Sabtu, 15 November 2014

Cinta Sejati Untuk Istri ke Empatku


Para pengunjung blog saya yang setia, J sebelumnya saya pernah nge post sebuah cerita yang berjudul “jangan kau fitnah aku menghamilimu”. Kata orang sih ceritanya mesum dan menyedihkan. Tapi bagi saya gak bermasalah akan hal itu. Mau  mesum kek, mau lucu kek, mau menyedihkan kek sampai-sampai menjatuhkan banyak air mata dan butuh handuk good morning untuk memerasnya. Nah…kali ini saya akan berbagi kisah dari Desa yang sama yaitu Desa Somba Palioi. Seperti apa kisahnya??? Mau tau aja atau mau tau bangat?? Atau dua-duanya?? Ok…berikut kisahnya.



Dumma’ adalah seorang lelaki gagah perkasa,ototnya gede dan sangat kuat. Ia adalah adik kedua Ayahku. Dan saya biasa menyapanya Om Dumma’. Om Dumma’ ini adalah salah satu sosok lelaki yang ditakuti oleh Masyarakat di kampung. Karena setiap ada masalah yang ia hadapi,pasti menyelesaikannya dengan cara berantem pake golok. Bener-bener nih orang!! Ini mah bukan menyedihkan ya tapi mesum kuadrat. Eh…bukan mesum kuadrat deh tapi mesum kubik . Nah…Om Dumma’ ini menikah dengan seorang wanita dari tetangga Desa sendiri. Istrinya gak cantik sih, tapi orangnya baik, lemah lembut, baik hati dan tidak sombong deh pokoknya.  Istri Om Dumma’ biasa disapa Tante Mira. Om Dumma’ dan Tante Mira mempunyai  anak sebanyak 7 orang. Setelah beberapa tahun Om Dumma’ dan Tante Mira merawat ke 7 orang anaknya, dan membina keluarganya dengan penuh kasih sayang. Namun akhirnya kebahagiaan mereka terputus dengan sebuah perceraian dengan alasan yang tidak saya ketahui.  Setelah mereka bercerai, ke 7 orang anak-anak mereka hidup dengan  Ibunya sendiri, dan tidak ada satu pun yang memilih untuk hidup dengan Ayahnya. Namun, meski ke 7 anak ini hidup tanpa dinafkahi oleh sang Ayah, mereka tetap bahagia karena mereka hidup dalam dunia kasih sayang seorang Ibu.

Beberapa tahun kemudian, Om Dumma’ menikah lagi denga seorang Wanita dari Tiro. Om Dumma’ menjual kebun warisan dari Sang Ayah. Karena butuh dana untuk menikahi Tante Abo. Setelah beberapa bulan mereka  sah menjadi suami istri, Om Dumma’ dan Tante Abo memutuskan untuk pergi ke Malaysia untuk mencari nafkah. Dan akhirnya suami istri ini pergi ke Malaysia bersama Om Maring dan Om Tahi. Nah… selama Om Dumma’ dan Tante Abo di Malaysia, saya kurang tau tuh bagaimana kehidupan mereka disana. Yang saya  tau adalah mereka baik-baik aja disana. Dan pulang setelah beberapa tahun kemudian dan dikaruniai 3 orang anak. Jadi, berapami kira-kira anaknya Om Dumma’ ke’nang. Eh…sepuluhmi toh. Iye gitte sepuluhmi. Allele….kencang todo di. Nah… setelah Om Dumma’ dan Tante Abo pulang ke kampung, mereka membangun sebuah rumah yang sangat amat sederhana. Yaitu berupa rumah panggung kecil, tidak ada kamarnya akhirnya mereka tidur di depan dapur. Setelah beberapa bulan mereka hidup dengan rumah panggung yang amat sederhana itu, Tante Abo tiba-tiba sakit. Matanya merah, kulitnya menjad dingin dan tidak mampu lagi untuk mengeluarkan kata-kata indah buat suami dan anak-ananya. Entahlah penyakit apa yang dideritanya. Yah..namanya juga kampung kodong, jauh dan sangat susah untuk dibawah ke dokter. Jadi, kalau ada yang sakit, dibiarkan begitu saja. Setelah seminggu Tante Abo sakit, ajalnyanya pun datag menjemputnya. Om Dumma’ saat itu terlihat saaaangat amat sedih, matanya merah dan terlihat Kristal bening di matanya mulai tumpah membasahi ke dua pipinya. Ke 3 anaknya pun menangis histeris, “aaaaaaaaaa…….oooo…..ammaaaaaa….angngura nu pilari I ya..oooo…karaaaeeeeng…. ammakku kodoooong…”. Kata itulah yang berulang kali keluar dari mulut ke 3 anak Tante Ambo disertai dengan kesedihan yang saaaangaaaat mendalam. Mau jugaka ku rasa menangis loh… dan akhirnya ke 3 anak ini menjadi piatu dan hidup bersama sang Ayah.


Setahun setelah Tante Abo meninggal, Om Dumma’ menikah lagi dengan seorang wanita cantik dan sangat mahir membaca Al-Qur’an. Siapakah dia? Do you know or no? ok…dia adalah guru ngaji saya. Wihhhh hebat bener ya. Om Dumma’ menjual lagi kebunnya untuk menikahi Guru ngaji saya yang biasa disapa Puang Sia. Semenjak Om Dumma’ menikahi Puang Sia, ia terlihat semakin bahagia terus memuji istrinya yang cantik itu. Dan ke 3 anak Om Dumma’ hidup bersama dengan Puang Sia dan menjadilah mereka anak tiri. Namun, kebahagiaan Om Dumma’ menjadi penderitaan ke 3 anaknya. Mengapa demikian? Ke 3 anak ini diperlakukan oleh Ibu tirinya (Puang Sia) seperti pembantu. Tidak boleh makan sebelum mereka  kerja, mencangkul di kebun, mencari kayu bakar dari hutan, mengambil air disumur yang jauhnya 2 km dari rumah. Belum lagi disuruh menyapu di rumah plus mengepel dan menyapu halaman rumah sampai bersih. Setelah pekerjaan selesai, barulah ke 3 anak ini makan. Tapi, makannya sediktji kodong. Dikasinya satu sendok nasi doang dan 5 ekor ikan teri. Hampir setiap hari ke 3 anak ini makan seperti itu menunya. Iiii….kodong. Nah… setahun setelah Puang Sia menjadi istri bagi Om Dumma’ ia melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Fikri Haikal. Anak ini saaaangat dimanjakan oleh Puang Sia. Minta dibelikan apa aja pasti dipenuhi. Dan ke 3 anak Om Dumma’ dilantarkan begitu saja tanpa perhatian penuh dari Om Dumma’. Akhirnya ke 3 anak ini hidup terpisah dan tidak hidup bersama lagi. Anak  pertama ke Malaysia, anak kedua dirawat oleh neneknya di Kajang dan anak terakhir dirawat oleh seorang wanita tua yang tidak kenalnya. Setelah umur Fikri menginjak diusia 4 tahun, sebuah takdir Allah datang secara tiba-tiba. Fikri terbakar oleh api dan dilarikan ke rumah sakit Umum Kabupaten Bulukumba. Lima bulan lamanya Fikri dalam keadaan koma dirumah sakit. Membuat Puang Sia bersedih teramat amat sangat. Sampai-sampai matanya membengkak menangisi anaknya yang koma selama 5 bulan di rumah sakit.  Namun, hal yang aneh terjadi pada Om Dumma’. Sudah tau bahwa anaknya lagi koma dan istrinya saaaangat sedih. Eh….malah Om Dumma’ ini selingkuh dengan wanita lain alias perawan tua diatas penderitaan anaknya. Na’udzu bllahi min dzalika. Lanjut cerita, setelah Fikri koma selama 5 bulan, ajalnya pun datang menjemputnya dimalam hari yang diiringi dengan derasnya hujan. Setelah Fikri meninggal dan Om Dumma’  hidup berdua dengan Puang Sia lagi, Om Dumma’ mulai bosan dan bertingkah aneh kepada Puang Sia dikarenakan Om Dumma’ sudah punya wanita simpanan lagi.

 Dan akhirnya Om Dumma’ pergi meninggalkan Puang Sia dan menikahi wanita selingkuhannya itu dan ia menjual kebun satu-satunya. Semenjak Om Dumma’ punya istri yang baru alias istri ke empat, ia tidak pernah lagi menemui Puang Sia. Dan Om Dumma’ ini saaangat bahagia dengan istri ke empatnya. Ia menganggap bahwa istri ke empatnya adalah istri yang menyimpan sebuah cinta sejati. Bagaimana tidak Om Dumma’ sangat dimanjakan oleh Istri ke empatnya ini. dipijitin, dielus-elus pokoknya bermacam-macam deh. Namun, setelah berapa bulan Om Dumma’ hidup bahagia dengan Istri ke empatnya, ia terkena penyakit yang membuatnya tidak bisa bangun dari tempat tidur, kencing dan beol di tempat tidur. Tapi, sang Istri ke empat tetap merawatnya dengan penuh kasih sayang. tawwa..namanya juga cinta sejati. Dan istri ke empat ini melahirkan. Tapi sayang sejuta sayang anaknya tidak selamat alias meninggal dunia dan tidak sempat menikmati panahnya hidup di dunia. Dan Om Dumma’ sampai saat ini masih terbaring sakit dan bertambah parah, ada sebuah benjolan-benjolan di pinggangnya mengeluarkan darah bercampur nanah. Na’udzu billahi min ndzalika. Mungkin ini adalah sebuah hukuman di dunia baginya karena telah melantarkan anak-anaknya dan tidak bertanggung jawab atas istri-sitri sebelumnya. Wallahu wa’lam. Semoga kita semua nantinya menjadi seorang suami yang bertanggung jawab bagi istri-istri serta anak-anak kita nanti (bagi yang laki-laki). Aminnn…. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar