Sungguh banyak kaum Muslimin pada
masa sekarang ini menggampangkan masalah keharaman. Mereka terjerumus di
dalamnya dan berlomba-lomba kepadanya, terutama dalam urusan harta. Akibatnya,
kehalalan bagi mereka adalah apa yang berada di tangan walaupun itu keharaman
yang jelas tiada syubhat di dalamnya. Mereka mentakwilkannya dengan
takwil-takwil serampangan, pertimbangan murahan, dan siasat-siasat lemah yang
hanya menambah keharaman itu semakin diharamkan dan menambah kezhaliman semakin
pekat. Syaitanlah yang menarik mereka kepadanya, dan kecintaan kepada dunia
serta mengikuti hawa nafsu mendorong mereka ke dalam kelemahan iman dan kurang
amanah. Karena itu, jangan heran bila engkau melihat dan mendengar setiap hari
ada orang yang jatuh ke dalam lumpur keharaman yang hina. Ia menjual Agama dan
amanahnya dengan harta dunia yang sedikit. Na’udzubillahi min dzalik.
Banyak kenyataan-kenyataan di
luar sana yang telah kita saksikan. Orang-orang yang tidak takut kepada Allah,
orang-orang yang imannya masih sangat lemah dan orang-orang yang masih menjadi
babu-babu syaithan. Mereka-mereka itulah yang tidak mengenal halal haramnya
sesuatu. Pada hal, Allah telah menyempurnakan nikmat untuk kita, dan
menyempurnakan Agama untuk kita, dengan menjadikannya sebagai Agama yang
lengkap lagi sempurna yang mencakup semua aspek kehidupan. Dengan Allah menjaga
lima kebutuhan paling primer: agama, akal, kehormatan, jiwa dan harta.
Dalam tulisan sederhana ini, saya
akan menjelaskan 6 akibat makanan yang haram.
1. Menghilangkan keberkahan
Allah berfirman :
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS.
Al-Baqarah: 276)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “penjual
dan pembeli itu berada dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Jika
keduanya jujur dan transparan, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya.
Sebaliknya, jika menyembunyikan dan berdusta, maka dihapuskan keberkahan jual
belinya”. (HR. Bukhari dan An-Nasa’i).
Lihatlah saudaraku, tentang akibat dusta dan
bertransaksi dengan keharaman berupa riba, kecurangan dan selainnya,
sesungguhnya itu menghilangkan keberkahan. Siapa yang melakukan kecurangan dan
menyembunyikan cacat barang karena menginginkan keuntungan lebih, maka ia
dihukum dengan kebalikan tujuannya, yaitu hilang keberkahan harta yang
diambilnya. Meskipun bertambah secara kuantitas, tapi tiada keberkahan di
dalamnya, atau ia didera musibah, petaka, penyakit atau suatu peristiwa, lalu
ia membelanjakan harta tersebut untuk mengatasi musibah yang menimpanya. Namun,
jika jujur dan menjelaskan cacat barang serta tulus kepada saudaranya sesama
muslim, maka harga barang itu menjadi sedikit, tapi Allah Ta’ala memberkahi
harta tersebut. Banyak orang pada masa sekarang mengeluhkan sedikitnya
keberkahan harta padahal hartanya banyak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“sumpah itu melariskan barang dagangan tapi menghilangkan keberkahan”. (HR.
Al-bukhari).
Bersumpah, yaitu bersumpah atas jual beli, dan ini
tidak boleh. Memang dapat melariskan barang dagangan, yaitu terjual dengan harga
yang banyak, tapi tidak ada keberkahan pada harta ini. Lalu apa gunanya?!
Banyak pebisnis pada masa sekarang mengalami
kebangkrutan dan hutang mereka menumpuk tidak lain karena disebabkan muamalah
yang diharamkan, terutama riba. Semoga Allah melindungi kita darinya dan dari
segala keharaman.
2. Do’a tidak terkabul
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sa’ad bin Waqqassh: “wahai Sa’ad,
perbaikilah makananmu, niscaya do’amu terkabul”. (HR. ath-Thabrani)
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Sungguh beliau menyebutkan orang yang menempuh
perjalanan panjang dalam keadaan rambut kusut, tubuh berdebu, ia mengangkat
kedua tangannya seraya berucap ‘Wahai Rabb, Wahai Rabbi!’ sementara makanannya
haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makanan dari yang haram,
maka bagaimana mungkin do’anya terkabul?”. (HR. Muslim).
Perhatikanlah,
semoga Allah merahmatimu. Pengaruh makan haram dalam menghalangi terkabulnya
do’a. Apa daya seseorang ketika sebab-sebab langit terputus darinya, ia
mengangkat kedua tangannya ke langit saat sedang sakit mengharapkan kesembuhan
dari penyakitnya, saat ia berada dalam kesusahan yang mengharapkan kelapangan
darinya, dan saat ia berada dalam duka yang mengharapkan kelapangan darinya. Ia
mengangkat kedua tangannya dengan mengiba kepada Rabbnya agar dihilangkan
kesusahannya dan dilapangkan kesedihannya, sedang pintu-pintu langit di tutup
karena ia makan haram, maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan? Andaikan
tidak ada dalam keharaman kecuali kerugian ini, niscaya itu sudah bisa menjadi
penjera dan penghalau terbesar untuk tidak makan keharaman. Karena itu,
perbaikilah makananmu, niscaya do’amu dikabulkan, dan janganlah tutup
pintu-pintu langit dengan makan keharaman. Karena engkau butuh kepada Rabbmu,
dan engkau tidak pernah tidak butuh kepada-Nya.
Penya’ir berkata
:
Kita menyeru
kepada Ilah dalam segala kesusahan
Kemudian kita
melupakan-Nya ketika kesusahan telah hilang
Bagaimana
mungkin kita mengharapkan terkabulnya do’a
Sedangkan
kita menutup jalannya dengan dosa
3. Penghalang dari
diterimanya sedekah, haji, umrah, dan semua yang di dalamnya terdapat harta
haram
Nabi Shallallahu
‘alahi wa sallam bersabada : “Sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima
kecuali yang baik-baik”. (HR. Muslim).
Dalam hadits
lain disebutkan “Jika seseorang pergi berhaji dengan nafkah yang baik dan
menaruh kakinya di lembah lalu berseru :’labbaika Allahumma labbaik,’
maka penyeru berseru kepadanya dari langit, ‘Labbaika wa Sa’dik’, bekalmu halal
kendaraanmu halal, dan hajimu mabrur tanpa berdosa. Jika ia keluar dengan
membawa nafkah yang buruk dan menaruh kakinya di lembah lalu berseru :’Labbaika
Allahumma Labbaik’, maka penyeru berseru kepadanya ‘La Labbaik wala sa’dik’,
bekalmu haram, nafkahmu haram, dan hajimu tidak mabrur’.” (HR. Ath-Thabrani).
Dalam Al-Musnad
disebutkan :”Tidaklah seorang hamba mencari harta dari keharaman lalu
menafkahkannya dengan diberi keberkahan, dan tidaklah menyedekahkannya lalu
diterima sedekahnya, serta tidaklah ia meninggalkannya di belakang punggungnya
melainkan itu semakin menambahnya ke Neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus
keburukan dengan keburukan, tetapi menghapus keburukan dengan kebaikan.
Sesungguhnya keburukan itu tidak menghapuskan keburukan”. (HR. Ahmad.
Syaikh Al-Albani rahimahullah mendha’ifkannya dalam Dha’iiful Jaami no.
1625).
Anehnya,
sebagian orang tidak berhati-hati dari muamalah yang diharamkan. Di samping
itu, mereka menyedekahkan dan menyumbangkan dalam aspek-aspek kebajikan berupa
membangun masjid dan selainnya, berhaji dan berumroh, serta menyangka bahwa itu
akan diterima dari mereka, dan bahwa
sedekah-sedekah ini akan menghapuskan keburukan makan haram. Orang-orang yang
merana ini tidak mengetahui bahwa mereka telah membinasakan diri mereka dalam keharaman,
dan sedekah mereka tidak diterima, karena sedekah tersebut bukan sedekah yang
baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik.
‘Abdullah bin
‘Umar berkata “Sungguh menolak seperenam dirham dari keharaman adalah lebih
baik dari seratus ribu dirham yang dinafkahkan di jalan Allah”.
‘Abdullah bin
Al-Mubarak berkata “Sungguh jika aku menolak satu dirham dari syubhat lebih
aku sukai dari pada menyedekahkan 600.000 dirham.”
4. Kerusakan Hati
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :”Ingatlah, bahwa di dalam tubuh terdapat
segumpal daging; jika baik, maka seluruh tubuh menjadi baik. Dan jika rusak,
maka seluruh tubuh menjadi rusak pula, ketahuilah bahwa itu adalah hati”.
(HR. Muttafaqun ‘alaih)
Ibnu Hajar
berkata “Didalamnya terdapat peringatan supaya mengagumkan nilai hati dan
menganjurkan supaya memperbaikinya, serta mengisyaratkan bahwa penghasilan yang
baik itu memiliki dampak”. (Fath al-Baari). “Imam Ahmad ditanya, ‘dengan apakah
hati menjadi lunak? Ia menjawab ‘Dengan makan yang halal’.’’ (Manaaqib
al-Imaam Ahmad, hal. 255).
5. Hidup Dalam Keadaan
hina, gelisah lagi bimbang
Hal itu karena
ia terombang ambing dalam kemaksiatan kepada Allah, baik pagi maupun petang.
Pakaian yang dikenakannya berasal dari keharaman, tempat tinggalnya dari
keharaman, makan dan minumnya dari keharaman, dan do’anya tidak dikabulkan.
Hatinya dirusak oleh makan keharaman. Kemudian ia berada dalam ketakutan dan
kecemasan dari tersingkap urusannya, diketahui pencuriannya dan
penjambretannya. Bagaiman merasa tentram orang yang demikian keadaannya, dan
merasa tenang orang yang demikian akibatnya, terutama orang melakukan taruhan
dan memperdaya orang lain untuk mengambil harta mereka. Engkau melihatanya
menjalani kehidupan di siang hari dalam keadaan hina dan di malam hari dalam
kedukaan. Ia berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ketika tempat dan
kampungnya diketahui. Ia ketakutan ketika mendengar dering teleponnya berbunyi, dan terkejut
ketika pintu rumahnya diketuk. Allah berfirman “Mereka mengira bahwa
tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka”. (QS. Al-Baqarah:
4).
Semoga Allah
tidak memberkahi harta yang mendatangkan kehinaan, dan perdagangan yang
mengakibatkan kesusahan dan kesudahan.
6. Ancaman dengan adzab
yang keras pada hari kiamat
Demi Allah, itu
adalah dampak yang besar dan musibah yang parah. Di samping orang yang makan
keharaman itu yang mendaptkan duka, kesedihan, kerusakan hati, dan tidak
terkabul do’anya, ia juga diberi ancaman dengan api yang menyala-nyala yang
hanya dimasuki orang yang paling celaka.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu
menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala”. ( QS. An-Nisa’: 10).
Orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirnya orang yang
kemasukan syaithan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba. Sedang Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah Ta’ala. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu “Adalah penghuni-penghuni Neraka; mereka kekal di dalamny”. (QS.
Al-Baqarah: 275).
Dalam hadits
disebutkan “Suatu daging yang tumbuh dari keharaman, maka neraka lebih patut
baginya”. (. HR. Ath-Thabrani)
Bagamana mungkin
orang yang berakal lebih mementingkan dunia daripada akhirat, lebih mementingkan negeri mereka yang
terbatas daripada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan dikumpulkan
sebagai umpan Jahannam.
Namun, para pencari
dunia itu telah dibutakan oleh dunianya, difitnah oleh hawa nafsunya, dan
disesatkan oleh Syaithan dari kalangan jin dan manusia, sehingga ia menjadi
hamba dinar dan dirham.
Celakalah hamba
dinar dan dirham, orang yang merana ini tidak tahu bahwa pada Hari Kiamat kelak
ia akan berandai-andai sekiranya bisa menebus dirinya dari adzab dengan semua
yang ada di bumi.
Allah berfirman
:
“Sedang
mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia
dapat menebus (dirinya) dari adzab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan
saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi
seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya”. (QS. Al-Ma’arij: 11-14)
Demi Allah, jika
seorang muslim hidup dalam keadaan fakir hanya cukup dengan memakan sepotong
roti, tinggal di dalam tenda terbuat dari bulu, dan hidup dalam keadaan mulia,
damai, tentram, dikabulkan do’anya, diterima amalnya, dan selamat dari api yang
menyala-nyala, itu lebih disukainya dan lebih mulia daripada hidup di dalam istana
yang bisa makan segala macam makanan, memakai pakaian paling mewah, dan
mengendarai kendaraan paling mewah, sedang ia dalam kehinaan dan kesusahan,
do’anya tidak diterima, amalnya tidak dinaikkan, dan diberi ancaman dengan
Neraka yang menyala-nyala. Tapi dimanakah akal yang sehat, dan hati yang
berpandangan, yang lebih mengutamakan apa yang ada di sisi Allah berupa
kenikmatan dan kemuliaan dibandingkan syahwat dunia dan kesenangannya yang
fana?.
sumber :buku "akibat makanan yang haram" :Abdullah bin Sa'ad Al Faalih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar