Senin, 10 November 2014

Murka Allah bagi siapa pun yang punya niat jahat terhadap Rumah Allah


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ ١ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ
كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ ٢ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ ٣
تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ ٤ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ ٥
Artinya:
“(1).  Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?, (2). Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?, (3). Dan Dia mengirimkan kepada mereka Burung yang berbondong-bondong, (4). Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, (5). Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat”.

  Informasi Seputar Surah
Surah ini terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Kaafirun. Nama Al Fiil diambil dari kata Al Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya gajah. Surat Al Fiil mengemukakan cerita pasukan bergajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka'bah di Mekah. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan.
      Kandungan Utama Surah Al-Fil
·         Cerita tentang pasukan bergajah yang diazab oleh Allah s.w.t. dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa. 
·         Surat Al Fiil ini menjelaskan tentang kegagalan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, karena Ka'bah dipelihara oleh Allah s.w.t. 


     Tafsir Global Qs. Al-Fil
Kisah Pasukan Gajah yang Ingin Menyerang Ka’bah
Kisah di atas menjelaskan tentang ashabul fiil (pasukan gajah) yang ingin menghancurkan rumah Allah (Ka’bah). Mereka sudah mempersiapkan diri untuk menghancurkan Ka’bah tersebut. Mereka pun mempersiapkan gajah untuk menghancurkannya. Tatkala mereka datang mendekati Makkah, orang-orang Arab tidak punya persiapan apa-apa untuk menghadang mereka. Penduduk Makkah malah takut keluar, takut dari serangan ashabul fiil tersebut. Lantas Allah menurunkan burung yang terpencar-pencar, artinya datang kelompok demi kelompok. Itulah yang dimaksud “thoiron ababil” sebagaimana kata Ibnu Taimiyah. Burung-burung tersebut membawa batu untuk mempertahankan Ka’bah. Batu itu berasal dari lumpur (thin) yang dibentuk jadi batu, seperti tafsiran Ibnu ‘Abbas. Ada juga yang menafsirkan bahwa batu tersebut adalah batu yang dibakar (matbukh). juga yang menafsirkan bahwa batu tersebut adalah batu yang dibakar (matbukh). Batu tersebut digunakan untuk melempar pasukan gajah tersebut. Lantas mereka hancur seperti daun-daun yang dimakan dan diinjak-injak oleh hewan. Allah memberi pertolongan dari kejahatan pasukan gajah tersebut. Tipu daya mereka pun akhirnya sirna.
Dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah, “Kisah ini adalah dari kisah raja Abrahah yang membangun kanisah (gereja) di negeri Yaman. Ia ingin agar haji yang ada di Arab dipindahkan ke sana. Abrahah ini adalah raja dari negeri Habasyah (berpenduduk Nashrani kala itu) yang telah menguasai Yaman. Kala itu diceritakan ada orang Arab yang menjelek-jelekkan kanisah (gereja) orang Nashrani sehingga membuat raja Abrahah marah. Lalu ia pun berniat menghancurkan Ka’bah.” (Lihat Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 27: 355-356).
Kisah ini mengingatkan orang Quraisy akan pertolongan Allah yang telah menghancurkan pasukan gajah dan juga menunjukkan bagaimana Allah mengatur makhluk dan membinasakan musuh-musuh-Nya.

Tahun Kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Pada tahun penyerangan gajah tersebut, lahirlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.Kisah itu adalah titik awal yang menunjukkan akan datangnya risalah beliau atau itulah tanda kenabian beliau. Falillahil hamdu wasy syukru.
Ada hadits yang menunjukkan bahwa Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dilahirkan pada tahun gajar yaitu hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
ولد النبي صلى الله عليه و سلم عام الفيل
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah.” (HR. Ath Thohawi dalam Musykilul Atsar no. 5211, Ath Thobroni dalam Al Kabir no. 12432, Al Hakim dalam mustadroknya no. 4180. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, tetapi keduanya tidak mengeluarkannya. Adz Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai syarat Muslim. Juga dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah no. 5 dari jalur Ibnu ‘Abbas. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah pada hadits no. 3152).
Bahkan ada ijma’ atau kesepakatan para ulama yang mendukung bahwa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dilahirkan pada tahun gajah seperti dikatakan oleh Ibnul Mundzir, di mana ia berkata, “Tidak ragu lagi dari seorang ulama kita bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah. Lalu beliau diangkat jadi Rasul setelah 40 tahun dari tahun gajah.” Lihat As Silsilah Ash Shahihah pada hadits no. 3152, 7: 434.
Ketika penyerangan Makkah tersebut, di sana ada orang-orang musyrik yang beribadah pada berhala. Dan agama Nashrani lebih baik daripada agama orang musyrik. Kisah ini menunjukkan bahwa perlindungan Allah pada Ka’bah bukan karena adanya orang-orang musyrik yang ada di sekeliling Ka’bah, namun karena untuk melindungi Ka’bah itu sendiri, atau dikarenakan pada tahun gajah tersebut akan lahir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah, atau karena alasan dua-duanya sehingga Ka’bah dilindungi oleh Allah. Ini penjelasan Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Al Jawabush Shohih, 6: 55-57 dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
      Penafsiran Tahlili Qs. Al-Fiil
Hammad Bin Salamah meriwayatkan dari ‘Amir, dari Zurr, dari ‘Abdullah dan Abu Salamah bin ‘Abdirrahman (طَيۡرًا أَبَابِيلَ) dia mengatakan : “Yaitu beberapa kawanan burung.” Ibnu ‘Abbas dan adh-Dhahhak mengatakan : “Ababil berarti sebagian mengikuti sebagian lainnya”. Al-Hasan Al-Bashri dan Qatadah mengemukakan : “Ababil berarti yang sangat banyak. “Mujahid mengatakan :” Ababil berarti sekumpulan yang saling mengikuti dan berkumpul. “sedangkan Ibnu Zaid mengatakan : “Al-Ababil berarti yang berbeda-beda, yang datang dari semua penjuru.” Al-Kisa-i menyebutkan:” Aku pernah mendengar beberapa orang ahli nahwu mengatakan :”Bentuk tunggal dari kata أَبَابِيلَ adalah ابيل.
            Firman Allah SWT (فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ) “Lalu Dia menjadikan mereka daun-daun yang dimakan.” Sa’id Bin Jubair mengatakan: “Yakni, jerami yang kaum awam menyebutnya dengan habur.” Dan dalam sebuah riwayat dari Sa’id, yaitu daun gandum. Dan dari Ibnu ‘Abbas العصف berarti kulit yang di atas biji, semacam penutup pada biji gandum. Ibnu Za’id mengatakan :” العصفberarti daun tanaman atau daun kol jika dimakan oleh binatang, lalu dikotori sehingga menjadi kotoran. “Artinya, bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala membinasakan, melenyapkan, dan mengembalikan mereka dengan tipu muslihat dan kemarahan mereka. Dan mereka tidak mendapatkan kebaikan sama sekali. Mereka dibinasakan secara keseluruhan dan tidak ada seorang pun dari mereka yang kembali memberitahu melainkan dalam keadaan terluka, sebagaimana yang dialami oleh Raja mereka, Abraha. Diantara yang menggambarkan hal tersebut adalah sya’ir Abdullah bin Az-Zab’ari berikut ini:
Mereka mundur (menyingkir) dari tengah kota Mekkah, sungguh kesucian kota Mekah tidak dapat diusik.
Pada malam-malam yang dijaga tersebut bintang As-Syi’ra tidak muncul karena tidak seorang manusia pun mampu menjamahnya.
Tanyalah komandan pasukan, apa yang dia lihat tentangnya, maka orang yang tahu akan mengabarkan kepada yang tidak tahu.
Enam puluh ribu prajurit tidak kembali ke Negerinya, bahkan Prajurit yang kembali dalam keadaan sakit akhirnya meninggal dunia.
Kaum ‘Aad dan Jurhum pernah datang sebelum mereka, namun Allah dari atas hamba-hamba-Nya selalu menjaganya.

Dan kami telah sampaikan pada penafsiran surat Al-Fath, bahwasanya Rasulullah SAW, ketika beliau menuruni lembah pada saat peristiwa Hudaibiyah, tiba-tiba unta beliau menderum. Kemudian mereka menghardiknya, tetapi unta itu tetap duduk menderum. Kemudian mereka berkata: “Al-Qushwa’ duduk menderum”. Maka Rasulullah SAW bersabda:” Al-Qushwa’ tidak menderum dan itu bukan sifatnya. Tetapi ia telah dihalangi oleh apa yang menghalangi gajah.”- kemudian beliau bersabda “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, pada hari ini tidaklah mereka menuntut dariku, yang padanya mereka mengagungkan apa-apa yang ada disisi Allah melainkan aku akan mengabulkannya”.

Kemudian beliau menghardik unta tersebut, maka unta itu pun akhirnya mau berdiri. Hadits tersebut termasuk hadits yang hanya diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Dan dalam Kitab Ash-Shashihain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda pada hari Fat-hu Makkah :”sesungguhnya Allah menahan pasukan Gajah dari memasuki Kota Mekah. Dan Dia menguasakan Kota Mekah kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan sesungguhnya kehormatannya kemarin. Ingatlah, hendaklah orang yang hadir memberitahu orang yang tidak hadir”.

    Kesimpulan
·         kekuatan nyata tidak dapat diukur dengan cara biasa. Penghancuran bala tentara yang telah dikirim untuk menghancurkan Ka'bah bukanlah suatu kekuatan gaib tapi, ma-lah, merupakan fenomena alamiah yang mengumandangkan kelahiran Nabi—menunjukkan pancaran Sinar yang agung di tengah kegelapan.
·         Ababil berarti 'kawanan'. la tidak mesti hanya menunjuk kepada kawanan burung, tapi juga kepada jumlah besar yang membanjiri.

·         Akibat serangan itu adalah bahwa bala tentara yang jumlahnya banyak sekali ini menjadi bagaikan tunggul jerami padi atau rerumputan yang tersisa setelah dipangkas. Pada sebagian penjelasan dikatakan bahwa setelah penghancuran ini, tanah terlihat bagaikan alas datar yang terbuat dari ribuan tentara musuh dan gajah-gajah mereka tergeletak di atasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar