Hari ahad kemarin adalah hari yang saya anggap Day of Fun and Exhausting (hari yang menyenangkan dan melelahkan) yang mengingatkanku dengan kampung halaman di Balleangin. Tak pernah saya tau
sebelumnya dengan rencana Ustadz Alwi (ketua Rumah Qur’an Mulia Jatisari). Sebuah
rencana yang tidak pernah didiskusikan oleh para pengurus Rumah Qur’an dan Guru-guru
Rumah Qur’an. Tapi semuanya berjalan dengan lancer. Nah.. how the story? Okey,the
following story.
Seperti biasa, setiap malam Ahad
santri Rumah Qur’an pasti pada demo kepada para Ustdaz-Ustadz Rumah Qur’an
untuk mengadakan Mabit (malam Bina Iman dan Taqwa). tapi bukan demo seperti Mahasiswa
di gedung DPR ya. Ini namanya demo Islami. Hehe… ok next, ustadz Firman duduk
disebelah kiri saya ketika santri
menyetorkan hafalan masing-masing. “mala
ini ada pengumuman penting buat kalian semua” ujar ustadz Firman. para santri
seketika itu menghentikan bacaan Al-Qur’annya dan menatap muka Ustadz Firman dengan
serius. “Pengumuman apa Kak?” Tanya salah satu santri Rumah Qur’an. “malam ini tidak
ada Mabit” kata Ustadz Firman. “yahhhh….kok ngga ada mabit”. Keluh para santri
dengan suara yang kompak. Ustadz Firman pun melanjutkan pengumuman malam itu “tapi,
besok ada jalan-jalan pagi yang dijamin membuat kalian senang”. Wah….santri
sangat senang mendengar pengumuman itu. Dan salah satu santri bertanya “kak,
jalan-jalan kemana?”. “itu rahasia kakak”. Jawab Ustadz Firman. “yah…kok gitu”.
Keluh para santri yang kedua kalinya. Dan akhirnya Fikri angkat bicara “kak,
saya tidak bisa ikut, karena besok saya ada tasmi’ juz 29”. “yaudah gak
apa-apa, tapi semuanya diharapkan untuk mengkuti jalan pagi besok, saya jamin
ini menyenangkan”. Kata Ustadz Firman. setelah santri menyetorkan hafalannya ke
saya, mereka pun bergegas pulang ke rumah masing-masing. Dan malam itu santri
menginap di Rumah Qur’an meskipun tidak ada mabit, dan mereka tidur di lantai
dua yang didampingi oleh saya sendiri.
Jam terus berputar malam itu,
hingga jam dinding menunjukkan pukul 03.30 pagi, dering HP saya terdengar berdering
nyaring di dekat kepala saya. Santri saya bangunkan untuk melaksanakan shalat
Tahajjud di Masjid Al-Ihsan. Dan menunggu waktu shalat subuh. Setelah shalat
subuh, santri saya kumpulkan di teras masjid untuk muroja’ah hafalan juz 30. Namun,
90% dari mereka matanya udah setengah watt semua. Why? Ca’du’duki kasi’na.
akhirnya sebelum muroja’ah saya minta mereka duduk sambil membelakangi dan
memijit punggung temannya supaya mereka tidak ngantuk. Ya ini pengalaman waktu
masih di MJH.
Ketika matahari bersinar cerah,
para santri berkumpul di depan rumah Ustadz Alwi untuk mengikuti jalan pagi dan
berfoto bareng untuk dijadikan sebagai dokumentasi Rumah Qur’an Jatisari. Dengan
semangat 45, para santri pun berjalan menulusuri hutan yang dipimpin oleh saya
sendiri, Ustadz Alwi dan Ustadz Firman. ya… itulah jalan-jalan yang
dirahasiakan semalam. Setelah beberapa ratus meter menulusuri hutan, hati saya
bertanya-tanya “sepertinya hutan ini pernah saya kunjungi, tapi kapan ya?”. Saya
terus berjalan dengan penuh tanda tanya. saya memperhatikan hutan ini dan menatap ke arah
sana dan sini. Seketika itu ku temukan sebuah jembatan menyeramkan yang terbuat dari bambu. Hati saya pun bertanya
“sepertinya saya pernah lewat di jembatan ini?” dan saya terus berjalan dengan
penuh tanda tanya lagi. Karena penasaran, saya mencoba mengingat kembali akan
hutan dan jembatan ini. tapi masih belum ingat juga. Saya terus berjalan, tiba-tiba
saya berhenti sejenak ketika melewati sebuah kampung yang sangat amat tepencil
(di tengah-tengah hutan). dan akhirnya ku temukan sebuah jawaban. “Ooo….iya ternyata
saya pernah menulusuri hutan ini 3 tahun yang lalu bersama MJH Boys dan Mami
Dibha”. Ya…ya..hmmmm…kembali teringat masa laluku bersama MJH Boys kodong L. Dengan penuh semangat
saya terus berjalan bersama santri. Dan ku temukan sebuah gundukan tanah
seperti gunung merapi. Terlihat sangat jauh berbeda 3 tahun yang lalu ketika
saya mengunjungi tempat ini bersama MJH Boys. Mengapa demikian? Dimana letak
perbedaannya? Dulu, hutan ini datar, tidak ada gundukan tanah seperti yang saya
temukan sekarang. Semuanya terlihat rumput-rumput hijau, itu dulu. Lah…sekarang
bukan lagi rumput hijau yang terlihat tapi tanah merah yang luas. Santri menyempatkan
diri untuk bermain prosotan di gundukan tanah itu seperti gunung merapi. lama
kelamaan, mereka terlihat ceria dan sangat gembira. Akhirnya saya putuskan
untuk ikut main prosotan juga bersama mereka. Hehe….
Setelah puas bermain prosotan,
Ustadz Alwi memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke sebuah pulau. “ha…pulau?
Pulau apaan?”. Hati saya kembali bertanya-tanya. Karena penasaran, saya
mengikuti perjalanan di tengah hutan itu. Namun, 1 jam lebih mencari-cari dimana
letak pulau itu, tapi tidak ditemukan juga. sampai-sampai masuk ke dalam sebuah
perkampungan lagi yang tidak pernah saya temukan. Ku perhatikan sekeliling
kampung itu, terlihat anak-anak kecil bermain bola di depan rumah mereka dan
jalanan yang rusak parah. Hmmm… sama persis di kampung saya. Setelah beberapa
menit memperhatikan kampung itu, perut saya berteriak minta makan. Ihhh…kodong
laparka. Saya berjalan lemas saat itu. Dan untungnya juga Ustadz Alwi bisa
menebak kalau saya lagi lapar. “Ustadz Risal lapar tuh kayaknya”. Kata Ustadz
Alwi. “iya Ustadz udah lapar bangat nih”. Jawab saya dengan suara yang lemas. Akhirnya,
Ustadz Alwi mencari sebuah warung di kampun itu. Setelah beberapa lama,
terlihat di depan mata saya sekumpulan orang dan sepeda gunung di depan
sebuah warung. “Ustadz, itu warungnya Ustadz”. Teriak saya kepada Ustadz Alwi. Karena
kelaparan, saya berjalan dengan cepat menuju warung itu. Setelah beberapa meter
lagi saya tiba di warung, terdengar sebuah suara yang sering terdengar di
telinga saya waktu di kampung “tuk…tuk…tuk…”. Hmm… ternyata suara pohon bambu yang
sedang ditebang oleh seorang lelaki tua bertopi warna ungu. Sejenak ku
perhatikan lelaki itu. Ia seperti Ayahku, otot-otot tangannya, kumisnya,
tinggginya, hitamnya dan pekerjaannya sama persis dengan Ayahku. Tiba-tiba
punggungku ditepuk oleh salah satu santri “kak,kok menghayal?”. kaget, iya tu
sudah pasti. Setelah ku perhatikan lelaki itu, saya menuju ke warung dan mesan
es teh manis. Tapi dikasinya teh hangat karena es teh manisnya sudah direbut
duluan oleh santri. Hmm..kesalnya dende. Tapi gak apa-apalah tidak terhitung 10
detik teh hangat itu juga habis ternyata. Saking hausnya diriku kodong. Dan langsung
memesan nasi + ayam goreng. “maaf mas, nasi dan ayam gorengnya udah abis”. Kata
mbak yang bekerja di warung itu. Adedeh….”terus adanya apa aja mbak?” tanya
saya. “adanya mie goreng doang mas sama mie rebus”. Jawab mbak. “yaudah deh mi
rebus aja”. Kata saya. Seketika itu mie rebusnya saya langsung santap aja,
tidak peduli lagi mau panas kek, pedas kek intinya saya kenyang.
Astagfirullahal ‘adzim. Nah… setelah makan saya bergegas pulang dengan Santri
karena sudah mengantuk. Sesampainya di rumah, langsung tepar deh saya di depan
TV dan ngorok…hmmm…Day Of Fun and Exhausting (hari yang menyenangkan dan
melelahkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar