
(Jakarta) untuk melanjutkan pendidika SMA dengan beasiswa penuh. Dan selesai
pada tahun 2014 ini. Lumayan membanggakan jugalah ya. Dan saat ini lanjut
kuliah di Seklah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Darul Hikmah di Kota Bekasi.
Semoga ke depannya makin sukses. O..iya jadi maka juga guru kodong. Tapi guru
tahfidzji kodong dan bahasa Arab dasar di TK. Tapi tidak apa-apaji. Yang penting
bisaka hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar